Chapter 5

3.8K 176 0
                                    

"Aduh, Virgo. Bobo dong. Ini udah malem lho."

Tara masih menimang Virgo yang malam ini terlihat lebih rewel. Matanya yang entah kenapa tidak berniat menutup sama sekali sepertinya.

Tara benar-benar ingin membuat Virgo tertidur cepat. Bukan karena ia tidak suka atau tidak ikhlas. Bukan. Hanya saja, dia sedang ada ulangan harian fisika pertama diawal semester ini. Dan ia belum belajar dari sore karena Virgo hanya tidur sebentar-sebentar. Ia rewel hari ini. Akhirnya, saat jam menunjukkan genap pukul 10.30, Virgo menutup matanya untuk pergi ke alam mimpi. Tara meletakkannya di kasurnya dan mengganjal bagian kanannya dengan guling agar tidak terjatuh.

Dengan pelan dan tanpa suara, ia berjalan menuju meja belajar miliknya dan mulai mempelajari materi yang sebelumnya ia pelajari. Ia sudah tidak fokus akibat mengantuk dan matanya berair.

Akhirnya, ia memilih tidur dan berniat melanjutkan belajarnya pada besok subuh. Tara berbaring disebelah bayi berusia 3 bulan itu. Dan kalau dipikir-pikir, ini juga sudah 3 bulan sejak kepergian sang kakak.

Jujur, sebenarnya ia tidak enak tinggal dirumah kakak iparnya seperti ini. Apa ini bisa disebut sebagai mantan kakak ipar?  Lagian, ia tinggal disini karena saat itu kakaknya lah yang ia jadikan alasan. Sekarang, alasan dia apa? Ia sudah tidak ada alasan lagi tinggal disini. Ia tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan keluarga ini terkecuali dengam makhluk kecil disebelahnya ini. Ia masihlah tante dari bayi itu.

Tanpa sadar, air mata Tara luruh. Ia benar-benar merindukan keluarganya yang dulu. Saat orang tuanya yang sudah pergi menyayanginya dan kakaknya. Saat kakaknya juga ikut menyayanginya. Yang jelas, dia benar-benar merindukan kehidupan lamanya. Jujur, ia tidak betah tinggal disini. Jujur, ia tidak suka dengan sifat dan sikap bu Ranti padanya. Andy? Dia baik. Sangat baik sampai-sampai, kebaikannya membuat Tara merasa ia tidak pantas lagi menerima kebaikannya.

Yang jelas, semua keluarganya sudah tidak lagi didunia ini. Seolah-olah, Tuhan sedang mengujinya.

Tara ada apartemen peninggalan kakaknya itu. Saat orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan, rumah keluarga mereka disita bank akibat hutang. Kakak Tara yang memang masih memiliki simpanan uang akhirnya memilih membeli sebuah apartemen sederhana dengan cara dicicil. Akhirnya sudah lunas sejak lama.

Tara berniat tinggal di apartemen itu. Namun ia merasa tidak enak pada Andi. Bagaimana cara ia bilangnya? Lagian, pasti tidak akan ada yang menjaga Virgo jika pengasuhnya pulang. Bu Ranti? Tara rasa tidak mungkin. Entah perasaan Tara saja atau bu Ranti memang tidak menyukai cucunya sendiri.

Entah kenapa, Tara jadi tidak bisa tertidur. Tak lama, ia mendengar suara mobil di pekarangan rumah. Ia hapal suara itu. Itu suara mobil Andi dan artinya Andi sudah pulang.

Tara memutuskan memejamkan matanya walaupun terasa sulit. Beberapa menit setelahnya, ia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya, lalu menutupnya lagi. Tara tahu bahwa itu Andi yang ingin melihat putranya.

Rasa ngantuk kembali menyerang Tara. Akhirnya, ia bisa tidur dengan lelap. Sangking lelapnya, ia tidak sadar jika orang yang sebelumnya membuka pintu kembali masuk dengan pakaian yang berbeda dan mencium kepala Tara dan anaknya sendiri.

*****

"DANI! Kenapa sih kamu itu selalu aja ngebantah apa yang papa omongin?" Suara bariton memenuhi seluruh ruang tamu besar keluarga Caesar.

Dan tersenyum sinis. "Papa selalu bilang aku selalu ngebantah apa kata papa. Sekarang aku tanya. Apa papa pernah turutin permintaan aku? Hm?" Dani terkekeh sinis selama 3 detik. "Jangankan turutin. Dengar aja enggak. Papa terlalu tuli!"

Dani langsung meninggalkan ruang tamu menuju motornya yang sedang dipanaskan tanpa memperdulikan teriakan kesal dari ayahnya. Dani pergi menuju rumah Tara pagi ini, seperti biasa.

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang