Selamat Membaca
"Ral!" Suara teriakan Ale menggema memanggil Gerald.
"Ada apa, Za?"
"Aku.. aku-uu... butuh bantuanmu. Kau bisa 'kan membantuku?" Ale memelas melihat wajah Gerald.
"Aku akan mengusahakannya, selagi bisa, ya akan kubantu."
"Aku... aku.. apa boleh aku meminjam uangmu?" Ale hati-hati mengatakannya, takut Gerald salah sangkah.
"Hahahah, kau ini seperti berbicara dengan siapa saja?" Gerald malah tertawa sambil merangkul Aleza seperti adiknya.
"Ta--pi, aku meminjam dalam jumlah besar, kau mau?" Terlihat ekspresi wajah Gerald sedikit berubah.
"Berapa?" Gerald kembali tersenyum dan melihat ke arah Ale. Semakin membuat Ale sungkan.
"RP. 20.000.000." Ale memang gila sepertinya saat menyebutkannya nominal itu. Dengan nada gemetar Ale akhirnya mengatakannya, takut Gerald salah paham.
"Banyak sekali. Untuk membayar hutang Ayahmu? Kalau sebanyak itu tabunganku tak cukup, Za." Ahh jawaban itu. Kenapa harus itu jawabannya. Jawaban yang tak diinginkan Aleza.
"Iya, Ral. Aku.. mau membantu membayar hutang, karena keadaan Ayah belum memungkinkan untuk mencari dana. Apa kau bisa membantuku mencarinya?"
"Ah.. maaf, Za. Aku sangat menyesal mengatakan ini, tapi aku tak bisa." Gerald menarik napas sejenak, lalu lanjut lagi berkata, "Aku tak punya uang sebanyak itu dan aku, aku tak bisa meminta Ayahku untuk memberi uang sebanyak itu. Kau tahu sendiri kan Ayahku seperti apa?" Ale mengerti akan hal itu, karena ia juga kenal seperti apa Ayahnya Gerald. Kemudian Gerald lanjut lagi berkata,
"Kalau kau mau, aku akan memberikan semua tabunganku, kau mau?""Ah.. benarkah boleh? Apa aku tak salah dengar?" Gerald mengangguk antusias lalu mengacak rambut Ale seperti anak kecil.
"Soal nominalnya, memang hanya seperempat. Tapi, kau boleh mengembalikannya sampai kau punya uang." mungkin Gerald ini adalah seorang malaikat titisan Tuhan untuk Aleza. Bagaimana mungkin ia sepercaya dan sebaik itu pada Aleza?
"Nanti kirimkan nomor rekeningmu, ya. Secepatnya akan kukirimkan." Sungguh, hati Ale sedikit lega mendapat jawaban dari Gerald.
***
Ale terus menghitung-hitung semua uang yang sudah terkumpul, nyatanya memang tak cukup."Huh.. Fiyuh...." Dia menghela napas panjang, mengingat berapa banyak lagi uang yang kurang.
Soal tabungan Fanya dan Edgar, mereka berdua memang rajin menabung. Tapi, uangnya tak cukup banyak. Hanya sekitar dua juta untuk uang mereka berdua. Tabungan itu sudah cukup lama mereka simpan. Tepatnya, sejak mereka diberi celengan itu dari Gerald, saat Ale masih kelas satu SMP.
Kalau dihitung-hitung, kira-kira kekurangannya tiga belas juta lagi. Hutang Ayahnya Aleza memang dua puluh juta, tetapi bungannya sudah hampir lima juta. Belum lagi uang pengobatan Ayah dan keperluan bayar kontrakan. Gerald memberikan Ale pinjaman lima juta atas tabungannya. Dan lima juta itu sudah dikumpulkannya mulai dari tabungan Fanya, Edgar, Ayah, Ibu dan tabungan Ale sendiri. Lebih tepatnya, Ale menjual beberapa barang yang menurutnya bisa dijual.
"Ahh!! Ternyata masih banyak kurangnya. Harus ke mana lagi aku mencari?" Pertanyaan itu lagi-lagi yang terus terlontar dari
mulut Aleza.***
Siang ini, kebetulan Ale pulang lebih awal. Dia berniat bekerja paruh waktu. Terdengar ada toko makanan yang sedang membutuhkan tenaga pekerja di sana.Buru-buru Ale melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah. Dengan terik panas yang menghadang, Ale tetap terus berjalan.
"Aleza!" Sepertinya Ale harus berhenti dahulu. Seseorang memanggil namanya begitu Ale ingin keluar gerbang.
"Tunggu!" Orang itu terus berteriak sambil berlari menuju keberadaan Ale saat ini. Ternyata Gerald, dia selalu begitu pada Ale.
"Kenapa buru-buru sekali? Kau mau kemana?" Gerald dengan napas yang terengah-engah berjongkok di hadapan Ale. Lalu, setelah menetralkan detak jatungnya, Gerald berdiri mengahadap Ale.
"Ke toko siap saji ikan dan daging goreng, kenapa Ral?"
"Kau bekerja di sana?"
"Akan melamar lebih tepatnya. Kenapa?"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menitipkan pesan. Jika kau semangat, kau akan mendapatkan sisa uangnya. Tetap semangat!" Gerald masih sempat memberi semangat pada Ale di saat Ale memang membutuhkan semangat.
"Tentu! Aku pasti semangat!!!" Ale berteriak menyemangati dirinya sendiri.
"Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu ya, Ral. Sepertinya tak banyak waktu yang kumiliki," Ale hendak berbalik. Namun, lengannya ditarik oleh Gerald. Gerald menariknya dan mengambil sebuah plastik dari dalam tas miliknya sendiri.
"TADA!! Lihat, ini untukmu!" Gerald menyerahkan boneka beruang putih pada Ale. Di boneka itu, Ale dapat membaca pesan yang khusus yang dibuat Gerald. Tetap semangat! Aku yakin kau bisa! Cayoo!!
Kemudian dia merangkul bahu Ale. Tanpa sadar, Ale mendongak melihat wajah Gerald. Dia tersenyum lalu ia mengusap rambut Ale lembut.
"Jangan lupa jaga kesehatanmu, itu yang terpenting dan tetap semangat! Ingat, boneka ini adalah sebagai pengingat perkataanku. Jadi, saat kau lupa, kau akan mengingat perkataanku tiap kau melihat boneka ini." Gerald akhirnya tak berkata lagi dan tersenyum pada Ale. Sementara Ale, ia hanya mampu tercengang melihat tingkah Gerald.
Ini bukan perkara boneka beruang pengingat. Namun, ini soal seseorang yang selalu berada di sampingmu saat kau dalam keadaan terpuruk dan sangat memerlukan semangat.
"Terimakasih atas semuanya Ral, aku akan membalasnya suatu saat nanti, aku pergi dulu, dah..." akhirnya Gerald mengizinkan Ale pergi. Setidaknya Gerald mengizinkan Ale untuk membayar hutangnya yang beberapa hari lagi akan deadline.
Dari kejauhan, Gerald hanya tersenyum, lalu melambaikan tangannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is My Shinning Angel
General FictionBerawal dari kehidupan keluarga yang terlilit hutang, Aleza Davina minggat dari rumah. Pergi dengan membawa segala berkas beserta baju yang pas-pasan, ia berniat memulai hidup baru. Bertemu dengan Maxime Geodeva yang memiliki wajah tampan, nan dingi...