18

3.4K 102 1
                                    

"Khusus buat lo ada!"

"Ya biasa aja geh ngomongnya! Gak usah ngelembut!"

"Ngegas pinter!"

"Kok ngegas?!"

"Ka-"

"Gue bukan motor!"

"Aaa...blablabla bodo amat serah lo, kutil!"

"Muka tampan kayak gini disamain geh sama kutil."

"Terus apa?"

"Kurap," jawab Liam dengan santai.

Sam melongo, lalu tertawa terbahak-bahak, "Ngaku juga muka lu mirip kurap!"

"Ketawa lu, tapir!" Liam melempar balik bunga yang di tangannya pada mulut Sam yang terbuka karena tertawa.

Dan...

'Happ

Masuk tepat di dalam mulut Sam.

"UHUK! UHUK! GOB*OK LO LIAM!" teriak Sam setelah mengeluarkan bunga palsu itu dari mulut, lalu ingin melempar bantal pada Liam yang sudah berlari menjauh dengan tawanya yang membahana.

Liam masih sibuk terawa dengan kerasnya, namun, tawanya terhenti karena dalam dirinya tiba-tiba bergetar.

"Kenapa gue bergetar? Apakah ini yang dinamakan cinta?" tanya Liam dengan lirih pada dirinya sendiri sembari memegang dadanya dengan mendramatis.

"Hp lo ada telpon tu! Bukannya di angkat malah megangin dada, lu gak ada payudara, kurap!"

Liam rasanya ingin sekali membunuh teman kampret satu ini dengan penuh kasih, namun kemarin saat ia memukul bahunya saja ia sudah di marahi oleh ibunya yang teramat sangat menyayangi Sam, sampai-sampai mungkin saja ia tidak bisa hidup tanpa Sam, anak manjanya itu.

Liam meraba dada(Nah loh?) maksudnya meraba kantung celananya-benar handphonenya yang bergetar, ia kira hatinya. Ia sudah mengira jika ia mencintai Sam, akan jadi apa dirinya jika menikah dengan lelaki seperti Sam? Bisa gila.

Liam baru saja ingin mengangkat telpon tersebut, namun sudah keburu mati.

"Tuh kan jadi mati, elu sih kebegoan," ejek Sam dengan memegang handphonenya yang di layarnya terdapat nomor Liam, dan ternyata...

...

...

"Lo yang nelpon gue, Sam?" tanya Liam dengan menatap layar handphonenya yang berisi daftar telpon masuk, dan nama Sam di paling atas, serta menunjukkan waktu beberapa menit yang lalu.

"Iya," jawab Sam dengan wajah polosnya, yang mungkin pura-pura polos.

Liam ingin berencana membunuh Sam dengan belaian(Nah?) yang akan menjadi awal pertemuan Sam bersama malaikat penjaga kubur disana. Namun, semua itu hanya rencana yang takkan pernah bisa ia lakukan. Karena? Ibunya yang ingin Liam kecup...dengan tangan.

"Lo ngapain nelpon gue, sampo?" tanya Liam dengan tak habis fikir dengan otak Sam yang bodoh, namun kenapa bisa juara dua di bawahnya saat SMA dulu? Mungkin aslinya juara kedua itu bukan untuknya, tapi untuk orang lain. Namun, salah memberi, hingga tak enak menarik juara dua itu kembali, jadi pihak sekolah membiarkan Sam bahagia dengan juaranya yang palsu...mungkin. Kenapa ia tertular bodohnya Sam? Ia baru percaya dengan perkataan orang-orang sekarang. Jika kita berteman dengan seseorang, pasti tanpa sengaja kita dengan mereka memiliki kesamaan. Dan kesamaannya bersama Sam adalah...sama-sama bodoh.

"Gue tau kok setiap malam minggu lo selalu menyendiri, meratapi nasib yang jomblo, selalu menatap handphone berharap jika ada yang menelpon, dan berdoa pada tuhan untuk hujan deras agar orang yang akan pergi date tidak jadi. Benar, bukan?" tanya Sam dengan menyeringai, lalu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya sendiri.

Possessed By Them[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang