Chapter 35

2.7K 131 19
                                    

Fika membuka pintu apartemen Tara dengan terburu-buru. Secara reflek, ia melebarkan matanya ketika melihat Tara terduduk di lantai dengan kepala yang ia sembunyikan di lekukan tangannya sendiri yang ada di atas sofa.

"Astaga Tara!" pekik Fika. Fokusnya hanya pada Tara. Bahkan, keponakan sahabatnya itu yang sedang duduk sembari menangis belum ia gubris.

Tara yang ternyata masih sadarkan diri menatap Fika. "Fik, tolong buatin susu keponakan gue, ya?"

"Tapi...oke."

Fika langsung bangkit dan berjalan menuju dapur dengan kebingungan. Ia langsung menelpon Irily dan Lio. Bukannya apa-apa, ia hanya mau Tara tidak kesepian disini. Bukan karena ia tidak mau mengurus semua sendiri.

Sejujurnya, Fika sangat jarang yang namanya berada di dapur. Memegang alat-alat memasak saja bisa dihitung pakai jari dalam sebulan.

Fika menuang air panas yang sudah ada bubuk susu di dalamnya sedikit. Lalu, ia mencampurkannya dengan air putih agar tidak terlalu panas. Setelah itu, ia mengocoknya.

"Gue udah telpon Irily sama Lio. Mereka lagi jalan kesini." Fika membantu Tata bangkit dan mendudukkannya di sofa.

Tidak ada jawaban dari Tara. Fika memberikan susunya pada Virgo yang sudah dalam kondisi terbaring.

"Gue takut, Fik."

Fika menatap Tara yang saat ini tidak menatapnya. Ia menunggu Tara melanjutkan kata-katanya. Namun, Tara tak kunjung melanjutkan kata-katanya sehingga Fika bertanya.

"Takut apa?" tanya Fika dengan kerutan di dahinya. "Jujur, Tar. Gue ngerasa ada apa-apa sama lo. Gue mau lo jujur sama gue."

Diam. Tara diam. Itu sebenarnya membuat Fika kesal. Namun, Fika tidak ingin mengutarakan kekesalannya untuk saat ini. Ia merasa Tara yang beberapa jam kebelakang tidak seperti Tara yang sekarang dan mungkin untuk beberapa detik hingga menit kedepan.

Hingga, Irily dan Lio datang. Kedatangan mereka diselingi oleh keributan tentu saja. Itu yang biasanya membuat Tara terhibur entah kenapa sekarang tidak.

"Ish, Irily plis deh jangan kayak cabe-cabean," ujar Lio kesal atau mungkin meledek.

Irily duduk di samping Fika yang baru saja meletakkan Virgo di kamar karena sudah tidur.

"Lo yang cabe! Namanya juga cewek, gak bisa dong nolak pesona cogan!" balas Irily.

Saat Lio ingin membalas, suara Fika mengintrupsi keributan mereka.

"Plis diam dulu, deh."

Mata Fika memberi kode pada Lio dan Irily kearah Tara yang menatap depan dengan tatapan sedikit kosong dan ada raut khawatir.

"Lo kenapa, Tar?" tanya Irily bingung.

Lio duduk di sebelah Tara. "Lo kenapa?" ujar Lio mengulang pertanyaan Irily.

"Gue putus sama Farel kemarin!" Mata Tara berkaca-kaca. Ketiga sahabatnya saling menatap satu sama lain karena kebingungan dan penasaran. Namun, mereka tidak berkata-kata. Mereka menunggu Tara melanjutkan perkataannya.

Tara menghapus air matanya yang turun. Tatapan Tara kini tidak kosong lagi. Kekosongan sebelumnya ada dimatanya diganti dengan kesedihan.

"Setelah gue pikir-pikir, Farel jahat banget sama gue. Kenapa dia gak pura-pura jaga perasaan gue aja tapi malah ninggalin gue."

Ketiga sahabatnya bingung karena ucapan Tara. Bukan seperti Tara yang biasanya. Bahkan, saat ia putus dengan Dani pun Tara masih bisa mengendalikan dirinya.

"Kenapa saat dia tau gue sakit, dia malah ninggalin gue?!"

Tangis Tara pecah. Tidak sampai meraung-raung lebay memang. Tapi, itu merupakan jenis tangisan yang penuh dengan kesedihan.

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang