menerima

4.3K 228 6
                                    

Hamzah pov
        Aku berada ditempat asing yang belum pernah aku temui. Disini hanya ada cahaya putih. Tak ada orang lain selain aku. Aku takut. Derap langkah yang semakin mendekat membuatku takut. Aku berlari, ingin menjauh dari tempat ini. Hingga aku mendengar suara orang mengaji. Itu suara Zahwa. Semakin lama makin terdengar jelas. Aku mulai pusing. Cahaya putih makin mendekat kemudian aku terbawa cahaya itu. Dan saat aku membuka mata, tubuhku terasa sangat sakit. Kulihat sekelilingku. Aku melihat Zahwa tengah membaca Al Qur'an disampingku. Ingin rasanya aku berbicara padanya, tapi entah kenapa tenggorokanku terasa sangat kering. Kemudian pandangan kami bertemu. Dia seperti terkejut. Aku bingung apa yang sebenarnya terjadi. Kulihat dia berlari keluar dan kembali bersama keluargaku dan seorang dokter. Umi, abi, mas Karim, mbak Winda, juga Zahwa, semuanya menangis melihatku.

"Syukurlah, dia telah melewati masa kritisnya. Ini benar benar keajaiban!".
Ujar dokter itu

"Alhamdulillah. Terimakasih, dokter!".
Ujar Abi.

"Sama sama. Saya permisi dulu!".
Setelah dokter itu pergi aku baru sadar jika aku berada di RS karena kecelakaan bersama mas Karim.

"Kamu mau minum?".
Umi menghampiriku dengan senyuman dan air mata yang masih mengalir.

Aku hanya mengangguk.

"Kamu udah tidur lama, Ham. Aku takut kalo kamu nggak bangun bangun. Eh ngomong ngomong, kamu nggak amnesia, kan?".
Aku menggeleng. Aku senang melihat mas Karim baik baik saja.

"Kaki Hamzah, mi".
Rintihku.

"Kaki kamu kenapa?".

"Kakinya nggak bisa digerakin".

"Tunggu ya, umi panggilin dokter".
Umi menarik abi keluar ruangan.
Aku harap harap cemas menanti dokter, berharap apa yang aku takutkan tidak terjadi.

Tapi fakta yang aku dapatkan membuatku hampir saja membenci Tuhan. Aku dinyatakan lumpuh. Dokter tidak bisa memprediksi kapan kakiku akan berjalan normal kembali. Aku menangis dipelukan umi. Kulirik Zahwa pergi keluar ruanganku. Aku yakin, dia akan meninggalkanku setelah mengetahui keadaanku sekarang.
                               🌿🌿🌿
Author pov
        Rumah Dewi menjadi tempat persinggahan Zahwa kali ini. Ia butuh teman untuk berbagi. Satu sisi ia senang Hamzah tidak akan jauh darinya, tapi disisi lain, ia masih terkejut dengan keadaan Hamzah yang mungkin akan berbeda dari sebelumnya. Bukan bermaksud meninggalkan karena tahu kekurangan Hamzah karena ia tahu semua itu atas kehendak Allah. Tapi ia khawatir Hamzah marah dan menyalahkan Allah atas musibah ini.

"Eh, Wa, kenapa nangis? Masuk dulu yuk!".
Dewi yang sedang menyiram tanaman segera mematikan selang airnya dan mengajak Zahwa masuk ke kamarnya.

"Kamu dari RS? Mas Hamzah baik baik aja, kan?".
Tanya Dewi.

"Ada kabar baik dan buruk. Kabar baiknya mas Hamzah udah sadar".

"Alhamdulillah. Lalu kabar buruknya?".

"Mas Hamzah lumpuh".

Dewi memeluk Zahwa saat Zahwa mulai menangis lagi. Ia juga terkejut mendengar berita ini.

"Yang sabar ya, Wa. Kamu harus jadi penguat dia, buat dia tetap semangat. Kamu bisa kan?".

"Aku nggak tega liat dia, Wi!".

"Kalo bukan kamu, siapa lagi? Anggap aja ini bentuk perjuangan kamu buat hubungan kalian. Aku ada dibelakang kamu kalo kamu lelah!".
Dewi memeluk guling kesayangannya. Membiarkan Zahwa mencerna kata katanya.

"Aku juga sedang berjuang membuka hati mas Aksa! Kita berjuang dalam hal berbeda".

Detik jarum jam yang terus berjalan seakan menjadi saksi bahwa ini awal dimulainya perjuangan mereka. Bertahan demi cinta. Namun siapa yang tahu, setelah ini takdir mulai mempermainkan mereka. Menjungkir balikkan dunia mereka. Musuh dalam selimut, gunting dibalik lipatan kertas, akan ikut andil memainkan skenario Tuhan. Ada yang pura pura baik untuk cinta, ada yang pura pura bahagia demi cinta, dan ada yang tetap bertahan dengan sakit hatinya. Tunggu saja masanya akan datang, hanya pertolongan Tuhan yang mampu membuat mereka bertahan.
                               🌿🌿🌿
"Zahwa bukan tipe orang yang kamu pikirkan!".
Suasana yang sepi sepeninggal orang tua Hamzah untuk mengambil sesuatu di rumah membuat Dana dan Hamzah leluasa berbicara.
Dana tersinggung dengan ucapan Hamzah yang mengatakan jika Zahwa meninggalkannya setelah tahu keadaannya.

Penyempurna AgamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang