"Cleo Carvian Putra. Usia empat tahun. Lahir di Singapore pada tanggal 20 Juli. Nama ibu Brelia Nandira. Nama ayah tidak dicantumkan!".
Laskar menahan amarahnya yang telah bergemuruh. Laporan dari tangan kanannya terasa seperti kejutan besar. Bodohnya ia tidak menyadari penyebab Brelia menghilang. Jadi selama ini, ia sudah menjadi orang yang paling berdosa. Bahkan ia tak tahu jika sudah ada sosok baru yang begitu mirip dengannya. Oh God! Apa yang harus ia lakukan sekarang? Berusaha mengembalikan posisinya dihati Brelia? Crazy! Bagaimana dengan Dewi nanti? Ia tidak bisa melukai hati gadis itu. Tidak untuk melakukan kesalahan yang sama.
"Tahu alamatnya?".
"Tahu, tuan!".
"Apa dia tinggal sendiri?".
"Tidak. Dia tinggal bersama seorang dokter, adik sepupunya!".
Ingatan Laskar melayang pada pagi itu. Brelia memang sedang bersama seorang wanita. Kalau seperti itu, Laskar bisa memastikan jika Brelia belum menikah dengan orang lain.
"Beli barang barang yang dibutuhkannya, apapun itu, dan kirim ke rumahnya secepat mungkin. Dan ingat, jangan sampai dia tahu aku yang mengirim itu!".
Ujarnya tegas."Baik, Tuan!".
🌿🌿🌿
Senyum miring Ghifar tercetak jelas melihat rencananya mulai berhasil. Ternyata tidak sulit memisahkan dua orang itu. Dengan bantuan orang yang punya dendam di masa lalu, tentunya semakin lancar prosesnya. Dering ponsel memudarkan kesenangannya. Nama partner kerjanya tertera di layar."Why?"
"Bisa lo tebak gue lagi dimana?"
"Mana gue tahu"
"Ditempat yang sama seperti lo, tentunya demi rencana kita"
"Smart girl! Gue tunggu rencana lo. Bye!"
Setelah sambungan terputus, Ghifar melempar ponselnya ke sembarang arah. Betapa baik Tuhan padanya. Tak ada pengacau yang memperlambatnya.
"Ngapain senyum senyum, Fa?".
Dina duduk disebelah Ghifar yang langsung menetralkan ekspresinya."Hehe biasalah, bun. Anak muda kan emang gini".
"Iya iya. Udah makan belum? Bunda bikin opor ayam!".
"Belum. Ayo temenin aku makan, bun!".
"Iya ayo".
🌿🌿🌿
Zahwa memijat pelipisnya yang terasa berdenyut setelah mengerjakan tugas untuk presentasi besok. Malam ini ia akan tidur cepat. Niatnya. Namun ketukan pintu membuatnya mengurungkan niatnya. Pintu utama terbuka lebar, menampilkan gadis cantik dengan pakaian sopan tanpa hijab."Mbak Nina? Ya Allah.. kok nggak bilang mau kesini?".
Dengan segera Zahwa membawa Nina untuk duduk di sofa ruang tamu. Ia tak menyangka, orang yang sudah dianggap kakaknya sendiri akan berkunjung."Iya, Wa. Aku pengen liat Jakarta. Rumah kamu bagus banget yo, pantesan ndak betah tinggal di desa!".
Nina menelusuri berbagai hiasan yang berada di ruangan ini. Semuanya terlihat mahal."Betah kok, mbak. Kapan kapan aku kesana lagi!".
"Aku boleh nginep sini ndak, Wa? Soalnya aku ndak tau mau tinggal dimana".
Dengan senyum lebar Zahwa mengangguk kuat. Dipegangnya kedua tangan Nina.
"Boleh banget, mbak. Aku malah seneng punya teman disini. Ayo aku tunjukin kamarnya!".
Zahwa berjalan mendahului Nina menuju lantai atas.
Di belakangnya, Nina tersenyum miring. Rencananya berjalan mulus. Tinggal menunggu tanggal mainnya dan semuanya akan selesai sesuai keinginannya. Semua akan terbalaskan. Sakit hatinya, kesedihannya, kelaparannya, Zahwa juga harus merasakannya."Nah ini kamarnya. Anggap aja rumah sendiri ya, mbak".
Ujar Zahwa setelah membuka pintu kamar di sebelah kamarnya."Bagus banget, Wa. Aku pasti betah disini!".
"Udah ah, mbak. Aku keluar dulu, ya. Mau bikin minum!".
"Iya!".
Sepeninggal Zahwa, Nina mengeluarkan sebuah foto dari tasnya. Foto bayi yang sama persis seperti yang ditemukan Zahwa dirumah kakeknya. Dipandangnya lekat lekat seakan ada perasaan yang membuncah disana.
"Semua hampir selesai!".
🌿🌿🌿
Yuhu......
Author minta maaf lama nggak muncul. Sekalinya muncul eh.. pendek banget. Maapin ya readers.. ini lagi diusahain update cepet kok. Jangan lupa vomment nya..
Bubay!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyempurna Agamaku
Fiksi RemajaAdakalanya Tuhan mengujimu untuk mengetahui seberapa kuatkah imanmu. Memposisikan kamu sebagai tokoh utama yang harus tetap berada di jalan-Nya seberat apapun rintangan yang melanda. Dia juga mengujimu dengan sebuah rasa yang dinamakan "cinta". Apak...