44. C&P

13.2K 730 54
                                    


"Saudara-saudara sekalian!"

Kelas yang saat itu bagai kapal pecah terdiam sejenak. Semua beralih ke depan menyimaki ketua.

"Mulai besok kita akan mengikuti ujian..."

Huuuu...

Udah tau kale...

Halah, pikir apaan...

Sejenak, Ilham menjadi bahan sorakan. Merasa bukan kabar yang penting, Anak kelas kembali mengacuhi, dan mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Dengerin duloe!!"

Tidak ada yang mendengarnya. Semua ribut bagai tak mengenal waktu.

Ilham mengusap dada berkali-kali. Dia bersiap-siap akan berteriak, tetapi...

BLAAM!!

"DENGERIN DULU VANGKE!!"

Seluruh isi kelas tak ada yang terkecuali ikut kejantungan. Berpasang-pasang mata mengarah pada deretan tetangga bangku kami. Tepatnya pada arah Indri.

Cewek tomboy itu mengangguk sekali, lalu mempersilahkan Ilham yang melongo di depan. "Dah, silahkan dilanjut!"

Sebelum memulai Ilham berdehem. "Ekhem!"

"Dikarenakan besok ujian. Mungkin karena staf, dan dewan guru mengadakan rapat, atau banyak tugas I dunno, gue kurang tau ... Jadi, saudara yang budiman sekalian."

"Hari ini ... Kita di pulangkan lebih awal."

What.

Yeah, Horeeee

Horaii

Yuhuuu

Cuiiit.

Kebisingan kelas pada waktu itu sanggup mengalahkan konser yang digelarkan di tengah-tengah padang.

Cewek maupun cowok. Sama-sama sibuk membereskan peralatan sekolah, sebagian sudah ada yang memangku tas hingga ada yang hendak keluar...

"Eh, bocah loe mau kemana?" sergah Ilham pada Cici.

"Pulang lah. Apalagi?"

"Duduk dulu!"

Ilham memukul-mukul penggaris kayu pada papan tulis. Masih tetap ribut. Sebagian mulai mendengar

"WOY ANAK TIKUS!"

Giliran di panggil 'Anak tikus' malah diam.

"Coba raba kuping kalian masing-masing."

Semua menuruti bak perintah penting.

"Nah, semua pada punya kuping, kan? Dengar sini baek-baek ... PULANGNYA BUKAN SEKARANG BEGOK."

"Yaelah ... Ngak usah ngegas kale."

"Emosian mulu kerjaan loe, ham."

"Selo euy maneh."

Sembur anak kelas satu persatu.

"Kalian yang buat gue emosian."

"Trus, pulangnya kapan?" potong anak cewek.

Dengan segenap kesabaran. Ilham, menyahut. "Waktu denger bell lang..."

Kriiing.... Kriiing....

Lagi-lagi perkataannya terpotong. Kali ini benar-benar tidak ada yang mengubrisnya. Semua pada heboh berebutan pintu. Bertolak-tolakan, saling mendorong, melebihi perbuatan anak SD.

Ilham menepuk jidat mendapati anak didik yang kurang adab. Dengan emosi yang masih berkeliaran, dia menghampiri kami.

"Bangsat ... Kelas dua nanti pokoknya gue turun jabatan."

Cuek & PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang