15.C&P

21.6K 1.1K 27
                                    

"SIAPA KAMU?" Aku menghindar dengan menggeser duduk ke belakang.

"Roy!"

"KAMU BENERAN ROY?"

"iyaaa... beneran."

"NGAPAIN KAMU LEWAT JENDELA?"

"Nanti gue ceritain. Sekarang tenangin diri loe dulu, jangan teriak-teriak! Ntar dikira tetangga apaan!"

Aku menarik napas, lalu menghembusnya. Menarik lagi, menghebus lagi, tarik lagi, hembus lagi, tarik...

"Udah, nggak usah banyak-banyak! Sesak nanti."

Aku mempelototi Roy. "Siniin tangan kamu!"

Benda mengkilap berkilauan yang awalnya ku kira pisau, ternyata jam tangannya.

Tanpa bertanya buat apa? Atau Ngapain? Roy menyerahkan begitu saja tangannya. Aku pun segera mencubit tangan dia dengan tenaga dalam yang kumiliki.

"AAaaa!! Ngapain nyubit gue?"

"Mau mastiin, kamu beneran Roy apa bukan!"

"Ini beneran gue, Roy! ... Kurang apa lagi coba?"

"KURANG SOPAN!"

Roy langsung menarikku dan membungkam mulutku dengan telapak tangannya. "Dibilang jangan teriak-teriak!"

"Hmmp... Hmmp," rontaku dalam dekapan Roy.

Ting... Tong...

Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Kami berdua sama-sama terdiam dan saling melempar pandang.

"Siapa?" tanyaku menurunkan tangan Roy yang mendekapku.

"Mana gue tau! Sini, biar gue saja yang buka."

"Kamu itu waras nggak, sih? Ini tuh rumah siapa?"

"Menurut loe?"

"Ya, rumah aku ... Makanya biar aku saja yang buka!"

"Ya udah, buruan turun!"

Secepatnya bergegas ke bawah. Sebelum membuka pintu. Hal pertama yang kulakukan, mengintip dibalik gorden jendela. Siapakah gerangan yang bertamu di tengah hujan malam-malam begini!?

Setelah mengetahui siapa!! Dengan tak tunggu-tunggu, aku lantas membuka pintunya.

"Kamu kenapa menjerit-jerit, Nak?"

Bu Asri, tetangga sebelahku bersama suaminya, dan bocah kembaran anaknya yang super nakal itu datang menghampiri rumahku.

"Nggak kenapa-napa, kok, Bu!" cengirku berusaha santai.

"Suara kamu sampai kedengar ke rumah Ibu. Kamu yakin nggak kenapa-napa?"

"Yakin banget, Bu. Tadi tuh ada-ada ... Ada tikus nyasar, ehehe."

Aku benar-benar tidak tau harus menjawab apa!

"Emang nyasar kemana, Kak?" tanya Dika, si anak kembaran pertama.

Aku yang sekarang sedang gelagapan, terus menjawab, "Nyasar ke lobang nyamuk, Dik!"

Krik.. Krik.. Krik.. Krik..

Ibu Asri dan suaminya memasang ekspresi tak terbaca.

Melihat mereka tak berkutik, aku menambah, "Seriusan, Najwa nggak pa-pa, kok, Bu, Pak. Maaf udah buat keributan."

"Ya sudah, kami cuma memastikan saja. kalau nggak ada apa-apa, kami balik, ya, Nak!"

"Iya Ibu, Pak. Sekali lagi Maaf udah buat keributan!"

Cuek & PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang