Langkah terhenti pada jendela pertama. Kepalaku celingukan melihat isi kelas Zidan yang ternyata sekumpulan siswa sedang berkerumun.
Mungkin sedang ada rapat.
Napasku terhembus panjang. Diiringi dengan menyandarkan tubuh di tembok. Aku tidak berani masuk. Bisa-bisa dicap sebagai penggangu. Memang lebih baik menunggu di parkir.
"Hey!"
Kepalaku menoleh cepat pada pintu kelas. Zidan berdiri di sana dengan lesung pipi yang terlihat jelas, sekalipun dari jauh.
Sejak kapan dia di sana?
"Ayo masuk!"
Aku tersenyum lebar. Karena merasa ragu, aku melihat dalam kelas melalui jendela tadi.
Walhasil, leher mereka semua berputar melihatku yang berada diluar. Refleks, aku menutup wajah dengan sebelah tangan.
Malu!!
***
"Gue kelamaan, gak?"
"Ngak, kok."
"Sorry, ya."
"Di bilang, Ngak."
"Loe napa ngak mau masuk?"
"Malu, ndan. Masa iya kacauin rapat kalian ... Takutnya ada urusan yang gak boleh di dengar orang lain."
"Yaudah, Karna udah buat loe nunggu ... Loe mau makan apa? Gue traktir." Zidan merogoh kunci motor dari saku celananya.
"Kamu lagi banyak duit, ya?"
"Ngak banyak ... tapi cukuplah gue kasih makan loe."
"Ya ampun kata-katanya," ucapku semrawut.
"Hehe, lagian loe nanya ada-ada aja."
"Yah, siapa tau ngak ada duit biar aku aja yang traktir."
"Elah, sombong nih anak." tangan Zidan terangkat menjembil pipiku. "Gini-gini, gue pakek duit sendiri, lho."
"Sombong, ih. Mentang-mentang gajian dari nge-band."
"Yoi, siapa dulu dong."
Aku menatap jenuh.
"Jadi mau makan di mana nih?"
Kali ini, aku mencoba berpikir. "Di simpang tiga ada cafe yang baru buka. Katanya nasi soto di sana enak."
"Ooh, cafe yang sering diomongin di medsos ... Ayok."
***Tengah hari itu langit terlihat mendung, tapi anehnya matahari tetap terpancar walau tak begitu panas.
"Cuaca gini amat, yak?" singgung Zidan di atas motor.
"Ada rumor. Katanya kalo cuaca begini ada orang meninggal."
"Mitos kali."
Aku mengangkat bahu. "I dunno, lah."
Dari kejauhan caffe yang kami maksud mulai terlihat. Zidan memelankan lajuan motornya.
"loe yakin, wa?" Penglihatan Zidan menajam. "Tempatnya rame beud."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cuek & Pendiam
أدب المراهقينYang satu Cuek, dingin, irit bicara, acuh tak acuh. Yang satu lagi Pendiam, pemalu, lugu nan polos. Apa jadinya jika mereka berdua terikat suatu hubungan ??? Hubungan pertemanan ...!! Bukan !!! Tetapi lebih dari sekedar teman. Tepatnya hubungan 'Pa...