"Arghhh!!! Kenapa semua harus terjadi ke gue" teriak Deva frustasi dari atas gedung tua tempat dia dan Niken datang pertama kali. Sejak Deva pergi menginggalkan Bastian tadi Deva langsung pergi dari restauran dan menuju tempat ini untuk menenangkan pikirannya.
"Apa salah gue sampai-sampai orang tua sendiri benci sama gue. Apa salah gue!!" teriak Deva frustasi.
"Apa bener gue cuma bisa bawa sial? Seharusnya lo itu mati Dav! Lo Cuma bisa bawa sial buat keluarga lo dan lo mestinya sadar itu" rancau Deva pada dirinya sendiri.
"Kata siapa kamu bawa sial Dev?" ucap Niken yang tiba-tiba muncul ditempat itu dengan raut wajah menahan tangis.
Sebetulnya Niken tadi hendak menemui Deva saat jam istirahat namun di dahului oleh ayah Deva dan Niken mendengar semua semua perkataan yang Bastian lontarkan pada Deva. Niken pun sempat tak habis pikir dengan sikap yang Bastian lakukan ke Deva.
"Lo ngapain disini? Mending lo pergi dari sini Ken, gue ini bawa sial lo harusnya tau itu dari pada lo terkena sial gue" ucap Deva dingin dan tanpa menatap Niken.
"Deva kamu jangan ngomong gitu, tatap mata aku, tatap Dev" perintah Niken pada Deva.
"Aku cuma pembawa sial Ken aku pembawa bencana bagi mereka, kamu dengerkan apa yang dibilang papa aku. A-aku pembawa sial" ucap Deva dengan air mata yang mengalir deras. Wajar kan kalau Deva sekarang ini begitu rapuh anak mana yang kuat ketika diangap sebagai anak pembawa sial oleh keluaraganya sendiri.
"Deva tatap mata aku sekarang, tatap Dev" paksa Niken agar Deva menatap matanya.
"Buat apa kamu perduli sama aku" ucap Deva sambil menatap mata Niken dalam dan begitu kagetlah Niken saat melihat mata yang selama ini menyimpan kerapuan dan kepedihan kini begitu tampak sembab dan semakin hancur.
"Dev dengerin aku kamu itu bukan pembawa sial. Ngak ada orang didunia ini yang pembawa sial termasuk kamu. Papa kamu tadi bilang kaya gitu karena dia emosi Dev" ucap Niken memberi pengertian pada Deva.
"Emosi dari mana Ken? Papa aku menghendaki aku untuk pergi dari hadapannya dan kamu tau itu Ken" ucap Deva sedikit terbawa emosi.
"Kamu harus sabar Dev kata kamu kejahatan ngak boleh dilawan dengan kejahatan karena itu tandanya kita jahat, kamu itu udah banyak ngajarin aku arti hidup yang sesungguhnya. Kamu itu berarti Dev bukan pembawa sial" ucap Niken jujur tentang perasaannya.
"Salah aku apa Ken?" ucap Deva masih tak habis pikir dengan ucapan ayahnya tadi.
"Kamu ngak salah Dev, kamu ngak salah ngak ada yang yang salah dalam hal ini" ucap Niken langsung memeluk Deva menyalurkan ketenangan disana agar Deva lebih tenang.
.
.
"Makasih Ken lo udah nemenin gue disini" ucap Deva ketika perasaannya sudah sedikit lebih tenang.
"Iya sama-sama. Deva satu hal yang harus kamu inget jangan pernah anggap diri kamu pembawa sial atau ngak berguna. Kamu itu berguna kamu itu bukan pembawa sial. Oke katakan lah ada 100 orang yang katain kamu ngak berguna atau pembawa sial tapi percaya sama aku kalau mereka itu jauh lebih ngak berguna dibandingin kamu, karena apa? Karena mereka cuma bisa ngurusin urusan orang lain jadi mulai sekarang stop untuk berfikiran buruk tentang diri kamu. Kamu harus bisa jadi Deva yang kuat dan tahan bantingan dari orang-orang yang mencela kamu" ucap Niken memberikan semangat pada Deva.
"Iya Ken makasih karena lo udah ingetin gue" ucap Deva sambil mengengam tangan Niken.
"Sekarang kamu udah lega kan? Deva kalau kamu sedih mulai sekarang kamu bisa cerita sama aku kamu ngak usah ngerasa sendiri lagi aku yang siap mendengar semua cerita kamu" ucap Niken.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS (Completed)
Teen FictionWARNING PLAGIAT DI LARANG MENDEKAT!!! Setiap orang punya harapan bukan? Begitu pula aku - Devario Anggara. #1 in Deva 12-10-2018 #1 in Rafa 18-10-2018 #1 in brotherhood 19-01-2019 #2 in Sickstoryarea 04-06-2019 #3 in Alone 01-07-2018 #7 in brothers...