39. C&P

13.7K 917 77
                                    


Mendengar bisikan halus dari Anggun. Tak pikir panjang, aku segera beranjak, tetapi saat aku berdiri hendak keluar.

"Kakak mau ke mana? Jangan takut sama aku. Aku ngak jahat, aku baik, kok. Jangan pergi, ya?'' Anggun menarik tanganku. Dari caranya berbicara aku bisa menebak. Dia memang bukan Anggun. Setauku Anggun tak pernah memanggilku kakak.

Aku menelan ludah kasar. "Mau ke toilet bentar aja, ngak lama."

"Jangan..." gelengnya. "Jangan ke toilet," sergah Anggun. Membuatku bingung. "Di toilet ada Nenek-nenek. Dia jahat, nanti nyakitin kakak."

Otakku semakin meracau. Merinding tentunya.

Kutanggapi dengan menyengir kikuk. Seakan tak memedulikannya, aku keluar dari kelas. Memangnya siapa yang mau ke toilet, itu hanya alasan biar bisa menghindar dari Anggun.

Saat berjalan ringan tanpa tujuan di kuridor

DUKK !!

Sebuah benda menghantam kepalaku. Dan selepas itu aku tidak ingat apa-apa lagi.

***

Uh !!

Ringisku, membuka mata secara perlahan. Aku berada di tempat yang setelah ditelisik, ternyata UKS.

"Kamu udah sadar?" Suara sosok perempuan mengalihkan perhatianku. Menoleh ternyata dia sedang duduk menungguku.

Dia bukan petugas UKS, bukan pula anak PMR, melainkan anak cheer. Iyaa, dia Naylis.

Kondisiku yang baru melek, tak langsung menjawabnya, padahal aku butuh penjelasan sekarang.

"Kamu tadi pingsan," lanjutnya.

"Kenapa bisa?"

"Ada anak cowok salah nendang bola. Tau-taunya kena kamu."

"Kamu kenapa ada di sini?"

"Kebetulan, tadi aku ada di sana."

"Hm, makasih!" lontarku.

"Buat?" tanyanya.

"Udah nolongin aku."

"Ah, ngak masalah."

Saat pembicaraan kami mulai berujung. Sebuah suara mengejutkan kami.

"Hey, ayo pergi!"

"Dia gimana?" tunjuk Naylis pada arahku.

"Biarin aja. Cuma kena bola doang," tambah lelaki itu tanpa berniat melihatku.

Naylis langsung beranjak mengikuti lelaki itu, tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

Tinggallah aku seorang diri di ruang ini. Entah kenapa dadaku terasa sesak. Bukan apa-apa, tapi karena lelaki yang kulihat tadi adalah Roy.

Aku benci perasaan ini!

Padahal, aku tak sepenuhnya lagi menaruh hati untuk lelaki itu.

***

Aku berjalan gontai. Memasuki kelas sendirian. Tiba dikelas terus saja dikerubungi oleh teman-temanku.

"Loe ngak papa?" tanya Radit mengawali.

Aku menggeleng ringan.

"Gue telepon ngak diangkat-angkat. Loe dari mana aja?"

"Hp aku ketinggalan, Ndri."

"Duh, dari pada di sini mending ke kantin broe. Laper gue," ilham unjuk diri.

Cuek & PendiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang