"Gak ada kabar"

14 7 4
                                    

Hari ini gue libur, gak bisa ke Depok seperti biasa karena besoknya gue masuk kerja pagi, dan gak ada Putra yang selalu datang ke kosan buat nemani gue walau cuma beberapa jam, atau ngajak gue muter-muter Jakarta.

"Neng, hari ini libur ya? Maaf ya, gue gak bisa nemani lo dulu, gue lagi jagain kakak, atau gak lo kesini aja, mau gue jemput?" Pesan dari Putra ini gue baca setelah gue bangun tidur, dan gue nolak ajakan Putra untuk ke rumah sakit karena gak enak sama kakak atau keluarga Putra yang lain, dan menurut gue Putra mengerti itu, dan gak maksa gue buat datang ke rumah sakit seperti hari sebelumnya.

Liburan gue hari ini cukup dengan memanjakan diri dikosan. Bangun tidur tidak langsung mandi cuma cuci muka dan gosok gigi, karena gue juga gak punya rencana buat keluar hari ini, jadi mandinya entar sore aja. Seharian menatap layar hp diatas tempat tidur, sampai gue bingung mau liat apa atau ngapain, kemudian tidur siang yang sangat jarang gue lakukan semenjak kerja di rumah sakit.

     Mimpi gue yang indah tiba-tiba buyar karena hp gue berdering, entah siapapun yang telpon gue mengangkat dengan mata masih merem dan suara khas serak bangun tidur.
"Hallo, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, lo tidur neng? Kebangun karena gue ya? Maaf yaa!"

"Ga ko, kenapa?" Gue gak perlu bertanya siapa yang telpon gue, gue cukup tau dari nada suaranya meskipun gue setengah sadar. Ya dia"Putra"

Tiba-tiba Putra tertawa
"Hahah, lucu banget sih suara lo. Lo sadar gak sih Ze? Gue di depan kos lo ini!"

Mata gue tiba-tiba terbuka lebar, langsung duduk dan menatap keluar jendela.
"Mana?"

Putra tertawa lepas mendengar gue krasak krusuk. "Gue pengen banget liat reaksi lo sekarang Ze" dan kembali tertawa terpingkal karena berhasil membangunkan Zeze dengan paniknya "gue masih di rumah sakit, tapi ini mau keluar, kita nonton yok, ada film bagus, tapi gue gak bisa jemput, kita ketemuan disana aja ya? Setengah jam lagi gue jalan, jadi lo mandi sekarang ya"

Belum sempat gue menjawab, Putra sudah memutuskan telponnya dan mengirim pesan singkat "gue tau lo mau nolak, berdebat sama lo ntar kelamaan, gue pengen ketemu dan jalan sama lo Ze. Please jangan nolak, mandi ya neng, nanti kalau udah jalan bilang gue ya"

Setelah membaca pesan Putra, gue mandi dan siap-siap. Dandan gue sih gak lama, cuma baju gue yang harus disetrika dulu, dan mas grabnya juga gak tau arah, jadi gue telat datang dan Membuat Putra menunggu gue lagi. Beberapi kali Putra telpon atau ngirim pesan karena khawatir masnya yang gak tau arah dan gue yang buta jalan.

"Lo dimana sih? Kasih hp lo sama abang grab nya!" Nada suara Putra cukup tinggi yang membuat gue juga marah.

"Apaan sih? Ini bentar lagi juga nyampe, lo marah gue pulang ni!"

"Gue gak marah Ze, gue cuma mau nanya mas nya lagi dimana? Gue gak mau lo kenapa-napa. Ngertiin gue dong Ze. Tau gini mending gue jemput aja, lagian aneh banget, masa abang grab gak tau arah sih, pake google.." Putra masih mengomel namun gue udah memutus telponnya. Beberapa kali Putra telpon dan gak gue angkat, hingga gue melihat gedung tempat gue dan Putra janjian.

   Putra sudah berdiri didepan Lobby dan menatap gue tersenyum, dan berjalan menghampiri. Gue tidak membalas senyum Putra sedikitpun, rasanya detik itu juga gue mau pulang dan gak mau nonton atau apapun juga, melihat Putra saja gue udah gak mau.

    Putra menatap gue yang selalu buang muka ketika menatap gue, dan semua pertanyaannya cuma gue jawab 'iya' atau anggukan ringan. Putra tiba-tiba berdiri tepat didepan gue dan memegang tangan gue "Maaf Ze, bukannya gue marah, gue gak marah sama lo, gue cuma gak mau lo kenapa-napa. Lo jalan sama orang yang gak tau jalan, gak tau arah, yang bisa saja membawa lo kemana-mana sementara lo di Jakarta yang gak tau arah juga Ze. Lagian abang nya.."

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang