Happy Eid-al-Adha, bagi teman-teman yang merayakan!💕
"Ami!!" Teriakan kencang itu membuat telinga Ami langsung terganggu. Dia langsung menoleh ke arah Ale yang berteriak tak karuan.
"Hei! Kecilkan volume suaramu!" tegas Ami pada Ale. Siang ini, mereka berdua sedang ada di kantin. Ale mendatangi keberadaan Ami dan beginilah keadaan yang terjadi.
"Maafkan aku," seru Ale sudah mengecilkan volume suaranya.
"Ayo ke rofttop aja. Di sini terlalu ramai." Setelah mengatakan itu, Ale dan Ami sudah pergi menuju rofttop sekolah. Di sana, mereka memulai cerita.
"Aku sudah diterima di ekskul PKS! Yas!" Teriak Ale dengan kuat. Melihat itu Ami hanya geleng kepala.
"Kau ini terlalu lebay. Kenapa gak masuk ekskul ilmiah saja? Aku rencana akan bergabung ke sana," seru Ami dengan wajah biasa, memalingkan pandangan matanya dari Ale.
"Ya.. kenapa kau gak bilang kalau ada ekskul semacam itu? Aku kan sudah daftar di PKS." Ale mulai merengut menyadari bahwa dirinya terlalu cepat mengambil keputusan.
"Kau yang terlalu heboh, Le. Ekskul ilmiah kemungkinan beberapa lagi baru akan merekrut anggota," jelas Ami pada Ale.
"Kenapa lama sekali?" tanya Ale kebingungan.
"Ya, aku juga gak tau. Tanya sama Kak Max kalau kau mau tau," balas Ami sekenanya.
"Kak Max? Siapa dia? Yang mana orangnya?" Pertanyaan bertubi-tubi itu dilontarkan Ale tanpa henti. Dia kelihatannya benar-benar menjadi gadis kepo.
"Ah! Sudahlah, nanti kau akan tau sendiri." Ami sudah meninggalkan Ale dari rofttop menuju ruangan kelas. Hal itu semakin membuat Ale kebingungan.
Kak Max? Dia siapa ya?
Ale penasaran dengan sosok Kak Max yang notabenenya adalah seorang ketua dari ekskul ilmiah. Sejujurnya, Ale jauh lebih suka bidang ilmiah dibanding PKS, tapi dia sudah masuk PKS, jadi tak bisa mundur lagi 'kan?
Tapi, Ale lebih suka ekskul ilmiah, jadi bagaimana?
***
"Kenapa kau tadi pergi duluan? Gak ngajak-ngajak lagi," gerutu Ale setibanya dia di kelas dan menemukan Ami sudah ada di ruangan, duduk santai dengan sebuah buku fabel yang baru dipinjamnya dari perpustakaan, dan Ale ikut duduk di samping Ami.
"Shtttt!" Ami malah mengisyrakatkan Ale untuk diam. Ami menurunkan buku bacaannya, dan menyuruh Ale segera duduk dengan tenang.
Baru Ale akan bertanya lagi, dia sudah melihat kedatangan segerombolan siswa ke kelasnya, yang sepertinya kakak kelas. Terlihat dari jumlah bintang yang tertera di seragam mereka.
Bintang dua? Berarti kakak kelas, 'kan?
Ale terus memperhatikan mereka yang masuk dan meminta izin pada Ibu Guru yang tengah masuk ke kelas X MS-F.
"Selamat siang semua, mohon perhatiannya sebentar. Sebelumnya kami minta maaf sudah menganggu jam belajar kelas ini. Kami dari Ekstrakulikuler ilmiah akan merekrut anggota baru. Oleh sebab itu, bagi adik-adik yang berminat bisa mendaftarkan diri sekarang, atau nanti kepada ketua ekskul ilmiah kita, bang Maxime," jelas salah seorang pengurus ekskul ilmiah, bernama Santi.
Setelah panjang lebar Kak Santi berkata, ada beberapa orang yang maju ke depan untuk menulis nama mereka, guna mendaftarkan diri ke ekskul itu.
"Mi, kau gak daftar, gak?" tanya Ale sambil menyikut lengan Ami yang berada di samping Ale.
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is My Shinning Angel
General FictionBerawal dari kehidupan keluarga yang terlilit hutang, Aleza Davina minggat dari rumah. Pergi dengan membawa segala berkas beserta baju yang pas-pasan, ia berniat memulai hidup baru. Bertemu dengan Maxime Geodeva yang memiliki wajah tampan, nan dingi...