14

6.4K 257 2
                                    

Dari luar jendela Anara terus menatap bagaimana mamanya sedang berdialog bersama raga saudara kembarnya yang masih belum sadar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari luar jendela Anara terus menatap bagaimana mamanya sedang berdialog bersama raga saudara kembarnya yang masih belum sadar itu. Ingin sekali Anara menggantikan posisi Kanaya yang lemah tertidur pulas di ruangan yang penuh alat - alat penunjang kehidupan.

Kanaya adalah gadis yang baik tak sepantasnya berada di posisi ini. Anara sudah tak kuasa membendung air matanya yang akhirnya lolos begitu saja.

"Lo ngga cape apa Ka tidur terus?" Gumamnya dalam hati.

Anara merasa jika harusnya Anara yang tinggal bersama ayahnya bukan Kanaya, harusnya Kanaya yang tinggal bersama Chanka dan juga mamanya dan harusnya dirinya yang merasa bagaimana getirnya kehidupan bukan Kanaya.

"Kamu apa kabar disana nak?"

"Sebelah mana yang sakit biar mama yang obatin?"

"Kanaya ayo bangun, mama sudah rindu sama kamu"

Mungkin seperti itu segelintir pembicaraan yang membuat pertahanan Anara hancur kembali.

"Hey, pasti kamu sedih banget ya lihat Kanaya masih belum sadar juga?" Bisik Chanka yang memeluk tubuh Anara dari belakang.

Chanka tidakk ingin lagi gagal menjadi seorang kakak yang baik bagi adik perempuannya. Tidak mudah bagi Anara untuk terus - terusan di hantui perasaan rasa kalut merasakan penderitaan dari Kanaya, maka dari itu sebisa mungkin Chanka harus bisa menjadi pundak kedua bagi adiknya jikalau pundak milik adiknya sendiri telah rapuh.

Tangan Chanka melingkari pinggang milik adiknya itu. "Nangis aja ngga papa, ngga semua hal bisa ditutupi dengan kata ngga papa" Serunya.

Dari arah dalam ruangan ICU Sinta menatap bagaimana putra dan putrinya itu saling meneguhkan pertahanan satu sama lainnya. Ingin sekali rasanya Sinta memberikan kebahagiaan untuk ketiga buah hatinya itu.

"Lihatlah kakak dan saudara kembarmu sayang.. Mereka sungguh terlihat sedang merindukanmu sama seperti mama" Kata Sinta memgusap dahi Kanaya dengan sangat tulus.

Mereka disana sungguh menantikan kehadiran Kanaya kembali di kehidupan mereka, ada banyak hal yang sudah di rencanakan untuk bisa dilewati mereka dengan penuh rasa kegembiraan. Baik Anara, Chanka maupun Sinta sama - sama berharap untuk bisa tertawa kembali bersama Kanaya.

"Jahat banget ya bang orang yang udah buat Kanaya seperti ini, Hiks.." Kata Anara.

"Apa Kanaya banyak salah sama mereka sampai mereka buat Kanaya sekarat kayak gitu?" Ucap kembali Anara.

"Usssttt... Nar, kita disini masih belum tau siapa yang salah dalam kasus ini.. Jadi jangan berprasangka buruk dulu"

Bagaimana bisa Anara tidak berprasangka buruk setelah sejauh ini saudara kembarnya itu masih belum sadar juga. Bagaimana jika nantinya Anara akhirnya kehilangan saudara kembarnya itu, apakah dirinya masih bisa berdiri kokoh seperti ini?.

The Perfect Cupu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang