Chapter 37

2.7K 138 28
                                    

We're diffrent. You can smile easily because happiness always be with you. What about me? It's hard for me to be because you know that my happiness's gone since you left me

-someone that is not able to express sadness

*****

Tara membuka matanya khas seperti orang sakit. Beberapa mili terbuka, mata indah Tara kembali tertutup karena ia merasa tidak kuat. Tiga detik setelahnya, ia membuka matanya cepat setelah ia sadar apa yang telah terjadi. Tara memerhatikan sekeliling dan mendapati Farel yang duduk di sebelah kanannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Bisa disimpulkan kalau ia sedang berada di runah sakit. Terlihat dari ranjang yang ia tiduri dan infus di tangannya.

Tara berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Farel tentu saja membantunya.

Sebenarnya, Tara lebih memilih posisi berbaring karena entah kenapa tubuhnya lemas sekali.

"Aku mau pulang. Virgo..."

"Dia udah aku bawa ke tempat bu Rityu," potong Farel membuat Tara memutar otak untuk mencari alasan lain agar ia bisa jauh-jauh dari makhluk satu ini.

Hening. Tara sibuk dengan pikirannya sedangkan Farel sibuk memandangi Tara. Tatapannya masih sama-sulit untuk diartikan. Tara berusaha menatap kearah lain karena ia tidak ingin tatapannya bertemu dengan Farel. Selain itu, ia juga tidak tau harus apa sebab ponselnya pun ia tidak tau dimana.

Sebenarnya, Tara ingin sekali bertanya pasal Farel datang ke apartemennya. Tapi, ia tidak mau terlihat seperti orang yang ngebet ingin memulai percakapan.

Nanti dia kepedean lagi..

Sudahlah. Sepertinya, memang ini yang harus Tara hadapi. Keheningan. Jujur Tara pun tidak ingin ada di posisi ini. Namun, bukan berarti ia juga ingin bercakap-cakap dengan Farel.

Farel pun masih menatap Tara dengan tatapan yang sama. Hal itu membuat Tara sangat risih.

"Kamu ngapain?"

Tanpa menatap Farel, Tara berujar. Akhirnya, Tara bisa melakukannya.

Farel terlihat serius menatap Tara. Yang Tara tau, Farel masih menatapnya dengan tatapan sebelumnya.

"Aku minta maaf."

"Lupain aja." Tara berbicara dengan santai. Ia masih belum menatap Farel. Melirikpun tidak.

"Aku kesini biar bisa dapet maaf dari kamu, Tar."

Kini, Tara menatap Farel. "Kamu gak perlu khawatir dan ngerasa bersalah. Udah aku maafin kok. Lagian, aku malah makasih banget karena kamu udah ngingetin kondisi aku," ujar Tara dengan nada bergetar.

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang