Genap sudah seminggu Deva tinggal di kontrakan milik bu Surni. Deva juga sudah mendapatkan perkerjaan sebagai pelayan kafe yang jam kerjanya dia ambil sore sepulang sekolah dan pada saat weekend dia berkerja full time.
Mungkin kalian bingung bukannya Deva kerja di Bar sebelumnya, ya Deva memang sempat kerja disana tapi Deva akhirnya memilih untuk mengundurkan diri.
Perlahan juga Deva mulai menata kehidupannya kembali, ia juga meminta keringanan pembayaran uang sekolah kepada pihak adminitrasi. Yang untungnya dikabulkan meskipun pada awalnya cukup sulit mengingat fakta bahwa Deva adalah anak orang kaya, namun setelah Deva menjelaskan semuanya mereka percaya dan memberikan Deva keringanan pembayaran.
Selain itu hubungan persahabatan Deva dan Varo yang kemarin sedikit merengang kini sudah membaik. Varo juga mengetahui permasalahan yang dihadapi sahabatnya itu dan turut merasa sedih dan bersalah atas nasib malang yang menimpa sahabatnya itu.
"Ehh, lo mau kemana Dev pagi-lagi gini udah rapi kaya gini?" ucap Varo sahabatnya yang sedang bertamu di kontrakan Deva.
"Kerja lah"
"Hari minggu gini? Ngak libur?"
"Iya lah, mana ada istilah hari libur buat gue yang ada gaji gue di kurangin terus dipecat dan nyari kerja itu susah Ro" ucap Deva sambil mempersiapkan diri.
"Yaelah tau gitu gue ngapain gue nginep disini kalau lo kerja?" ucap Varo lesu. Memang hari ini Varo datang ke kontrakan Deva untuk menginap menemani sahabatnya Deva hari ini.
"Ya elah Ro gue ntar jam 8 malem udah pulang kok kalau lo mau nginep ya gapapa tapi sorry nih lo ngak gue siapin makanan, lo tau kan kondisi keuangan gue saat ini? Gue makan aja pake uang makan yang dikasih cuma 25.000" ucap Deva memberi pengertian pada Varo.
"Iya gue tau, lagian gue gak bakalan nyusahin lo kok disini tenang aja"
"Ya udah gue tinggal kerja dulu, ntar jam 8 gue udah balik kok. Kalau lo mau keluar ini pintu jangan lupa lo dikunci pintunya, terus kuncinya lo taruh di atasnya pintu disitu ada lubangkan lo taruh sana aja" ucap Deva memberi penjelasan kepada Varo.
"Sip, ya udah sana kerja ntar telat" usir Varo.
"Iya-iya bawel amat lo" ucap Deva sambil berlalu meninggalkan Varo yang masih di dalam.
"Deva kasihan banget sih lo, lo masih muda tapi mesti kerja keras buat nyari uang. Gue salut sama lo" ucap Varo lirih sambil melihat punggung sahabatnya yang pelahan menghilang dibalik pintu itu.
.
."Pagi Niken" sapa Deva pada Niken yang sedang menyapu pekarangan.
"Eh mas Deva, pagi mas. Wah pagi-pagi udah mau pergi aja mau kemana mas?" tanya Niken pada Deva.
"Ini nih gue mau kerja"
"Kerja hari minggu mas? Ngak libur?"
"Iya gue kerja hari ini, mana ada libur Ken yang ada bisa di pecat gue" ucap Deva.
"Ohh gitu, ya udah mas aku lanjut mau bersih-bersih dulu, mas juga kerja ntar telat lagi" ucap Niken memutus percakapan.
"Ya udah gue berangkat dulu"
"Hati-hati mas"
"Oiya sebelum gue lupa jangan panggil mas deh gue belom setua itu, lagian kita kayanya seumur kan?" ingat Deva pada Niken.
"Iya deh mas-- eh Deva aku bakalan panggilnya Deva mulai sekarang."
"Nah gitu dong gue belom tua kali ya udah gue berangkat dulu ya Ken, di dalem kontrakan ada temen gue gak papa kan? Dia ngak ganggu kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS (Completed)
Teen FictionWARNING PLAGIAT DI LARANG MENDEKAT!!! Setiap orang punya harapan bukan? Begitu pula aku - Devario Anggara. #1 in Deva 12-10-2018 #1 in Rafa 18-10-2018 #1 in brotherhood 19-01-2019 #2 in Sickstoryarea 04-06-2019 #3 in Alone 01-07-2018 #7 in brothers...