Chapter 17

2.6K 144 5
                                    

Berita Tara dan Dani putus hampir diketahui seluruh anak di sekolah Dharma Eduka. Terdengar seperti selebriti memang, tapi begitulah. Dani dan Tara memang begitu terkenal.

Farel yang mendengar berita putusnya Tara dan Dani tentu saja jarang menyembunyikan senyumnya. Ia merasa kembali ada kesempatan mendekati Tara.

Sebenarnya, saat Dani masih berpacaran dengan Tara bukannya ia takut mendekati Tara melebihi porsi. Hanya saja, ia tidak mau Tara tahu sisi buruknya yang sangat sulit untuk menahan tinjunya. Ya, Farel memang gatal tangannya jika tidak memukul orang yang ia anggap pantas mendapatkannya. Seperti Dani contohnya. Dani dan Farel memang sangat suka yang namanya perkelahian.

"Malam nanti club lagi lo?"

Farel menoleh pada Robi yang ada di sebelahnya. "Lagi males gue."

Robi yang notabene-nya orang yang cukup dekat dengan Farel mengernyit lalu tertawa melihat Farel menolak untuk ke club. "Lo lagi gak waras?"

"Napa lo ketawa?"

"Heran aja, hampir tiap malem lo ke club bahkan baru semalam lo sama gue, sama anak-anak ke club dan sekarang lo nolak?"

"Ribet deh lo, banyak omong kayak cewek." Farel bangkit dari duduknya. "Gue balik ahh, udah sore."

Farel memilih pulang ke rumahnya yang berada di sebelah rumah tempat saat ini ia berada, rumah Robi.

Robi mengernyit tetapi ia diam saja. Farel? Bilang udah sore? Robi menggelengkan kepalanya. Pulang pukul 3 pagi saja ia tidak pernah bilang 'udah dini hari'.

Anak itu aneh...

*****

"Maaf, gue gak bisa."

"Kenapa gak bisa? Kamu gak kasihan sama aku, Dan?"

Dani diam memerhatikan Zoya yang sekarang statusnya adalah tunangannya. Well, walaupun ia tidak menganggap Zoya tunangannya. Saat itu ia terpaksa mengikuti ucapan ayahnya. Demi ibunya. Ya, demi seseorang yang telah melahirkannya ke dunia.

"Aku ini sakit, Dan."

*****

Hari ini adalah hari yang cukup menyebalkan bagi Tara. Baru saja ia memulai hari, Farel sudah ada di gerbang sekolah. Ia pikir, Farel hanya akan menyapanya saja atau paling tidak, sedikit menggodanya. Namun, Farel saat ini tengah berjalan di sebelahnya. Bersamanya. Entah apa tujuannya.

Tara berdecak. "Lo..."

"Aku cuma mau ajak kamu makan malam kok, Tar."

Tara menghela nafas kesal karena ucapannya dipotong dengan potongan kata yang tidak berbobot. "Gak bisa, sibuk."

Tara tidak mengalihkan pandangannya dari depan. Seolah makhluk tampan disebelahnya ini tidak ada artinya.

"Sibuk apa?"

"Belajar mungkin."

"Gak percaya."

Tara berdecak. "Gak boleh keluar malam," ujar Tara kesal karena Farel tidak memercayai alasan pertamanya.

Kini Farel mangut-mangut percaya. "Oke, gimana kalo jogging, lusa."

"Gak bisa juga."

"Kenapa?"

"Weekend selalu jadi waktu istirahat gue."

Farel mengernyit. "Kok aku gak percaya, ya?" ujar Farel yang entah pada dirinya sendiri atau tidak.

LEUKIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang