SCENE TWO
HWANG HYUNJINbang chan adalah pemuda yang jeongin sukai dalam diam.
wajahnya memang tidak setampan lai guanlin dari kelas sebelah. tetapi chan punya kharisma kuat dan lain dari yang lain. dia terlihat dewasa, bertanggung jawab, figur pemimpin yang sempurna. kesehariannya disibukkan oleh jadwal osis sehingga jeongin jarang melihat pemuda itu berkeliaran di lorong sepulang sekolah.
seungmin bilang, chan adalah seniornya sewaktu smp. dulu tubuhnya kecil dan agak nakal—seringnya mampir ke kantin tepat bel masuk sudah berbunyi sepuluh menit sebelumnya atau menempelkan permen karet bekas kunyah ke kursi guru. ketika dipanggil ke ruang konseling malah senyum-senyum. seungmin punya dendam pribadi pada chan karena celana putihnya pernah disemprot saus tomat ketika ia baru menjadi murid smp.
"bedebah memang." seungmin selalu menggebu-gebu ketika membahas bang chan, efek rasa kesal yang tak pernah terlampiaskan, "untung sekarang sudah berubah. kalau belum, sudah kumasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam kloset di kamar mandi perempuan!"
berbeda dengan seungmin, jeongin justru tersenyum geli mendengar cerita kakak kelas favoritnya itu. kisah yang lucu. mengetahui sisi lain dari bang chan yang belum pernah terungkap membuat jeongin merasa senang. dia ingin tahu lebih banyak lagi, menelisik sosok sempurna yang menjadikan tidurnya sulit nyenyak tiap malam.
meski pemuda itu sudah berjumpa belahan jiwanya—rona merah samar di sekitar pergelangan tangan cukup membuat jeongin tak berani mengambil langkah lebih dekat.
ia tahu batas.
━━━━.⋅ ❈ ⋅.━━━━
hari itu, jeongin keluar dari kelas dengan dalih ingin buang hajat—padahal sebenarnya ia bosan menghadapi materi integral di papan tulis. tungkainya melangkah gontai di lorong sepi. jeongin tak punya destinasi, maka dia hanya melihat-lihat, siapa tahu ada hal menarik yang bisa diusik.
hal menarik yang disebut barusan ternyata adalah seorang pemuda yang sedang asyik makan di tembok dekat green house. keberadaannya nyaris tak terlihat karena dia bersembunyi di balik rimbun tetumbuhan dan pot-pot bunga. ketika jeongin mendekat, pemuda itu terlonjak. daging beserta sayuran yang dikulumnya tersangkut di tenggorokan.
"sedang apa di sini?" tanya jeongin penasaran. dia berjongkok tepat di depan pemuda yang kewalahan menenggak air dari botol.
"uhuk! uhuk! kau yang sedang apa di sini, bodoh." balasnya sengit. sebelah tangan menepuk-nepuk dada, sementara yang satu lagi tergopoh menaruh kotak bekal di pangkuan.
jeongin mengerutkan kening, memperhatikan wajah lawan bicara yang tampak familiar. rambut hitam legam, mata kuyu, dan sepasang bibir tebal seperti disengat lebah. bukan sekali dua kali jeongin melihat wajah itu di sekolah. terlalu sering. bahkan ketika ia mengintip ponsel gadis-gadis, muka pemuda itu yang terpampang di sana.
"hwang hyunjin?" gumam jeongin tidak yakin, kemudian matanya membelalak, "ah! kau kan kapten tim bola voli putra! apa yang kau lakukan di sini, hah? benar-benar pribadi yang tidak mencerminkan sosok pemimpin. seharusnya kau—"
mulut jeongin mendadak penuh oleh potongan daging sapi dan sosis goreng. pemuda itu terdiam untuk mengunyah lalu menelan. hwang hyunjin, yang barusan menyuapi jeongin dengan sumpit demi mendiamkan cuap-cuapnya, kini tersenyum senang. dia menyumpit brokoli. bersiap-siap memasukannya ke mulut jeongin jikalau pemuda itu kembali bicara banyak.
"jangan berspekulasi sembarangan pada seniormu, sayang." hyunjin berbisik dengan maksud main-main. senyumnya kini bertransformasi menjadi seringai lebar.
rupanya jeongin tak merasa terusik. dia malah memaku tatap pada hyunjin, sepasang matanya berbinar penuh takjub selagi makanannya meluncur ke kerongkongan. "ini rasa surga! suapi aku lagi, dong."
lalu hyunjin menyodorkan brokoli ke depan hidung juniornya.
━━━━.⋅ ❈ ⋅.━━━━
"kau suka bekal makanannya?"
jeongin mengangguk semangat. sepulang sekolah, dia segera menghampiri seungmin untuk diajak pulang bersama dan menceritakan kakak kelas bernama hwang hyunjin.
"enak sekali. mirip sajian di acara penting. sosisnya saja digoreng dengan kematangan sempurna dan tidak berminyak. keren sekali, ya?"
seungmin tersenyum merasakan antusiasme yang meledak dari pemuda di sebelah bahunya. selagi menyimak, pandangan seungmin jatuh pada telapak tangan kiri jeongin. hitam. masih gelap seperti biasa. dalam hati, dia penasaran siapa yang bakal menjadikan warna tidak menarik itu menjadi cerah, lembut, dan melenyapkan kebencian jeongin pada telapak tangannya.
────✧
kangen.