Hari ini aku pulang dengan Roy. Seperti biasa, setiap pulang sekolah kami belajar bersama, mungkin lebih benarnya Roy yang menjadi tutorku.
Namun, tempat yang akan kami gunakan untuk belajar hari ini sedikit berbeda. Tempat yang biasanya di caffe, perpustakaan atau rental buku-buku lama, kali ini tempatnya di rumah Roy.
Uwoooeh...
Agak gimana-mana gitu, belajar di rumah Roy. Sedikit ragu dan terpaksa, tapi penasaran, dan kepingin juga ke rumahnya. Jadilah aku hanya menurut saja.
Di tengah perjalanan. Roy menawariku ingin makan siang apa? Atau ngak, makan di rumah dia aja?
Daripada aku hanya menjawab dengan kata TERSERAH mulu, kali ini aku menjawab, "Beli aja."
Salah satu alasannya biar pas sampai dirumah. Dia nggak perlu repot ngurusin ini-itu lagi.Akhirnya Roy menepi mobilnya di Mc. Donald. Sebelum turun, Roy melihatku sekilas, hingga berkata.
"Kita bungkus aja. Ntar makannya dirumah, oke."
"Iyaa, boleh Roy."
"Loe ngak usah kemana-mana. Biar gue aja yang beli."
Aku menanggapi dengan anggukan. Lagian, aku juga malas untuk turun, dan beranjak kesana.
"Oo, barang kali loe ada yang pengen ... Mau nitip?" tanya Roy melongokan kepalanya didalam mobil, kebetulan dia sudah turun.
"Nggak ada," gelengku. "Terserah kamu aja mau beli apa." Sunggingku diujung kalimat.
Ujung-ujungnya kata 'terserah' tetap keluar dari mulutku... Hadeuh!!
Tinggallah aku menunggunya disini. Lumayan lama, entah apa-apa dibelinya didalam sana. Hingga aku teringat sesuatu gegara melihat sebuah toko yang ada di dekat situ. Bahwa isi kotak pensilku hampir ludes. Aku pun memutuskan untuk pergi ke toko peralatan tulis itu sebentar.
Di toko ini, Aku mulai memilih-milih. Ternyata, alat tulis disini bagus-bagus, banyak yang bermerek terkenal dan pastinya mahal. Bisa dibilang satu alat tulis disini, seharga setengah dari uang jajan sehariku.
Menyadari minggu ini aku belum dikirimi uang oleh Bunda, efeknya dompetku menipis, tentu wajib berhemat. Jadilah aku hanya memilih dua ballpoint, dan satu pensil yang biasa-biasa saja.
Usai membeli. Aku melihat Roy seperti orang linglung didepan mobilnya. Karna penasaran aku menghampirinya, lalu bertanya. "Kenapa Roy? Ada yang ketinggalan?" tanyaku mengagetkan.
"Loe, kemana aja? Dari tadi dicariin." serbunya rada meninggi.
Ooh, dia nyariku rupanya!! Pantes...
"Aku kesana bentar kok," tunjukku pada toko alat tulis.
"Dibilangin ngak usah kemana-mana," ketus Roy.
"Iih, kan cuma kesitu doang ... Nggak jauh pun, ngak payah nyebrang jalan."
"Sama aja buat orang khawatir," sewot Roy.
"Aku, kan bukan anak kecil," balasku tak kalah sewot, sedetik kemudian tersenyum. "Kok, bisa ya, kamu khawatir sama aku?" tanyaku mengetuk-ngetuk telunjuk didaguku.
"Takut kabur," singkat Roy
"Haa, kabur? Emang mau kemana ... Ujung-ujungnya pasti ketemu."
"Masuk sana!! ngak usah cerewet." Roy menyuruhku masuk mobil tanpa ada embel-embel dia yang membuka pintu.
***
Selang beberapa menit. Mobil Roy memasuki sebuah tempat yang awalnya kupikir museum, tapi ternyata itu rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuek & Pendiam
Teen FictionYang satu Cuek, dingin, irit bicara, acuh tak acuh. Yang satu lagi Pendiam, pemalu, lugu nan polos. Apa jadinya jika mereka berdua terikat suatu hubungan ??? Hubungan pertemanan ...!! Bukan !!! Tetapi lebih dari sekedar teman. Tepatnya hubungan 'Pa...