PART 2

17.6K 1.2K 77
                                    

6 bulan yang lalu.
Sebelum kejadian besar terjadi.

Saat ini Deva sedang berada dipertengahan kelas 11.Dan akhir-akhir ini Deva sedang disibukan oleh berberapa kegiatan dan persiapan turnamen basket yang akan dia ikuti berberapa hari kedepan.

Ya Deva dipilih oleh sekolahnya untuk mewakili lomba basket se SMA di Jakarta. Maka dari itu Deva mesti melakukan berberapa rangkaian persiapan lomba.

Walaupun prestasi Deva bidang akademik bisa dikalahkan oleh Rafa,  namun prestasi yang Deva miliki dibidang non akademik juga jangan diragukan sudah ada sekitar 5 piala hasil dari kejuaraan permainan basket dan futsal yang berhasil Deva ikuti dan menangkan.

Tak heran pula nama Deva makin terkenal dikalangan siswa-siswi SMA Garuda. Selain itu paras tampan yang dimiliki Deva juga makin membuatnya makin digilai banyak orang.

Namun seperti pepatah semakin tinggi pohon itu berdiri maka semakin besar cobaan dan terpaan yang dihadapinya. Begitu pula dengan Deva makin banyak orang yang tak suka dengan keberadaan Deva yang dinilai mengangangu.

Termaksud Rafa kakak angkatnya. Semenjak Deva memenangkan kejuaraan futsal terakhir kali, tiba-tiba kedua orang tuanya merasa bangga pada Deva. Namun hal itu makin membuat Rafa semakin membenci Deva. Sehingga Rafa menghalalkan berbagai macam cara untuk membuat semua orang membenci Deva bukan hanya kedua orang tuanya saja namun semua orang.

Hingga tiba hari dimana kejadian itu terjadi membuat semua orang yang memuji dan membanggakan Deva berakhir dengan menghujat serta mencaci Deva.

Deva dituduh mencuri uang kas klub basket yang ia ikuti. Memang benar terakhir kali uang kas Deva yang pegang tapi Deva juga tidak mengambil uang kas itu bahkan Deva berani bersumpah dia tidak mengambil sepeser uang disana.

Namun nasi telah menjadi bubur. Tidak ada yang mau percaya pada perkataan Deva semua orang kini telah menganggap Deva itu pencuri dan pembohong walau Deva sudah menjelaskan kepada semua orang.

Termaksud kedua orang tua Deva yang kecewa. Ya rencana Rafa berhasil. Rencana membuat Deva menderita karena bagi Rafa penderitaan Deva membuatnya senang.

.
.

"Woii ngelamun apaan lagi sih lo" teriak Varo mengejutkan Deva.

"Astaga Varo! Lo bisa ngak usah ngagetin orang coba, kalau gue punya penyakit jantung bisa mati kan gue"

"Yee mas bronya sewot. Abis lo sih Dev ngelamun terus dari kemarin lagi ngelamunnya. Mikirin apa sih?" tanya Varo mulai kepo pada sahabatnya itu.

"Ngak gue ngak mikir apa-apa kok, btw kok lo disini? Ngak latihan? Gue denger-denger lo mau tanding" elak Deva pada Varo.

"Bosen gue latihan terus mending gue disini kali nemenin lo" ucap Varo sambil memandang pemandangan gedung gedung pencakar langit dari atas gedung atas sekolah mereka.

"Emang lo ngak malu punya temen maling kaya gue?" tanya Deva tiba-tiba memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Emang lo maling? Ngak kan dan itu jawaban gue buat lo" ucap Varo membalas dengan santai.

"Tapi semua orang anggep gue maling Ro. Gue ini maling dan maling itu ngak pantes disini" ucap Deva frustasi.

"Sejak kapan lo jadi perduli omongan orang Dev?" balas Varo skeptis.

"Gue ngak perduli omongan orang Ro, tapi itu faktanya semenjak kejadian itu semua orang anggep gue itu maling"

Sementara itu Varo yang mendengar hal itu mulai jengah dan menghembuskan nafasnya kasar serta menantap mata Deva tajam.

TEARS (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang