Felix menarik kursi makan dan mendudukan Erika disana dengan lembut. "Silahkan duduk, Ny. Payne."
Erika tersenyum. "Terima kasih, Tn. Payne."
Deg!
Tn. Payne?
Masih pantaskah ia sebut Felix itu dengan suaminya sendiri setelah apa yang lelaki itu lakukan pada dirinya?"Kenapa melamun?"
Teguran dari Felix membuatnya tersadar dan menggeleng mengisyratkan tidak ada apa-apa.
Dua orang wanita berpakaian pelayan datang dan menyajikan makanan yang terlihat sangat lezat di mata Erika.Ayolah, selama 15 jam di helikopter ia hanya memakan pancake dan jus buah, maklum saja jika sekarang perutnya berdemo.
"Air liurmu itu menetes, sayang," ujar Felix tersenyum geli memperhatikannya.
Erika yang mendengar itu dengan panik mengusap bibir dan disekitarnya. Tetapi, tangannya tak merasakan sedikit pun air.
"Kau benar-benar polos. Rasanya aku lebih memilih memakanmu dibandingkan semua makanan yang kalah lezatnya dengan tubuh sexy mu itu, sayang." Felix tertawa geli, apalagi saat melihat wajah Erika yang terdiam membisu dengan wajah bak kepiting rebus, perutnya bergejolak ingin tertawa.
"Ini tidak lucu, Felix!" Erika menutupi wajah merahnya dengan kedua tangannya malu-malu. Sialnya, di satu sisi ia senang melihat Felix tertawa bahagia seperti itu. Hatinya berdegup terperangah. Oh, sial.
Kedua pelayan itu yang masih ditepi meja makan tersenyum-senyum melihat kedua insan yang terlihat seperti baru sehari menikah itu.
Erika sadar akan senyuman mereka. Melirik mereka dengan malu-malu, dan berkata, "bisa kalian pergi?"
"Ayolah, mereka menonton film romantis saja tak pernah, kenapa tidak kita beri saja mereka tontonan gratis ini?" goda Felix usil. "Atau, kau ingin kita memberi mereka tontonan dewasa?" Kedua alis Felix bergerak turun-naik, menggoda Erika yang semakin malu.
"Tutup mulut bau mu itu, Felix!" Erika mendelik dan berdecak kesal.
"Kau tak ingat dulu kau sangat meminta berciuman terus dengan mulut bau ini selama 30 menit?" Felix berpura-pura berpikir dan sedikit melirik Erika dengan seringaian nya.
Oh my god!
Kenapa semakin berlanjut lebih dalam?
Ingin rasanya menyumpal mulut itu dengan kaus kaki busuk yang tak pernah dicuci selama setahun!Kedua pelayan itu menahan tawa melihat Nyonya nya yang kesal dan malu.
"Diamlah, Felix. Kepalaku terasa sakit sekali disini." Erika menunjuk atas kepalanya dengan wajah meringis. "Bisa kau lihat?"
Tanpa kata, Felix panik dan segera berdiri untuk melihatnya.
Namun,
.
.
.
"Ah! Sakit, Er!" Felix meringis memegangi jari-jemari istrinya yang menarik kuat rambutnya tanpa belas kasihan."Rasakan! Kau membuatku malu!" Erika tertawa senang melihat Felix yang terus meringis.
"Oh, jadi kau malu dengan ucapan ku tadi?Padahal aku belum membuka cerita bagian betapa agresifnya dirimu saat berbuat 'itu'." Felix tertawa geli dengan diselingi ringisan sakit.
Mata Erika membulat kesal dan menarik rambut Felix semakin kuat. "Sekali lagi kau berbicara yang tidak-tidak, kepalamu menjadi gundul!"
Kedua pelayan itu rasanya ingin lari dari sana dan menumpahkan tawanya yang tak bisa ditahan lagi.
"Ka..kami permisi, Nyonya, tuan." Mereka menunduk hormat lalu lari terbirit-birit menahan tawa.Erika mendengus menyadari akan hal itu dan menatap Felix sinis. Tangannya melepaskan genggaman kuatnya pada rambut Felix dan berkata, "Kau lihat itu? Mau ditaruh dimana wajahku ini?"
"Kau bisa menaruhnya didalam rahim mu, siapa tau itu bisa membuatmu hamil dan kita akan segera memiliki anak," balas Felix tersenyum geli.
Deg!
Anak?
A..n..a..k?
Kata-kata itu melayang-layang dibenak Erika seperti menggema. Bulu kuduknya meremang dan perutnya terasa seperti beribu kupu-kupu berterbangan disana.
"Anak?" Erika terdiam membatu menatap mata Felix yang terlihat memiliki harapan besar akan sesuatu.
"Ya, anak. Aku sangat ingin memiliki anak darah daging ku sendiri dari dalam perutmu ini, Erika," balas Felix dengan tangannya yang mendekati tubuh Erika dan mengelus perut wanita yang sangat ia cintai dengan lembut. Tatapan matanya menunjukkan kesungguhan dan sangat berharap.
Masih pantaskah Felix memiliki anak dari wanita yang orang tuanya ia bunuh?
***
Erika memasuki kamarnya dengan mata kosong. Pikirannya kemana-mana. Namun, inti pikirannya hanya satu.
Anak.
Erika menghembuskan napas panjang dan menduduki dirinya dipinggir ranjang. Tanpa sengaja, matanya melirik meja nakas dan teringat sesuatu.
Pesan dari nomor yang tak dikenal tadi.
Apakah orang itu sudah membalas pesannya?Dengan penasaran tangan Erika meraihnya dan membukanya.
+628**********
Haha-----------Minggu, 18 Agustus 2019-----------
Hei
Kenapa tidak membalas pesanku?
Sedang sibuk?
Sibuk dengan suami posessif mu itu ya?Aku tak suka dengan suami mu.
Kedua alis Erika bertautan bingung melihat pesan terakhir yang dikirim orang itu. Apa hak dia untuk tidak menyukai suamiku?
"Suamiku?" lirih Erika heran dengan pikirannya sendiri lalu tertawa miris.
Erika segera membalas pesan orang itu.
Aku tidak bertanya apakah kau menyukai suamiku atau tidak,
yang ku tanyakan adalah
kau siapa??Baru saja Erika ingin menutup ponselnya, namun ponselnya berkedip tanda ada pesan masuk.
Erika kembali membukanya. Pesan dari orang yang tidak dikenal itu.Kau akan tau sedikit demi
sedikit siapa aku. Tunggu
aksi ku sebentar lagi, sayang.
Ku yakin kau akan bersabar
menunggu pangeran tampanmu
ini datang dan
menyelamatkanmu dari suami
posesif mu itu.
I love you more mwah:*What the hell?!
Siapa dia?
Katanya dia berinisial M, tapi siapa? Erika sendiri tak pernah ingat jika memiliki teman berinisial M.Tbc
Hayo, siapa nih yang minta double up:D
Tapi, telat sih:( maap yaa heheNotif wattpad sama sekali gak masuk, jadi gak tau deh kalo ada yang komen minta double up:'
Menurut kalian pria tak dikenal itu siapa ya? Inisialnya M, kira-kira siapa? Apakah Mail dari kartun Upin Ipin?:(
Regards,
Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessed By Them[Slow Update]
RomanceDARK ROMANCE. RATED M, 21+ UNTUK ADEGAN PEMBUNUHAN. Harap bijak dalam memilih cerita yang ingin dibaca. Harap dihayati ketika membaca dan rasakan apa yang dirasakan Erika, Felix, Liam, Tuan V dan Si Gila, dijamin deg-degan serr. *** "Dia suamiku yan...