27

3.3K 106 23
                                    

Tepat jam 4 sore, Robert dan Victria memutuskan untuk pulang ke rumah terlebih dahulu setelah itu kembali lagi ke Rumah Sakit.

"Kau tak apa jika kami tinggalkan bentar, kan, sayang?" Victria bertanya untuk kesekian kalinya hingga Robert dan Felix sudah jenuh mendengarnya.

"Ayolah, aku sudah dewasa," ucap Felix memutar bola matanya jenuh.

"Kau terlalu berlebihan, sayang," sahut Robert tersenyum geli.

"Apa yang berlebihan dari seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya yang sedang dirawat di Rumah Sakit, Robert?" tanya Victria sarkastik.

Robert semakin geli melihatnya.

"Sudahlah, ayo, kita pergi. Kita ini menunggu apa dari tadi?" ajak Victria sembari memutar tubuhnya berjalan menuju pintu kamar.

"Kita menunggu kau selesai dengan pertanyaan 'kau tak apa jika kami tinggalkan bentar, kan, sayang?' Kau tak ingat?" Sekarang giliran Robert yang memberikan pertanyaan sarkastik namun dengan raut sedikit geli.

Victria melirik sinis suaminya kemudian berlalu begitu saja tanpa mengindahkan pertanyaannya itu.

Robert mengangkat bahunya acuh. "Baiklah, sekarang dia marah. Apa salahku?"

"Lelaki memang serba salah dimata wanita," sahut Felix dengan suara sedikit dikecilkan. Berharap wanita yang telah melahirkannya tak mendengar itu, kalau tidak tamatlah riwayatnya.

"Aku masih bisa mendengar itu, tuan muda Payne!" jerit Victria dari luar kamar.

Robert dan Felix sama-sama mengulas senyum geli.

"Aku akan pergi dulu, kau tetaplah disini," pamit Robert dan hanya dijawab anggukan oleh Felix.

Robert melangkah pergi.

Felix mengalihkan pandangannya menuju wanita cantik disebelahnya yang masih menutup matanya.
"Damai sekali saat melihatmu tidur seperti ini, Erika."

"Tak seperti saat kau membuka mata dan mulai membangkangku. Berkata cerai melalui bibir manismu itu dengan mudahnya membuatku sangat sakit hati. Perjuanganku sangat besar dan kau dengan sekali tarikkan nafas ingin menghancurkannya?" Felix menghela nafas lelah dan menatap langi-langit kamar Rumah Sakit dengan tatapan yang sulit diartikan. "Maaf, aku tak bisa, Erika. Aku sangat mencintaimu. Bahkan aku ingin sekali membuat semua orang mati didunia ini agar hanya aku dan kau yang tersisa. Kita bisa hidup berdua saja tanpa gangguan siapapun itu. Menurutmu aku seperti apa?"

"Kau egois, Fel."

Tiba-tiba terdengar suara lirihan yang menyahut membuatnya seketika menoleh pada ranjang disampingnya. Erika menatapnya dengan tatapan yang sedih.

Oke, pria itu merasakan batu besar bagai menghantam hatinya ketika melihat itu. Namun, akan ada lautan samudra yang menghantam hatinya lebih dalam jika Erika memilih berpisah. Apalagi sampai wanita itu menikah dengan pria lain. Oh, ia sama sekali takkan ikhlas akan hal itu.

Felix menatap manik mata istrinya yang berkaca-kaca dengan serius. "Aku tau aku egois. Tapi, ini semua demi hubungan kita. Banyak sekali yang ingin memisahkan kita, Erika. Buka matamu, dan buka telingamu. Semuanya ingin memisahkan kita bahkan orang tuamu saja tak merestui hubungan kita."

Erika menunduk dan menghela nafas lelah. "Seharusnya kita tak seperti ini, Fel. Kebahagian seseorang itu terletak dari kebahagiaan orang tua dan restu dari mereka. Jika kita tak direstui, kita tak sepatutnya memaksakan kehendak demi kepuasan diri. Kau salah, aku salah, kita semua salah."

"Dan membiarkanmu menikah dengan pria lain? Aku tidak akan membiarkan itu sampai kapanpun! Kau milikku, Ny. Payne!" Tatapan Felix dari yang lembut berubah menjadi tajam.

Possessed By Them[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang