Chapter 10

3.1K 157 0
                                    

Tara rasanya benar-benar ingin menangis. Tapi, ia selalu berusaha menahannya karena ini kelas. Fika, Lio, dan Irily bukannya tidak menyadari perubahan sifat Tara, mereka hanya hanya saling pandang. Mereka seakan membiarkan Tara tenang terlebih dahulu. Walaupun rasa ingin tahu sudah menggerayami otak dan hati mereka.

Bel istirahat berbunyi. Fika melirik ke belakang tepatnya pada Irily dan Lio. Mereka masih menerka-nerka. Ada apa gerangan dengan sahabat mereka itu?

"Tar, kata Dani lo jangan kemana-mana. Tunggu aja. Di otw kesini. Handphone lo gak bisa dihubungin tadi katanya." Setelah mengucapkan itu, Andra yang menerima pesan dari Dani pergi keluar kelas. Saat ini, Zoya tidak ada di kelas sejak tadi pagi. Mereka berpikir bahwa gadis cantik itu tidak masuk.

"Lo kenapa sih, Tar?" tanya Fika akhirnya. Mulutnya benar-benar sudah gatal ingin mengeluarkan kalimat itu.

Tara hanya menggeleng tanda ia baik-baik saja. Tentu saja bukan itu yang Fika, Lio, dan Irily harapkan. Ia mengharapkan jawaban lebih.

"Cerita dong, Tar. Udah kepo nih. Siapa tau kita bisa bantu," ujar Irily.

"Gue gak papa." Tara menghidupkan ponselnya. Alarm ponselnya berbunyi tanda ini waktunya untuk meminum obatnya. Tara mengeluarkan obat yang ada di tasnya lalu mengambil 2 butir. Setelah memasukkan obat ke dalam mulut, Tara meminum air putih.

"Itu vitamim yang kata lo itu, Tar?" tanya Lio.

"Iya."

"Masalah yang kemaren?" tanya Fika lagi.

Tara menghela nafas. Akhirnya ia hanya mengangguk. Ia terlalu malas untuk menjelaskan. Ia melihat Irily bangkit dari kursinya mendekat kearahnya posisinya menghadap kebelakang kelas.

"Kalo sampe apa yang Zoya bilang itu benar, gue bakalan pukul muka cowok lo itu! Lo juga harus putusin dia!" Irily tidak menyadari bahwa Dani sudah ada di belakangnya. Hal itu membuat Tara, Fika, dan Lio menahan nafas beberapa detik. "Masih banyak, Tar cowok ganteng! Farel juga ganteng kok. Lo sama dia aja! Apa sih Lio?"

Lio memberi kode pada Irily. Namun kodenya belum dapat Irily tangkap. Akhirnya Irily menegang ditempat karena mendengar suara yang serak-serak basah berujar.

"Maksud lo apa manas-manasin cewek gue?"

Kalimat dengan nada dingin itu membuat Irily tak sanggup berkata-kata lagi. Ia memang berani pada Dani, tapi dibelakang. Dengan cara membicarakannya tentu saja. Akhirnya Irily memutuskan untuk berbalik secara perlahan. Dia sedikit tersenyum cengo.

"Maksud lo apa?" tanya Dani yang masih belum puas. Karena tidak mendapat balasan, Dani mengucapkan kata dengan nada tinggi, "APA MAKSUD LO?"

Irily tersentak. Ia menundukkan kepalanya. Merasa itu salah, akhirnya Tara bangun dari duduknya dan berusaha menarik Dani. Tapi tubuh Dani tidak bergeser sesikitpun. "Dan?!"

Dani memunjuk Irily. "Gue gak peduli lo siapanya cewek gue! Kalo sampe...."

"Dani! Ayo, kita keluar!"

"Tar, dia gak bisa...."

"Kita selesain masalah kita di luar. Kalo kamu gak mau, yaudah."

Tara berjalan keluar. Dani menghela nafas lalu berbalik mengejar Tara tanpa memerdulikan sahabat-sahabat pacarnya yang salah satunya menangis.

Cewek-cewek yang sebelumnya ada di kelas dan melihat apa yang terjadi mendekat kearah Irily yang sudah menagis. Ketika Dani sudah keluar tentu saja. Lio dan Fika atau beberapa dari cewek-cewek yang mengerubungi Irily dalam hati merasa geli.

"Udah, Ly. Jangan nangis lagi! Lagian lo juga sih!"

"Yakan...yakan gue gak tau kalo...kalo ada Dani."

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang