"Ale! Ayolah keluar. Di sana gak ada Kak Nicholas." Dengan tarikan sekuat tenaga yang dimiliki Ami, akhirnya Ale beranjak dari tempatnya.
"Aku gak mau! Pasti mereka akan menertawaiku," balas Ale mencebik bibirnya sambil berdiri bersidekap.
Kalau diingat-ingat kejadian kemarin, sungguh memalukan bagi Ale. Dengan santainya dia duduk di bangku itu, tanpa tau kalau itu adalah bangku milik kakak kelasnya, Nicholas.
Siang itu Ale berjalan ke koperasi, dan siapa sangka kalau kelas yang begitu banyak dan kecerobohan Ale, dia sampai salah masuk kelas. Kelas kakak kelas pula itu, siapa yang tidak malu kalau begitu?
"Pokoknya temani aku ke kantin! Lagian, kenapa harus malu? Kau itu kan anak baru, jadi wajarlah." Ami terus mengomel sambil berdiri, berusaha untuk memaksa Ale ke kantin, untuk membeli sesuatu sebagai pengganjal perut. Tapi, Ale tetap diam tak mau bergerak.
Karena geram, akhirnya Ami pergi sendiri tanpa mengajak Ale lagi.
Setelah kepergian Ami, Ale merasa sepi. Dia berkeliling kelas, melihat poster juga foto-foto yang terpampang rapi.
Ini keren! Tapi ini ekskul apa ya?
Baru tangan Ale akan terulur, sudah ada suara yang mengkomando yang menyuruh Ale kembali ke tempat duduknya. Itu adalah suara bel.
***
"Selamat siang anak-anak. Sekarang kalian sudah bisa memasuki ekstrakulikuler pilihan kalian masing-masing." Bu Siti menjeda kalimatnya sebentar, lalu lajut lagi berkata, "Semester depan akan diadakan lomba antar kelas, Ibu harap kelas kita ini akan menjadi juara di berbagai bidang lomba."Setelah menyampaikan informasi itu, Bu Siti melanjutkan proses belajar-mengajar. Beliau memang wali kelas X MS-F, yang kebetulan sedang masuk jam sekarang ini, di mata pelajaran biologi.
Setelah selesai pembelajaran, Ale memberanikan diri melangkahkan kakinya ke mading sekolah, dia berniat untuk mencari ekstrakulikuler apa yang akan dipilihnya nanti.
"Mau ke mana?" suara cempreng khas remaja itu adalah suara Ami. Dia seperti detektif yang selalu memata-matai hal yang dilakukan Ale.
"Ke mading. Kau ikut ekstrakulikuler apa, Mi?" Yang ditanya hanya cengengesan.
"Aku gak tau, Le. Yang pasti cari yang banyak cogannya." Kini Ami sudah memulai khayalan manisnya. Dia sampai tersenyum dengan mata berbinar dan menggelengkan kepalanya lemah. Melihat itu, Ale jadi pergi. Tujuan utama Ale datang ke sini adalah menjadi orang sukses, dan sekarang di harus memilih ekstrakulikuler yang dapat mengembangkan minat dan bakatnya, bukan hal-hal di luar itu.
Ale membaca daftar yang ada di mading, sambil menurunkan jari telunjuknya, hingga jari tunjukknya berhenti pada salah satu daftar ekstrakulikuler.
Menarik juga! Sepertinya aku pilih ini saja.
Ale mencari kontak personal yang ada, untuk dicatat di kertas catatan kecil, yang memang sengaja dibawa Ale.
"Anak baru ternyata." Dengan gerakan cepat, nan kilat, Ale menoleh ke sumber suara. Dan betapa malunya di saat ini.
"Ka-u.. ah maksudnya Kak Nicholas." Sementara nama yang disebut hanya mengangguk kecil tanpa senyuman.
"Mau gabung, ya?" tanya Kak Nicho pada Ale. Ale benar-benar gugup, diberanikannya untuk bersikap biasanya dan santai, namun tak bisa.
"Iya, kak." Tuh kan, hanya itu jawaban Ale. Dia benar-benar sedang gugup.
"Kalau begitu kau datang pada orang yang tepat. Kenalkan, aku Nicholas, murid kelas XI MS-B yang kebetulan ketua ekstrakulikuler yang kau minati. Siapa namamu? Dan kelas berapa?"
"Aleza Davina, Kak. Senang bisa kenal kakak. Aku kelas X MS-F." Ale langsung menjabat tangan Nicho dengan senyum manisnya.
"Jadi, kau mau ikut ekstrakulikuler ini?" tanya kak Nicho lagi memastikan.
"Iya, Kak. Syaratnya apa aja? Terus gimana cara gabungnya? Aku pengen ikut kak, keliatannya seru, ya kak?"
"Aduh.. kau ini bawel sekali. Satu-satu nanyanya." Nicho tertawa kecil, sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Ah, iya, maaf, Kak, terlalu semangat ini." Nicho mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus menerangkan pada Ale apa-apa saja yang akan dilengkapinya dan dipenuhinya untuk masuk ke ekstrakulikuler itu.
"Jadi, kau udah paham 'kan, apa-apa saja yang perlu kau lengkapi untuk bergabung ke patroli keamanan sekolah?" tanya Nicho dengan ramah.
"Iya. Paham, kak. Terus kapan jadwal patroliku?" tanya Ale tak sabaran.
"Kemungkinan hari Kamis, karena di hari itu yang masih kekurangan anggota. Tapi, kenapa kau langsung bertanya jadwal? Memangnya kau langsung diterima?"
"Tentu! Aku yakin kak!" jawab Ale dengan semangat.
"Beri aku alasan kenapa harus menerimamu di ekstrakulikuler Patroli keamanan sekolah?"
"Apa ya?" Ale kebingungan menemukan alasan, mengapa dirinya harus diterima di patroli keamanan sekolah. Dia mengagaruk-garuk kepalanya pertanda bingung.
"Kau tak bisa menjawabnya 'kan? Itu tandanya kau tak bisa diterima di sini. Kembalikan formulirnya!" Nicho pergi melangkahkan kakinya menjauh dari Ale, setelah menarik kembali formulir yang diberikannya pada Ale.
Melihat hal itu, Ale tak tinggal diam. Dia berlari kencang, dan berusaha mencegat langkah kaki Nicho yang akan melarikan diri.
"Tunggu, kak!" teriaknya sambil ngos-ngosan di hadapan Nicho.
"Apa lagi?" tanya Nicho dengan bermalas-malasan.
"Ah.. aku akan menjawabnya sekarang juga, kak. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi." Melihat Ale sepertinya niat sekali, diberinya Ale kesempatan lagi.
"Oke, baik. Silahkan."
Sekarang, malah Ale yang kebingungan. Tadi itu, dia hanya spontan mengejar Nicho. Lalu, apa yang harus diperbuatnya, sekarang? Dia benar-benar bingung.
"Lihat, kau hanya menghabiskan waktuku." Nicho berjalan lagi tanpa memedulikan Ale yang diam dengan wajah tablonya. Dan Ale tak mencegat Nicho lagi.
"Aku memang bukan seorang yang memiliki kelebihan, tapi aku akan selalu berusaha bekerja keras dan memberikan hal yang terbaik, yang bisa kuberikan untuk patroli keamanan siswa, Kak." Mendengar itu, Nicho menghentikan kangkahnya. Dia berbalik ke arah Ale dan melangkah semakin dekat dengan Ale.
"Selamat! Kau diterima di Patroli keamanan sekolah." Nicho mengudarakan tangannya untuk menjabat tangan Ale, dan Ale langsung sumringah membalas jabat tangan dari Nicho.
"Yang benar, Kak? Ahh.. makasih banyak ya kak. Aku janji akan memberikan yang terbaik," seru Ale dengan wajah bahagianya.
"Sama-sama dan selamat bergabung! Satu lagi, jangan berjanji, tapi lakukan yang terbaik, yang kau bisa ." Setelah mengatakan itu, Nicho langsung pergi meninggalkan Ale di tempatnya dengan sejuta rasa bahagia di benaknya.
"YES!" Ale mengepalkan tangannya dan meninjunya ke udara. Benar-benar di luar dugaannya, dia langsung diterima oleh Nicholas yang merupakan kakak kelas ketua organisasi patroli keamanan sekolah.
Ternyata, kecerobohanku waktu itu membuahkan hasil. Setidaknya aku datang pada orang yang benar.
Ale, kau berhasil! Selamat datang di Patroli keamanan sekolah!
Ale melangkahkan kaki dengan riang menuju kelasnya.
Sepertinya dia mulai menemukan kesibukan, yang akan membuatnya sedikit melupakan masalahnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is My Shinning Angel
General FictionBerawal dari kehidupan keluarga yang terlilit hutang, Aleza Davina minggat dari rumah. Pergi dengan membawa segala berkas beserta baju yang pas-pasan, ia berniat memulai hidup baru. Bertemu dengan Maxime Geodeva yang memiliki wajah tampan, nan dingi...