Sebuah rasa

4.8K 272 0
                                    

     Zahwa dan Dewi telah berada dikamar dengan laptop di pangkuan masing masing. Selepas membantu membereskan segala toples dan antek anteknya seusai acara, mereka izin pulang karena hari kian menggelap. Zahwa tengah sibuk dengan tugas bejibun yang diberikan dosen killernya, sedangkan Dewi asik menonton drama korea yang menceritakan kisah percintaan putri duyung.

"Wa, aku mau tanya deh!".
Dewi memiringkan tubuhnya menghadap Zahwa.

"Tanya apa?".

"Mas Aksa udah punya cewek belum?".

Seketika jari Zahwa berhenti menari di atas keyboard hanya karena satu nama yang akhir akhir ini memenuhi pikirannya.

"Kenapa tanya gitu?".

Dewi menggigit bibir bawahnya. Meletakkan laptopnya setelah mematikannya terlebih dahulu.

"Kayaknya aku suka deh sama mas Aksa!".

Bibir Zahwa mengatup sempurna. Jantungnya berdegup kencang. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada Dewi.

"Oh!".

"Kok oh sih? Trus gimana, mas Aksa punya cewek nggak?".

"Tanya aja sama mas dok, aku juga nggak tahu".

Dewi mengangguk pelan. Zahwa pikir ia akan berhenti bertanya dan melanjutkan kegiatan menontonnya. Tapi Dewi malah menampilkan senyum lima jari yang membuat lesung pipinya makin terlihat dalam.

"Kenapa lagi?".

"Kamu punya nomer hp nya kan? Minta boleh?".

Kalau saja ia tak ingat Dewi temannya sejak kecil dan Dana belum sah miliknya, sudah bisa dipastikan buku setebal kamus tiga bahasa disampingnya akan berpindah kewajah manis Dewi. Dengan sabar ia meraih ponselnya diatas nakas dan menyerahkannya pada Dewi.

"Cari sendiri".

Dengan antusias Dewi mengutak atik benda pipih itu kemudian meraih ponselnya sendiri dan mengetik sesuatu.

"Wa, ini siapa? Maaf nggak sengaja kepencet tadi".

Zahwa buru buru merebut ponselnya dari Dewi. Nomor tanpa nama yang telah ia hafal karena rutinnya menghubungi Zahwa terpampang dilayar ponselnya. Beberapa pesan yang tak satupun ia balas selain salam, masih berderet rapi.
Ia kira Hamzah sudah menghapus nomornya karena tiga hari ini absen mengirimi pesan, tapi ternyata ada pesan baru yang benar benar membuka matanya sempurna.

From : 08567xxxxxxx

Aku boleh silaturrahim ke rumah kamu besok?

Orang yang telah sebisa mungkin ia hindari, malah ingin bersilaturrahim. Kalau seperti ini alasannya, mana mungkin Zahwa menolak. Ia tak mungkin memutus tali silaturrahim.
Dengan lincah jarinya mengetik balasan untuk Hamzah yang masih menampilkan status online.

To : 08567xxxxxxx

Silahkan.
                              🌿🌿🌿
     Dana memijat pelan pelipisnya. Pusing menyerang tiba tiba setelah menangani pasien. Efek begadang mungkin. Semalam penuh ia tak tidur karena kedatangan adik sepupunya yang tiba tiba. Sambil membawa koper, ia mengutarakan niatnya untuk tinggal dirumah keluarga Dana selama ia kuliah. Hilir mudik dari kota satu ke kota lain itu melelahkan. Belum lagi jika kemacetan berjam jam yang membuat tulang serasa remuk.
Ketukan pintu membuatnya menegak kembali. Wajah cantik dokter Hima muncul dibalik pintu. Rambutnya yang biasanya teruarai kini dikepang seperti Elsa dalam film Frozen.

"Siang dokter Aksa! Mau makan siang bareng nggak?".

"Boleh!".
Dana mengangguk. Tangannya menyambar dompet dan ponsel yang ia geletakkan di meja. Sedikit merapikan snelli nya yang agak lecek.

Penyempurna AgamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang