Pikirkan satu hal yang lebih menyedihkan dari ditinggal orang tersayang, ada? Itu yang ada dalam pikiran semua orang yang berada didepan ruang rawat Hamzah. Semua takut Hamzah pergi. Apalagi setelah mendengar kata kata dokter yang selalu sama setiap selesai memeriksa Hamzah.
"Berdoa saja, semoga Tuhan memberikan kesembuhan padanya!".
Umi, panggilan Zahwa pada ibunya Karim dan Hamzah, sudah terlihat pasrah. Ia bolak balik ke mushola berharap Tuhan mendengar doanya.
Zahwa dan Dewi sudah berganti pakaian dengan pakaian yang dibawakan oleh Winda, istri Karim. Mereka masih ngeri mendengar cerita dari Karim bagaimana kronologinya.
Karim dan Hamzah dalam perjalanan pulang, kebetulan Karim yang ada dibalik kemudi saat itu. Saat akan menyalip, ada truk dari arah berlawanan, sehingga tabrakan tak dapat terhindarkan. Untungnya Karim langsung loncat keluar sehingga hanya luka ringan. Tapi sayangnya Hamzah terjepit truk didepannya dan mobil dibelakangnya yang melaju kencang. Setelah Karim sadar di RS, ia segera mengabari orang tuanya lalu Zahwa. Karena ia tahu, Hamzah akan senang jika sadar nanti ada Zahwa disampingnya. Dari kejadian ini, Karim tak berhenti menyalahkan dirinya yang tergesa gesa saat mengemudi. Andai ia sedikit bersabar, pasti ia masih bersama Hamzah untuk makan malam."Kalian makan dulu aja, habis kehujanan pula, nanti kalian sakit".
Ujar Winda pada Zahwa dan Dewi."Zahwa nunggu mas Hamzah, mbak!".
"Jangan begitu, dek. Kamu mau pingsan waktu Hamzah sadar nanti? Nggak kan? Makan dulu di bawah sama Dewi, nanti kalo misal Hamzah sadar, mbak kabarin".
"Ayo, Wa!".
Ajak Dewi."Oke, aku permisi ya, mbak!".
Sebenarnya Zahwa tak merasakan lapar sedikitpun. Tapi ia tahu Dewi lapar. Egois jika dia tetap mementingkan dirinya menunggu Hamzah dan membiarkan Dewi kelaparan.
Dari sekian banyak yang ada, ia memilih nasi goreng. Selagi menunggu pesanan, ia teringat seauatu."Kamu kabarin mas Dana gih, Wi. Dia juga temennya mas Hamzah, kan".
Ujarnya."Iya, bentar!".
Dewi langsung mengutak atik ponselnya.Tak ada lagi yang Zahwa lakukan selain diam. Mengabaikan Dewi yang selalu tersenyum saat membalas pesan Dana.
"Mas Aksa bakal kesini, dia udah tau dari mas Karim".
Zahwa mengangguk singkat dan mulai mencicipi nasi goreng yang telah terhidang. Walaupun ia tak merasa lapar, tapi setengah porsi telah dilahapnya. Ternyata lambungnya butuh asupan untuk dicerna.
"Mas Aksa udah makan belum? Kalo belum aku pesenin!".
Suara Dewi membuat Zahwa menghentikan makannya. Ia melihat Dana sudah duduk didepannya."Belum. Oke, yang pedes ya".
Ujarnya.Dewi beranjak meninggalkan Dana dan Zahwa.
"Kamu bohong ya?".
"Ha? Bohong apa?".
"Katanya dijemput Hamzah, tapi ternyata Hamzah diluar kota!".
Sendok yang Zahwa pegang jatuh begitu saja. Harusnya ia langsung kembali keruangan Hamzah saat Dewi mengatakan Dana akan datang.
"E.. anu..".
"Kenapa, Za?".
"Maaf!".
"Sekarang aku tahu kalau kamu suka sama-"
"Zahwa suka sama apa?".
Kedatangan Dewi menghentikan ucapan Dana.
Zahwa bernafas lega. Setidaknya ia tak harus berada di situasi seperti ini."Oh ini, Zahwa suka sama nasi goreng".
