Chapter 38

2.8K 143 2
                                    

I stared at something. It was so bright but it was not gold or even pearl. I kept giving attention to that. Now, i know what's that. I realize that it's not "something". It's someone. And, it's you.

—just call whatever you want

*****

Tara memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatannya di rumah sakit. Pagi ini, Tara sudah sampai di apartemennya setelah ia menandatangani surat dari rumah sakit yang berisi "Pihak Rumah Sakit tidak bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada pasien". Sejujurnya, Tara melakukan semua ini bukan tanpa alasan. Walaupun masalah biaya terlihat lebih mencolok, namun tetap Virgolah yang ia pikirkan. Ia tidak enak jika menitipkan pada bu Rityu. Apalagi sampai menginap seperti semalam. Walaupun bu Rityu terlihat tidak keberatan dan terlihat menghawatirkan keadaan Tara.

Apartemen miliknya ini kosong. Mely tidak terlihat disekitar. Mungkin masih menginap.

Tara meletakkan Virgo di sofa dengan mainan di sekitarnya. Tara bersyukur bayi yang sudah bisa duduk itu tidak rewel dan memainkan mainannya.

Tara merasa kalau ia demam. Tubuhnya yang lemas membuatnya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dan menutup matanya. Tangan kirinya masih mengawasi Virgo agar tidak jatuh.

Aku tidak kuat, Tuhan..

Tara menggeleng pelan singkat dengan mata yang masih tertutup. Demi apapun ia akan mencoba untuk kuat demi makhluk kecil lucu kesayangannya ini.

Ketukan pintu membuat Tara kembali membuka matanya. Pintu diketuk dengan sedikit tidak sabaran membuat Tara menerka-nerka siapa yang ada diluar. Logika Tara memiliki dua kemungkinan. Kalau bukan Farel, pasti Dani. Namun, Tara beberapa persen lebih ke Farel secara hanya Farel yang tau kalau ia di rumah sakit kemarin.

Tara berjalan menuju pintu setelah ia menurunkan Virgo dari sofa keatas karpet menghindari agar Virgo tidak jatuh.

Menghela nafas, Tara mulai memutar kunci yang sebelumnya sudah bergantung pada lubangnya dan membuka pintunya.

Dan duagannya sedikit salah. Ternyata orang yang menggedor pintunya tadi adalah Dani. Dani langsung memeluk Tara dan Tara tersentak kaget saat itu.

Merasa ada yang tidak beres, Dani menjauhkan kembali tubuh dan wajahnya beberapa centi.

"Kamu pucat banget, sayang." Dani langsung mengarahkan tangannya pada dahi Tara. "Kamu panas banget, Tar."

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang