"Waktu akan merubah semuanya, lingkungan, perilaku, bahkan perasaan"
_Penyempurna Agamaku_
🌿🌿🌿
Ghifar yang pagi tadi baru sampai ke kota langsung menghampiri Dana yang sudah memakai snelli nya. Dengan wajah sedih penuh penyesalan, ia berujar jika itu adalah kesalah pahaman. Tapi mau bagaimana lagi? Saat mata telah melihat sesuatu yang berbeda dari yang di pikirkan, maka pikiran juga akan ikut beralih seperti yang dilihat. Dana hanya menatapnya barang sejenak kemudian menenteng tas kerjanya keluar. Dan sekarang disinilah Dana bertengger. Kantin RS. Kantung mata yang menghiasi wajah tampannya menimbulkan banyak pertanyaan bagi siapa saja yang melihatnya. Salah satunya dr. Jonathan. Satu profesi tapi beda keyakinan dengan Dana. Ia menepuk pundak Dana yang tengah berusaha membuka matanya."Kenapa sih, Sa?".
Tanyanya. Mereka seumuran, lumayan dekat juga. Jadi tak perlu embel embel jika memanggil."Nggak papa".
"Wajah kamu jadi lebih jelek dari aku deh!".
"Aku nggak mau bercanda ya, Jo!".
"Sholat dulu sana, biasanya tiap kamu habis sholat wajah kamu langsung berseri seri gimana gitu".
Ini bukan kali pertama dr. Jonathan mengingatkan Dana.
"Awalnya kamu bisa jadian sama istri kamu gimana sih, Jo?".
Tanya Dana mengalihkan topik."Nggak jadian. Kan aku dijodohin, Sa".
Dr. Jonathan menggeleng polos.Dana mendesah kecewa. Ia bertanya pada orang yang salah. Dengan pikiran yang sudah amburadul tak tentu, ia menghabiskan tehnya dan membayar. Mencolek sedikit pundak Dr. Jonathan saat ia akan meinggalkan tempat ini.
"Aku ada operasi pagi ini, duluan ya?".
"Yaudah sana. Jangan asal bedah aja ya, Sa. Takutnya pikiran kamu yang semerawut buat nggak konsen!".
"Hem!".
Balas Dana seadanya. Ia harus bisa profesional. Setidaknya sampai operasi selesai dan setelah itu kalau tubuhnya ingin ambruk ya biar ambruk sekalian.
🌿🌿🌿
Dewi menguap disebelah Laskar. Ia masih mengantuk karena begadang semalam suntuk untuk movie marathon. Yah.. nggak penting banget sih ya.. tapi itu hobinya. Salahkan saja Laskar tiba tiba mengajaknya pergi ke suatu tempat pagi pagi."Ngantuk?".
Tanya Laskar."Iyalah. Kamu ganggu tauk. Aku kan mau tidur sampe jam 9 lah kurang lebih, eh.. kamu malah dateng pagi pagi".
Dumel Dewi. Ia tak rela quality time nya dengan kasur terganggu."Gue udah bisa bangun buat sholat subuh tadi, keren kan?".
Adu Laskar dengan bangga. Ya.. tidak sia sia ia tidur cepat tadi malam. Niatnya untuk bangun saat adzan subuh berkumandang berhasil. Tanpa alarm menyebalkan.Dewi mengangguk. Mengangkat satu jempolnya. Memberi apresiasi pada semangat Laskar yang ingin berubah menjadi lebih baik.
"Bagus. Terus ngajinya gimana? Roky udah ngajarin kamu kan?".
"Bocah tengil satu itu? Semalem datang kerumah gue!".
"Terus udah sampe mana ngajinya?".
Tanya Dewi antusias."Dia gue usir biar bisa tidur cepet terus bangun subuh!".
Jawab Laskar enteng. Tak memperdulikan Dewi yang melongo tak percaya. Ingatkan Dewi untuk minta maaf dengan Roky nanti.Tak apa. Setidaknya sedikit demi sedikit Laskar mulai berubah. Perlu waktu kan untuk menjadi lebih baik?
"Kita sarapan dulu ya?".
Laskar menghentikan mobilnya disalah satu warung dipinggir jalan. Ia ingat jika Dewi tak terlalu suka makan di restoran mahal. Semoga saja lidahnya cocok dan perutnya tak sakit setelah mencerna makanan disini."Kok tumben makan disini?".
Tanya Dewi setelah keduanya turun dari mobil."Pengen aja. Ayo!".
Laskar mendahului Dewi masuk ke warung itu. Ramai karena memang waktunya tepat untuk sarapan.Dewi duduk disalah satu kursi yang tersedia. Menunggu Laskar memesan makanan. Matanya bergerak mengikuti arah langkah Laskar yang sepertinya mulai tak nyaman berdesakan dengan ibu ibu. Parasnya yang tampan dan penampilannya yang mungkin menunjukkan ia orang beruang menjadi daya tarik ibu ibu untuk sekedar menatap atau mencubit Laskar. Dewi terkekeh saat melihat Laskar berusaha tersenyum ramah setelah wajahnya habis di jamah tangan kasar ibu ibu. Tak tega, Dewi menghampirinya dan menggantikannya.
"Kamu duduk aja gih, ngenes banget wajahmu tuh!".
Ujar Dewi sembari menahan tawa."Dari tadi kek!".
Laskar melangkah pergi dan duduk ditempat Dewi.
Ini pengalaman pertamanya berebut dengan orang lain hanya untuk sebungkus nasi. Dewi benar benar merubah hidupnya. Dia yang hampir setiap hari bangun jam 8, sekarang ia sudah bisa bangun pagi bahkan melaksanakan sholat subuh. Mungkin Tuhan telah mentakdirkannya bersama Dewi setelah ia melakukan kesalahan dengan orang lain. Ia melihat mobil yang berlalu lalang dijalan raya sambil sesekali melihat email yang masuk."Kak Brelia mau makan apa?".
Deg!
Laskar terpaku beberapa saat mendengar seseorang menyebut nama itu. Ia mendongak. Pandangan mata mereka bertemu. Tatapan rindu, kecewa, dan penuh sesal menyatu jadi satu."Brelia!".
Laskar mengucapkan nama itu tanpa suara. Dadanya masih saja sesak saat mengucapkan itu.
Ingin rasanya ia merengkuhnya kedalam pelukan, tapi secepat mungkin Brelia pergi tanpa sepatah katapun. Lagi dan lagi, tak hanya kehadiran Brelia yang membuatnya terkejut tapi juga anak kecil yang bersama Brelia. Mungkinkah?"Nih!".
Dewi datang membawa dua piring berisi nasi dan lauk pauk untuknya dan Laskar. Ia sedikit bingung melihat wajah Laskar yang berbeda dari sebelumnya. Masa iya dia masih marah karena berdesakan dengan ibu ibu?"Kamu marah ya? Yaudah besok besok ke resto aja!".
Laskar menghela nafas panjang. Menutup matanya sejenak dan menetralkan ekspresinya. Jangan sampai Dewi terkena emosinya.
"Nggak papa. Gue laper aja!".
"Jangan pergi dari gue kalo nanti lo tahu semua masa lalu gue ya, Wi".
🌿🌿🌿
Part ini Zahwa nggak muncul karena lagi nenangin pikiran dulu ya...
Author lagi UTS nih, doain lancar ya.. semoga nggak ada remed dalam pelajaran apapun..
Maaf author lama menghilang karena ada konflik batin yang bikin mood makin amburadul.
Oke see you next part..
Bubay!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyempurna Agamaku
Teen FictionAdakalanya Tuhan mengujimu untuk mengetahui seberapa kuatkah imanmu. Memposisikan kamu sebagai tokoh utama yang harus tetap berada di jalan-Nya seberat apapun rintangan yang melanda. Dia juga mengujimu dengan sebuah rasa yang dinamakan "cinta". Apak...