Dari informasi yang tertangkap. Roy beserta kawannya, Arjun akan menggantikan Bu Asna mengajar. Kebetulan Bu Asna wali kelas kami, otomatis mereka juga yang akan mengurus apa saja yang menyangkut dengan kelas kami.
Sempat heran. Kenapa yang menggantikannya harus mereka anak kelas unggul. Jelas-jelas jurusan kami berbeda, ditambah dengan mereka yang masih sekolah. Pastinya mereka lebih sibuk daripada harus mengurusi kelas kami.
Dan, aku masih belum tau alasan kenapa harus mereka yang menggantikannya. Mungkin memang peraturan sekolah begitu, atau mereka saja yang dengan senang hati meluangkan waktunya untuk mengurusi kelas kami.
***
Pelajaran hari ini Ekonomi. Roy yang sekarang berprofesi sebagai guru kami, menyuruh untuk membentuk tujuh kelompok, dan disetiap kelompok berisikan lima anggota. Dalam kelompokku dihuni oleh Celia, Radit, Ilham dan seseorang yang tak begitu kami harapkan.
Sungguh!! Dari awal pembentukan kelompok, mulut kami sudah berkomat-kamit mendoakan supaya Dia tidak ditakdirkan dalam kelompok kami. Namun, apa hendak dikata, doa kami tak di makbulkan. Sekarang Dia, Indri si cewek barbar, tukang ngupil satu kelompok dengan kami. Yang lebih parahnya lagi, dia duduk disebelahku.
Uuh, aku nggak terima. Kenapa si tukang upil ini harus disampingku!! Kenapa nggak disamping Ilham saja si cowok blakblakan ini.
Aku sudah terkesiap, berjaga-jaga supaya Indri tidak mengupil dan melempar upilnya itu seenaknya. Ciuh, membayangkan saja membuatku geli.
"Ingat, ya. Loe jangan ngupil sembarangan. Kalau itu sampai terjadi, nama loe bakal gue coret dalam kelompok." ancam Celia yang juga duduk disebelah Indri.
Kelompoknya berbentuk lingkaran, disebelahku lagi ada Ilham, disamping ilham ada Radit, lalu Celia, terus Indri. Begitulah seterusnya sampai berputar-putar.
Aku sedikit lega, setidaknya ada Celia yang memperingati dengan mengancamnya.
Tugas kami saat ini meringkas tentang 'Pembagian ilmu Ekonomi' di atas kertas karton yang nantinya akan dipresentasikan ke depan kelas. Berhubung aku tidak suka maju ke depan, aku memilih meringkas saja karena bagi yang meringkas tidak akan maju dan hanya duduk saja di bangku.
Awalnya Radit yang akan menulis, memang tulisan Radit terkenal paling bagus, tapi aku mengotot biarlah aku yang menulis. Bukan apa-apa, itu karena aku tak kuasa berada di depan dengan Roy sebagai pengajarnya, hendak jadi apa nanti aku di depan. Kurasa jadi patung.
Saat aku sedang asik-asiknya menulis. Roy berjalan mengelilingi kelas, hingga membuatku tak sepenuhnya terpusat dalam menulis.
Ujung ekor mataku jelalatan mengikuti pergerakan Roy yang dari sudut sana seperti menuju kemari. Benar saja, dia berjalan ke arah sini, buru-buru kusibukkan diri dengan menulis.
Suara tapakan kakinya tepat berhenti dibelakangku. Radit duduk di depanku yang sedari tadi asik menelisik lukisan pajangan di dinding belakangku tidak lagi melihat ke sana, dia malah beralih melihat karton yang tengah kutulis. Pertanda benar adanya Roy di belakangku, dan itu sangat membuatku tak nyaman. Konsentrasi menulisku kacau, bahkan aku lupa di mana sambungan kata yang sempat terhenti tadi.
"Waktunya tinggal lima menit lagi," Roy menginterupsi. Suaranya berasa tepat menggema di telingaku.
Gawat!! Aku benar-benar lupa sambungan ringkasannya.
"Cepat, Wa. Waktunya tinggal sedikit!" Radit bersuara.
"Iya, ini lagi cepat, kok," jawabku sambil menulis potongan kalimatnya, ngasal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuek & Pendiam
Teen FictionYang satu Cuek, dingin, irit bicara, acuh tak acuh. Yang satu lagi Pendiam, pemalu, lugu nan polos. Apa jadinya jika mereka berdua terikat suatu hubungan ??? Hubungan pertemanan ...!! Bukan !!! Tetapi lebih dari sekedar teman. Tepatnya hubungan 'Pa...