07

6.9K 310 1
                                    

Sepulang sekolah Anara tidak langsung untuk bergegas menuju ke rumahnya melainkan ia menunggu seisi kelas kosong. Anara harus mengumpulkan bukti - bukti kembali jika Kanaya bukan bunuh diri namun ada orang lain yang mencoba untuk menyakitinya. Anara mulai mencari petunjuk dengan mengecek seluruh laci meja milik masing - masing siswa, mulai dari buku maupun kertas - kertas sampah dan plastik bekas makanan Anara simak satu persatu dengan harapan satu persatu petunjuk akan terungkap. Pertama mulai dari bangku paling depan hingga menuju ke bangku milik Kanaya sendiri tidak ada apapun yang dapat Anara dapatkan selain sampah, kali ini giliran meja milik Jevano dengan penuh percaya diri Anara meraba isi dari laci meja itu namun tetap saja tidak ada bukti yang Anara dapatkan. Tapi setelah Anara sampai di meja ketua kelas yang duduk di pojok paling belakang Anara mendapatkan jepit rambut milik Kanaya dimana jepit rambut tersbut adalah jepit rambut yang Anara berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Kanaya saat dirinya berumur 10 tahun.

 Tapi setelah Anara sampai di meja ketua kelas yang duduk di pojok paling belakang Anara mendapatkan jepit rambut milik Kanaya dimana jepit rambut tersbut adalah jepit rambut yang Anara berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Kanaya saat dirinya ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anara sedikit terkejut akan hal itu lalu membawa jepit rambut itu ke dalam saku seragamnya. Setelah mendapatkan jepit rambut tersebut Abara lantas menyudahi penyelidikannya kali ini dan dia bergegas untuk segera pulang.

Dalam perjalanan menuju ke rumah suara riuh kendaraan berdengung di ruang rungunya. Gadis itu memutuskan untuk pulang ke rumah ayahnya yang selama ini di tempati oleh Kanaya. Jika boleh dikatakan Anara sangat merindukan rumah itu, dia merindukan tempat tidur tingkatnya dimana Anara selalu menempati bagian atas dan Kanaya yang menempati bagian bawah.

Cringgg... Suara dering telepon membuatnya menghentikan sepedanya sejenak. Dia lantas menatap layar ponselnya itu membaca notifikasi panggilan masuk dari Chanka.

"Anara dimana?" Tanya Chanka khawatir.

"Di jalan"

"Sampai mana?"

"Jalan pemuda"

"Lo ngapain ke jalan pemuda? Rumah lo dimana Anara?" Kata Chanka dengan nada sedikit meninggi.

Memang selepas kejadian Kanaya jatuh dari rooftop laki - laki itu terlalu over protektif terhadap dirinya, meskipun begitu Anara memakluminya sebab Chanka tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama ke dirinya.

"Buset pelan pelan bang kasihan gendang telinga gue"

"Oke maaf, jadi ngapain?"

Anara menghirup nafas panjangnya. "Anara mau pulang ke rumah ayah, setelah Kanaya berada di rumah sakit Ayah pasti sendirian di rumah"

"Adekku Anara, gue ngga ngizini lo kesana! Lo mau mati muda?"

Anak laki - laki mana yang tidak khawatir dengan keadaan adik perempuannya, saat adik perempuannya memilih untuk kembali ke kandang harimau. Begitulah perasaan Chanka kepada Anara, bukan masalah itu saja melainkan sosok figur ayah yang sudah tidak bisa lagi diabadikan oleh ayah mereka sebab emosi yang selalu menyakiti orang - orang di sekitarnya.

The Perfect Cupu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang