Tiga hari yang lalu saat Anara memilih untuk tidak berangkat sekolah dengan alasan sakit dia sebenarnya juga merasakan apa yang dirasakan oleh Kanaya atau kembarannya itu. Saat ini di samping tubuhnya yang sedang memeluk guling dan terselimuti oleh sebuah kain ada laki - laki berbadan tegap yang sedang memijat kedua kakinya. Yap benar sekali laki - laki itu adalah Chanka. Chanka adalah kakak laki - laki yang selalu sigap dan selalu ada di saat sang adik membutuhkannya. Namun opini itu sekarang seakan sudah di patahkan oleh diri Chanka sendiri. Sejak kejadian Kanaya jatuh dari rooftop Chanka merasa sudah gagal menjadi kakak yang baik bagi Kanaya apalagi Kanaya yang tidak tinggal satu rumah dengannya membuat perasaan itu semakin hancur.
"Bang, mikir Kanaya lagi?" Tanya Anara yang melihat mata Chanka yang kosong.
Tidak ada jawaban dari sang kakak." Lo ngga gagal jadi abang jadi please jangan salahin diri lo lagi..!" Seru Anara kembali.
Tubuh Anara bangkit dari tempat tidurnya dan memeluk tubuh Chanka. Kepala Anara yang berada di dada bidang milik Chanka membuat Anara bisa merasakan bagaimana detak jantung sang kakak yang berdegup begitu cepat saat itu.
"Bang bukan lo doang yang ngerasa gagal tapi gue juga! Gue gagal jadi kembaran yang baik bagi Kanaya!" Anara memberikan jeda untuk mengambil nafas. "Please bang lo jangan kayak gini gue ngga bisa."
Chanka membalas pelukan Anara denga sangat kuat. "Lo sakit karna gue Nar, coba aja saat itu gue bisa ada di saat Kanaya membutuhkan gue lo pasti ngga sakit."
"Nar gue bukan hanya mengisahkan luka bagi satu orang saja, melainkan ini dua orang Nar. Gue gagal jadi abang buat lo dan juga Kanaya!" Tangis Chanka pecah saat itu juga.
Ya, Anara tahu jika dia ataupun Kanaya sakit mereka akan merasakan rasa sakit itu bersama - sama. Anara mencoba mengusap punggung Chanka dengan penuh rasa sayang.
"Bang kita positive thinking aja dulu, siapa tahu Kanaya jatuh dari rooftop buat penelitian biar jadi ilmuwan." Anara mencoba memecahkan suasana agar tidak terus - terusan kalut.
"Nar jangan bercanda dulu!" Jawab Chanka membuat Anara merasa tidak berhasil untuk memecahkan suasana.
Anara kemudian terdiam membiarkan Chanka memeluk tubuhnya untuk saat ini. "Kanaya, Andai lo tahu kalau Bang Chanka begitu khawatir sama lo! " Gumam Anara dalam benaknya.
"Kanaya maafin gue, gue ngga tau kalo saat itu lo benar - benar butuh bantuan gue" Ujar Chanka dalam benaknya.
Setelah bertahan beberapa menit Anara memilih untuk melepaskan pelukan itu. "Dih bisa nangis juga lo?" Ejek Anara melihat mata Chanka yang masih membawang.
Chanka beranjak untuk berdiri "Lo jangan lupa sarapan gue mau cari tau perkembangan kasus ini sama polisi."
"Gue ikut ya bang?" Seru Anara antusias.
"Jangan dulu Nar!, lo harus istirahat gue ngga mau lo kenapa - napa"
"Ayo dong bang yaaa.. Lagian gue udah baikan juga kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Cupu
Teen Fiction---------------------------CUPU----------------------------- "Kisahku dimluai pada saat aku memakai topeng samaran dari Siti" Siti adalah nama yang dia pakai selama menjalankan misinya. Dia sengaja memilih nama itu untuk menutupi kepribadiannya yang...