___
Aku tidak tahu kenapa mau saja menuruti keinginan Sandra sementara rasa kesalku itu masih ada. Kekesalan yang sampai saat ini masih belum bisa aku hindari dengan sendirinya. Jika bukan karena sejak dulu Sandra yang memulai, maka mungkin saja sekarang aku biasa saja. Namun, kini bertambah satu hal yang membuatku makin tak ingin berada di dekatnya. Melihatnya mengingatkanku dengan perempuan yang menjadi salah satu penyebab Mama dan Papa cerai.
Akan tetapi, melihat Sandra menangis—seperti yang saat ini dilakukannya—membuatku iba. Sebagai anak yang ada hubungannya dengan orangtua kami, aku sadar bagaimana perasaannya. Malam itu melihatnya meluapkan kekesalannya padaku membuatku sadar bahwa dia memang tidak baik-baik saja.
Rooftop SMA Nusa Cendekia sepi saat Sandra berjalan menuju tempat ini. Aku mengikutinya duduk menekuk lutut seperti apa yang Sandra lakukan. Dia diam saat terakhir kali mengatakan ingin bicara di sini.
Sandra menundukkan kepalanya di atas lutut. Bahunya bergetar. Dia mengucapkan sesuatu hal yang membuatku tercengang. "Gue sebenarnya nggak benci sama lo."
Aku hanya diam menunggunya bicara.
"Dulu banget, waktu gue masih SMP, pertama kalinya nyokap gue ngomongin soal Papa baru, lo tahu gimana respons gue?" Sandra menoleh kepadaku dan menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. "Gue seneng. Gue seneng nyokap gue nggak sendiri lagi. Gue seneng karena gue pikir, cita-cita gue buat kuliah di New York beberapa tahun kemudian nggak bakalan ngebuat gue khawatir sama nyokap gue yang bakalan gue tinggalin."
Sandra....
"Gue makin seneng saat tahu ternyata calon suami nyokap gue itu punya anak. Seumuran gue. Apalagi anaknya cewek. Dan dari situ pertama kalinya nyokap gue ngasih tahu nama lo. Geisha Ghania Izora. Dipanggil Geigi. Unik. Tapi gue lebih seneng manggil lo dengan nama Geisha dibanding Geigi. Makanya sampai sekarang gue nggak mau manggil lo Geigi.
"Gue nggak bakalan lupa nama lengkap lo sampai gue masuk ke Nuski. Gue seneng banget waktu itu karena kalau beneran anaknya cewek, gue jadi bisa punya saudara. Ada yang bisa gue ajak ke mal, nonton di bioskop, atau belanja bareng. Happy bareng. Gue bakalan bisa ngerasain hidup dengan saudara baru."
Air mata Sandra sudah mengalir deras. Tanpa sadar mataku memanas. Sandra? Ini beneran lo, kan?
"Tapi apa? Hal yang paling ngebuat hati gue hancur adalah saat tahu dari orang lain ternyata nyokap gue punya hubungan dengan laki-laki beristri. Nyokap gue ngomongin soal pernikahan ke gue waktu itu, disaat bokap lo belum cerai dengan nyokap lo."
Sandra mulai menangis tersedu-sedu. Aku tak bisa berkata-kata karena memikirkan segala perkataan Sandra barusan.
"Lo mungkin bisa bayangin bagaimana kecewanya gue sama orang yang paling gue sayang. Orang yang selama ini selalu ngedidik gue supaya jadi anak baik." Sandra menatapku. "Tapi apa? Apa yang dia lakuin itu baik? Enggak, kan?"
"Sandra...." Aku tak bisa berkata-kata lagi. Kuelus bahunya, berharap dia bisa merasakan bahwa ada aku di sini. Dia tidak sendirian menanggung itu siapa. Semua alasan-alasan yang diutarakannya membuatku terenyuh.
"Gue nggak bisa ngapa-ngapain apalagi saat orang-orang di sekitar gue tahu tentang nyokap gue. Gue juga yang jadi sasaran. Gue diejek. Gue di-bully. Gue dikata-katain ini itu. Sampai gue rasanya nggak sanggup cuma buat ke sekolah doang. Gue nggak sanggup, Gei."
Aku menghapus air mata di pipiku yang jatuh tanpa kuinginkan.
"Gei, gue boleh peluk lo nggak?" pintanya sambil menatapku dengan tatapan hampa.
Aku bersedia mengulurkan tangan dan dekapan. Dia menangis tersedu-sedu. "Gue nggak tahu harus curhat ke mana lagi selain elo. Gue udah minta ke Tuhan, tapi gue rasanya juga perlu ngomong dan dengerin suara orang. Gue curhat ke elo karena gue yakin lo lagi ngerasain hal yang sama kayak gue."
"Bener, San. Gue juga ngerasain hal yang sama. Gue nggak mau bokap gue dan nyokap lo nikah. Gue nggak mau karena gue nggak tahu gimana caranya hidup di antara mereka." Aku mengigit bibir. Sudah berkali-kali aku menahan tangis, tapi gagal. Tangisku pecah di pelukan Sandra yang juga belum berhenti menangis.
"Gue mohon kasih tahu bokap lo, jangan nikahin nyokap gue. Gue nggak mau. Gue nggak tahu harus ke mana lagi ngomongnya. Gue udah bilang ke nyokap gue berulang-ulang."
"Gue juga nggak mau. Nggak pengin banget, San."
"Gue ngancem bunuh diri, cuma ngancem, gue nggak berani lakuin itu karena gue masih sayang nyokap gue. Gue udah pernah ngerasain gimana rasanya dikata-katain sebagai anak perebut suami orang. Dan sekarang? Hal menakutkan itu muncul lagi. Gue nggak mau ikut ngerasain kayak mereka yang posisinya sama kayak gue. Gue nggak mau hidup kayak gitu."
Sandra makin tergugu dan aku memeluknya erat.
"Sekalipun pernikahan itu dilanjutkan, nggak ada yang bakalan hidup tenang. Gue nanti nggak tahu harus ke mana. Kakek dan nenek gue semuanya udah meninggal. Gue nggak deket dengan keluarga gue yang lain. Jadi, gue harus ke mana kalau nyokap gue beneran ngelanjutin pernikahan itu?" tanyanya.
"Sandra, jangan nangis kenceng. Gue kan jadi ikutan nangis kenceng." Aku menangis tersendat-sendat. Andaikan Sandra tidak menangis sampai tersendat-sendat begini, aku juga tidak akan menangis sepert itu.
"Geisha gue mohon bantuin gue, kasih tahu bokap lo gue mohon."
Aku mengangguk meski aku tak tahu apakah aku bisa bicara dengan Papa yang sepertinya tekadnya sudah bulat untuk menikahi Tante Jessy.
"San, maafin gue ya udah kesel sama lo selama ini. Lo sih nyebelin. Nyebelin banget."
"Gue yang harus minta maaf. Salah gue juga. Karena tahu lo anaknya Om Iyan, gue jadi ikutan nggak suka sama lo padahal lo nggak ada salah apa-apa."
Kami berpelukan lama. Saling menangisi hal yang sama. Entah bagaimana ujungnya nanti. Apakah Papa dan Tante Jessy akan benar-benar menikah. Jika iya, maka aku tak akan bisa sanggup. Apalagi Sandra.
***
An:
Nggak tahu kenapa, dari dulu nggak bisa buat tokoh yang asli antagonis banget.
Gimana perasaan kalian setelah baca curhatan Sandra ke Geigi?
Ada yang mau kalian sampaiin ke tokoh-tokoh di cerita Geigi? Apa aja deeh. Atau pendapat kalian tentang tokoh-tokoh di bawah. Atau mungkin ada yang mau nanya-nanya ke mereka:
GEIGI
DIRGAM
MARS
RUMI
SANDRA
OM IYAN
TANTE LISA
TANTE JESSY
TANTE MAYA
TANTE RINI
AYNA
Jangan-jangan masih ada yang lupa dengan nama-nama di atas?
KAMU SEDANG MEMBACA
Geigi [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]
Genç Kurgu[SELESAI] Pernahkah kamu merasakan takut berlebihan pada sesuatu yang sepele? Kalau, ya. Kita sama. Aku takut jatuh cinta dan aku juga takut tidak bisa merasakan cinta. Aneh. Tapi itu yang aku rasakan. Berawal dari tragedi terlambat olimpiade memb...