berubah

3.9K 218 5
                                    

Lelaki yang memakai jaket bomber merah tengah menyilangkan kaki didepan gadis berhijab. Tatapan angkuhnya tak lepas mengamati gerak gerik Dewi yang menampakkan muka masam. Dia Laskar. Lelaki playboy yang sombong dengan segala yang dimiliki. Seakan hartanya tak akan pernah habis walaupun tujuh turunan.

"Lo tau kan berapa cewek yang antri cuma buat lunch sama gue? Dan gue meluangkan waktu buat lo. So, nggak perlu deh lo jual mahal!".

"Kalo bukan karena mama, aku nggak bakal kesini. Lebih baik aku kuliah!".

Laskar mendecih. Menaikkan sebelah alisnya meremehkan.

"IP lo berapa sih? Paling juga 2,5. Itu pun kalo nyampe!".

Sedikit melotot, Dewi melipat tangannya.
Tak habis pikir dengan mulut orang ini. Percuma dia sekolah di luar negri kalo etika aja nggak punya.

"Btw.. e.. Dewi kan nama lo? Abis ini kita nonton gimana?".

"Nggak!".

"Cuma dua option. Lo mau atau gue aduin ke nyokap lo?".

Lemon tea yang telah berada di mulutnya serasa ingin ia semburkan ke wajah Laskar. Kenapa Tuhan menciptakan makhluk semenyebalkan ini?

"Kalo gitu kenapa nanya? Udah tau nggak ada pilihan yang menguntungkan buat aku".

"Good girl. Jadi makin suka".
Laskar tersenyum yang dibalas tatapan tak suka dari Dewi.

"Ayo!".
🌿🌿🌿
"Kurang lebihnya itu yang dapat saya sampaikan pada pengajian hari ini, semoga bermanfaat. Jika Allah mengizinkan, kita semua akan bertemu minggu depan. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh!".
Ustadzah Yuli mengakhiri acara pengajian siang hari ini dengan bersalam salaman bersama warga kompleks yang hadir.
Menyisakan Zahwa yang masih duduk di tempatnya. Tak ingin beranjak karena masih ada yang ingin ia utarakan. Setelah semuanya pulang dari masjid, ustadzah Yuli menghampiri Zahwa. Duduk disebelahnya sembari merapikan kitabnya di meja.

"Baru kelihatan kamu. Sibuk ya?".
Tanya Ustadzah Yuli.

"Iya, umi. Apalagi ditambah ngurus rumah, jadi makin sibuk!".

"Hidup sendiri itu jangan kamu anggap berat. Bersyukur kamu masih punya tempat tinggal bagus dan lebih dari layak. Coba lihat orang yang ada dipinggir jalan, mereka bingung cari tempat tinggal saat hari sudah mulai sore".

Zahwa mengangguk. Setuju dengan ucapan Ustadzah Yuli. Memang sepenuhnya benar.

"Zahwa mau tanya sama umi, boleh?".

"Tentu!".

"Zahwa dulu dikhitbah laki laki ,umi. Zahwa pikir dia baik karena lulusan ponpes ternama, juga keluarganya yang terkenal sangat religius. Tapi ternyata.. dia malah melanggar larangan agama, dan Zahwa memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya. Menurut umi bagaimana?".

"Cara pandang orang memang seperti itu. Melihat sesuatu hanya dari covernya. Tapi hatinya bagaimana? Kita tidak akan tahu!".
Ustadzah Yuli sedikit tersenyum.

"Semua orang pernah salah, begitu juga laki laki yang kamu ceritakan. Tapi ingat, Allah itu maha pengampun. Sebanyak apapun dosa dan kesalahan umatnya, Allah pasti memaafkan. Asalkan.. dia mau bertaubat. Kamu berhak memilih untuk melanjutkan atau mengakhiri, tapi jangan sampai memutuskan tali silaturrahim. Hilangkan rasa benci dan dendam dihati kamu terhadap dia, jangan sampai kamu punya penyakit hati yang sangan dibenci Allah!".

Zahwa diam. Dia salah menaruh rasa kecewa dan benci di hatinya. Hingga ia melupakan bahwa Allah saja mengampuni hambanya, kenapa dia tidak memaafkan Hamzah?

Penyempurna AgamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang