02

9.8K 481 12
                                    

Anara sudah memprediksi sebelumnya tentang kepulangan Chanka dari rumah sakit, nyatanya gadis itu sudah duduk di sofa dengan setelan baju tidur bewarna tosca yang tadi pagi masih dia kenakan. Tidak ada aktivitas lain di layar ponselnya kecuali mencari tahu tentang sosok Double J.

"Lo ngapain disini? Sana masuk kamar, istirahat!" Perintah Chanka yang baru saja mebuka pintu rumah.

Mengetahui hal itu Anara lantas mematikan ponselnya dengan segera. Dia menggeser tempat duduknya untuk memberikan ruang kepada Chanka duduk. "Jadi gimana kata polisi?" Tanya Anara.

Chanka menggelengkan kepalanya, meghembuskan nafas kasarnya, dan menatap dalam - dalam kedua netra milik adiknya itu. "Polisi bilang masih belum ada hasil, tapi kata mereka ada kemungkinan dugaan Kanaya melakukan percobaan bunuh diri" Kata Chanka pasrah.

Anara mengulum bibirnya seakan tidak percaya pada perkataan Chanka karena baginya tidak mungkin anak sepolos Kanaya melakukan tindakan bunuh diri. Kanaya tahu mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, Kanaya juga tahu jika bunuh diri bukan pemecah masalah yang sebenarnya.

"Ka..na..ya ngga mungkin ngelakuin hal itu bang" Ujar Anara mencoba menahan air mata yang mendesaknya untuk turun.

Chanka hanya mengangguk bingung dia juga tidak percaya jika adiknya bisa melakukan tindakan bodoh seperti itu. Chanka juga ingin percaya jika dugaan polisi salah tapi Chanka tidak bisa mempungkiri terkait bukti - bukti yang tidak menjuruskan jika ada motif lain selain Kanaya melakukan tindakan percobaan bunuh diri.

Anara sudah tidak kuasa lagi menahan lagi air mata yang seolah terus mendesaknya untuk segera turun. "Bang Chanka percayakan kalau Kanaya ngga ngelakuin hal seperti itu?"

Anara sontak menangis, mengeluarkan semua air matanya seketika. Hatinya seolah nyeri teriris mendengarkan hal pahit seperti itu. Pikirannya langsung kacau, melayang tak karuan memutar semua kejadian yang pernah dia lalui bersama Kanaya.

"Itu baru prediksi Nar, belum ada bukti yang kuat kalau Kanaya benar - benar bunuh diri" Jawab Chanka dengan mata yang juga sudah mulai membasah.

Anara mengabaikan begitu saja perkataan Chanka ia kemudian menepis kaki Chanka yang menghadang langkahnya untuk pergi ke dalam kamar.

"Nar.. Anara..." Teriak Chanka masih dari arah ruang tamu.

Crekkk...

Anara menutup pintu kamarnya, dia lantas membuka laptopnya kembali. Saat ini Anara tidak ingin mencari tahu tentang Double J melainkan dia ingin mebuka akun sosial media milik Kanaya. Anara menghela nafas panjangnya, menggigit jari jempolnya saat sudah hampir dua kali Anara salah dalam memasukkan password di akun sosial media milik Kanaya.

Anara melamun sebentar sembari memikirkan password yang mungkin digunakan oleh Kanaya di sosial medianya. Tangan Anara terus meremas remas berusaha mendapatkan perncerahan.

"Gue ngga bakal lupain selisih waktu kita lahir, tiga puluh empat menit sembilan belas detik" Entah kenapa ucapan dari sosok Kanaya saat itu seakan memberikan petunjuk untuknya.

Anara mencoba memasukkan angka 3419 dan yang terkahir adalah angka kesukaan Kanaya yaitu dua. Ternyata dugaan Anara benar, dia bisa masuk mengakses akun sosial milik Kanaya bahkan diakun twitter privat milik Kanaya.

Sepasang luka yang tidak bisa melewati takdir semesta. Kepada Ayah dan Bunda yang pada akhirnya memilih untuk berpisah.

Anara lucu sekali, dia adalah malaikat kecil yang selalu melarangku untuk makan - makanan yang pedas, terlalu manis bahkan pahit padahal dia sendiri menyukai menu makanan yang seperti itu,

The Perfect Cupu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang