Chapter 9

3K 168 1
                                    

Tara menghampiri Dani yang pagi ini sudah ada di depan gerbang rumahnya—ralat, tempat ia tinggal. Itu bukan rumahnya! Tara tersenyum kearah Dani yang sudah membuka helmnya. Tatapan Dani sayu. Tara sadar akan hal itu.

"Dan, kamu sakit?" tanya Tara ketika sudah tepat berada di sebelah Dani yang masih duduk di motornya.

Dani menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, Tar. Cuma semalam kurang tidur aja."

Tatapan Tara menajam. "Kurang tidur, atau gak tidur?"

Dani terkekeh. Ia lupa bahwa Tara mengetahui setiap hal tentangnya. Walaupun tidak semua hal juga sih. "Tidur kok, Tar. Setengah sampai satu jam."

Tara menghela nafas lelah. "Jangan kayak gini lagi dong, Dan. Kamu lagi ada masalah?"

"Seperti biasa."

"Janji, nanti malam tidur, ya?"

"Iya. Nanti aku beli obat tidur."

"Gak! Aku gak mau kamu ketergantungan obat! Masa cuma tidur aja harus pake obat sih, Dan?!" Tatapan dan raut wajah Tara memang selalu bisa membuat mood Dani membaik. Sebelum-sebelumnya, Dani sadar bahwa ia adalah makhluk Tuhan yang kurang bersyukur. Namun, ia merasa sangat bersyukur ketika Tara hadir dalam hidupnya.

Tuhan memang baik...

"Iya, nanti aku coba. Yaudah, naik, nanti telat."

"Berapa hari kamu gak tidur?"

"Aku tidur walaupun sebentar, Tar. Ini juga baru malam ini kok, Tar."

"Kamu harus banyak istirahat, ya? Besok kan kamu juga bakal lomba. Kalau bisa, istirahat pertama dan kedua kamu pakai buat tidur, oke?"

"Gak bisa, Tar. Gak biasa tidur siang," keluh Dani.

"Di coba dulu pokoknya. Atau aku gak mau nonton pertandingan basket kamu?!"

Jika Tara sudah mulai mengeluarkan ancamannya seperti ini, ia bisa apa selain bilang, "Iya, Tar."

Senyum Tara mengembang. Ia jadi sedikit lupa pasal kemarin tentang perubahan Dani. Sekarang, Daninya yang asli sudah kembali. Tapi...

Jujur ia sangat penasaran. Karena apalagi kalau bukan tentang hubungan yang ada diantata Zoya dan Dani.

"Dan?"

"Kenapa lagi, Tar? Cepat naik! Nanti telat!" Bukan tatapan kesal yang Dani keluarkan. Ia sedikit tersenyum geli entah kenapa.

"Aku mau tanya. Tapi kamu yang jujur, ya jawabnya." Entah kenapa Tara merasa ragu sekarang. Setiap tetesan darah yang mengalir melalui jantungnya membuatnya merasa tidak nyaman. Ia berfikir untuk membatalkan niatnya. Namun, ia berfikir bahwa itu malah akan membuatnya menyesal nanti.

Dani tahu apa yang Tara pikirkan. Dani tahu apa yang akan Tara tanyakan. Ia bukannya tidak tahu bahwa Zoya sekelas dengan Tara. Dani sejujurnya tidak tahu apa yang Zoya katakan. Gadis cerewet yang selalu berusaha menarik perhatiannya itu membuat Dani was-was saat ini. Zoya memang belum tahu kalau Dani memiliki kekasih, Tara. Namun, apa perlu Dani saat itu menolak hal konyol bernama perjodohan dengan alasan sudah memiliki kekasih sedangkan ia malas bahkan tidak berniat sedikitpun berbicara dengan ayah kandungnya sendiri? Tapi, ia juga seharusnya lebih dulu berbicara pada Zoya agar tidak memberi tahu tentang perjodohan atau pertunangan atau apapun itu!

Tapi, Dani juga seharusnya tidak menebak-nebak saat ini karena ia juga belum tahu apakah Tara sudah tahu atau belum.

"Apa?"

Oke, Tara ragu, gugup, dan gelisah sekarang. Ia bingung apa yang harus ia katakan. Bagaimana memulainya lebih tepatnya. Demi bumi yang berputar mengelilingi matahari, Tara....ah, sudahlah.

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang