"Bagaimana keadaannya?" tanya Felix dengan tangannya yang mengelus lembut pucuk kepala istrinya yang terbaring diatas ranjang mereka.
"Dia hanya depresi dan banyak pikirin. Apakah ada masalah besar hingga membuatnya seperti ini?" seorang wanita berpakaian khas dokter menatap Felix bingung. Ia adalah Dokter Sella. Dokter yang bekerja di Rumah Sakit keluarganya sekaligus teman dekatnya Liam. Namun, sejak saat ini hingga selamanya, ia akan terus memanggil wanita ini, bukan Liam, adiknya. Ia tak ingin pria yang dengan terpaksanya ia anggap adik itu memiliki kesempatan untuk berdekatan dengan istri tercintanya. Takkan pernah.
Felix menatap tajam manik mata coklat tua Dokter Sella. "Jangan ikut campur dengan urusan pribadiku, Dokter Sella."
Dokter Sella mengangguk terbata-bata karena takut. "Ba-baik. Kalau begitu, saya permisi."
Felix mengangguk singkat dan membiarkan wanita itu memasukkan alat-alat dokternya kedalam tas kemudian berlalu pergi.
Ia menarik single sofa yang ada disudut ruangan dan mendekatinya disamping ranjang. Ia mendudukinya dan memegang lembut jemari Erika. Mengelusnya dengan penuh kasih sayang.
"Maafkan aku. A..aku seperti ini karena takut kehilanganmu, Erika. Perjuanganku untukmu sangatlah berat, dan sekarang, aku sudah berhasil mendapatkanmu. Tapi sekarang, semakin banyak masalah yang datang dan berusaha merebutmu dariku. Tapi, aku takkan menyerah. Karena apa? Because you're mine. Only mine."Ponselnya bergetar disaku celananya, membuatnya sedikit tersentak kaget. Ia mengambilnya dan mengernyit ketika melihat siapa yang penelponnya. Liam.
Tanpa pikir panjang, ia mengangkatnya."Temui aku di Club milikku jam 12 malam."
'Tuut tuut
Sambungan diputuskan sepihak oleh Liam tanpa mendengar balasan apa yang akan diberikan oleh kakaknya itu. Itu membuat Felix sedikit geram hingga tak sadar meremas tangan Erika yang masih ia genggam sedari tadi.
"Ughh, lepaskan tanganmu, Fel."
Suara serak itu mengejutkan Felix dari lamunannya dan terkejut mengetahui tangannya meremas tangan Erika hingga membuatnya terbangun.
"Ma..maafkan aku, aku tak sengaja meremasnya," ucapnya panik. "Apakah sakit?"Erika menggeleng lemah. "Tidak. Aku butuh air, tenggorokanku sakit."
Dengan cepat Felix mengambilkan segelas air yang sudah disiapkannya diatas meja nakas dan memberikannya pada Erika. Kemudian membantu istrinya itu untuk duduk agar bisa minum dengan leluasa.
Erika meminumnya dengan sekali tegak dan terdiam menatap keluar jendela yang memperlihatkan gedung-gedung tinggi pencakar langit serta matahari yang timbul dibalik gedung-gedung tersebut. Tak lupa banyaknya burung-burung yang berterbangan dengan suara-suara merdu mereka.
"Apa aku sudah berada di Surga?"Felix yang mendengar itu menjadi emosi dan sangat geram dengan kelakuan tak waras yang dilakukan wanita dihadapannya ini.
"Apa kau gila? Bunuh diri bukan hal yang bagus untuk menyelesaikan masalah!"Erika tersentak kaget mendengar bentakkan yang dilontarkan suaminya tersebut dan menunduk terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa. Bibirnya kelu. Segala macam umpatan yang awalnya ingin ia keluarkan untuk pria itu seketika hilang tergantikan dengan bisu. Entah apa yang diberikan pria itu padanya hingga membuatnya hanya bisa diam ketika dimarahi dan dibentak. Sangat berbeda dengan dirinya yang dulu, yang sangat pembangkang dan keras kepala.
"Kenapa kau diam? Apa kau juga bisu?"
Erika tetap diam.
"Kenapa kau diam, Erika?! Kau tahu, bukan, jika aku tak suka diacuhkan? Tatap aku dan jawab pertanyaanku!" bentak Felix sembari menarik dagu istrinya untuk mendongak dan menatap matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessed By Them[Slow Update]
RomanceDARK ROMANCE. RATED M, 21+ UNTUK ADEGAN PEMBUNUHAN. Harap bijak dalam memilih cerita yang ingin dibaca. Harap dihayati ketika membaca dan rasakan apa yang dirasakan Erika, Felix, Liam, Tuan V dan Si Gila, dijamin deg-degan serr. *** "Dia suamiku yan...