Balas Dana."Oh.. aku kira Zahwa suka sama mas Aksa".
Dewi tersenyum dan melanjutkan makannya tanpa mengetahui sikap Dana dan Zahwa yang mendadak gugup.
🌿🌿🌿
Ini hari kedua Hamzah terbaring lemah di ranjang RS tanpa mau membuka mata. Ia terlalu nyenyak tertidur hingga melupakan tujuannya menaklukan hati Zahwa. Orang orang yang menjenguk pun tak henti hentinya memanjatkan doa untuk Hamzah. Seperti K.H. Syarief, pemilik ponpes yang dikunjungi Hamzah sebelum kecelakaan, beliau datang bersama murid muridnya untuk berdoa bersama pagi tadi. Itu informasi yang Zahwa dapatkan dari mas Karim. Walaupun hati Zahwa masih belum jelas, tapi Hamzah adalah lelaki yang berniat baik padanya. Sudah seharusnya ia menghargai niat Hamzah dengan memantau keadaannya.
Kehadiran Ghifar yang datang dengan wajah cemberut mengalihkan pikirannya. Entah sejak kapan ia, Dewi, dan Ghifar menjadi teman. Semuanya mengalir begitu saja hingga mereka sering berkumpul bersama."Kamu kenapa?".
Tanyanya."Gimana perasaan lo kalo udah buat bahan presentasi trus ke format gitu aja sama orang lain?".
"Ya sebel lah aku. Udah capek capek ngerjain".
Ujar Dewi."Emangnya siapa yang format?".
Tanya Zahwa."Si culun tuh! Ngeselin banget jadi orang. Astaghfirullah!".
Keluhnya.Dewi tertawa puas mendengarnya. Ia senang Ghifar menderita, karena melihat wajahnya saja sudah membuat Dewi naik darah.
"Yaudah mungkin dia nggak sengaja. Maafin aja".
Zahwa menutup novelnya yang telah selesai dibaca dan memasukkannya ke dalam tas."Dih.. ogah. Gue suruh buatin lagi lah!".
"Btw, habis ini kalian pada mau kemana?".
"Pulang!".
Jawab Dewi."Ke RS".
Jawab Zahwa."Lo sakit, Wa?".
"Jenguk teman. Aku duluan ya. Assalamualaikum!".
Zahwa pergi setelah mendapat jawaban dari keduanya. Ia berharap keadaan Hamzah makin membaik. Setidaknya ia ingin melihat Hamzah membuka mata.Zahwa hanya menemukan Winda didepan ruang rawat Hamzah. Ia sempatkan melirik kedalam. Hamzah masih tak menunjukkan tanda tanda untuk kembali sadar. Ia duduk disebelah Winda yang memainkan ponselnya.
"Mbak!".
"Loh Zahwa!".
"Gimana mas Hamzah?".
Winda menghela nafas.
"Ya gitu gitu aja, Wa. Keluarga juga berencana membawa Hamzah ke luar negeri"."Luar negeri?".
"Ya. Tunggu sampai besok sih kalau nggak ada perubahan!".
Walaupun demi kesembuhan Hamzah, tapi rasanya Zahwa berat merelakan Hamzah membentangkan jarak. Entah rasa apa ini, tapi ia takut jika terjadi sesuatu yang membuatnya dan Hamzah semakin jauh. Mungkinkah karena ia sudah membuka hati untuk Hamzah dan mulai bisa melupakan Dana?
🌿🌿🌿Yuhu.. maapin author part ini pendek banget ya dikarenakan satu hal dan lainnya.
Diusahakan part selanjutnya sampai 2000 kata deh ya..
Author mau tanya nih pendapat para reader..
Maunya Hamzah meninggal atau tetep hidup?
Jawab ya buat kelangsungan part selanjutnya..
Oke segitu aja, jangan lupa vomment nya.
Bubay!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyempurna Agamaku
Teen FictionAdakalanya Tuhan mengujimu untuk mengetahui seberapa kuatkah imanmu. Memposisikan kamu sebagai tokoh utama yang harus tetap berada di jalan-Nya seberat apapun rintangan yang melanda. Dia juga mengujimu dengan sebuah rasa yang dinamakan "cinta". Apak...