11

6.7K 302 3
                                    

*****

Ketika bel istirahat berbunyi Anara diam - diam bergegas keluar dari kelasnya tanpa sepengetahuan Jevano maupun Eci karena kali ini dia harus mencari tahu lagi soal Kanaya. Anara menghampiri kembali tempat Kanaya jatuh, Anara mencermati setiap titik dan membayangkan bagaimana Kanaya posisi Kanaya jatuh.

Anara mendongak ke arah atas melihat rooftop yang kemungkinan itu adalah tempat dimana Kanaya jatuh.

Gue ngga pernah tau seberapa sakitnya lo di sekolah ini Ka. Tapi gue mohon bantuin beri gue kekuatan buat nyelidikin ini semua. Lo butuh kebahagian Ka.

Matanya masih terpaku ke atas rooftop, hingga sinar matahari yang semula terik menyinari kepala Anara meredup dengan sendirinya.

Telapak tangan lebar itu seolah mampu menutupi sinar matahari dengan sempurna di kepala Anara.

"Jevano?" Ajara terkejut setengah mati melihat Jevano dengan wajah dingin pada umumnya.

"Lo ngapain disini?"

Anara bingung. Dia mulai berpikir keras untuk mampu menjawab pertanyaan itu.

"Anu, gue cuman--" Kalimatnya terpotong.

Laki - laki paruh baya keluar dari semak - semak, memegang sapu lidinya lengkap dengan tempat sampah.

"Dia tadi habis bapak kenalin lingkungan sekolah ini, katanya sekolah ini terlalu besar sampai dia sulit menghafalkan ruangan dan tempat di sekolah ini" Kata laki - laki paruh baya itu.

Mata Jevano menatap serius laki - laki paruh baya itu. "Kenapa harus disini? Jangan bilang lo beritahu kejadian itu sama dia!"

Benar - benar the power of Jevano, laki - laki penguasa di sekolah ini yang bisa membentak siapapun orang yang tidak disukainya.

Jevano dia adalah orang tua, lo masih anak bau kencur dengan mudahnya membentak orang tua itu? Otak lo dimana Jevano?

Ingin sekali Anara menampar wajah Jevano dengan sekencang - kencangnya. Jevano tidak memiliki budi pekerti, Jevano bodoh yang tidak tau aturan.

"Dia orang tua Jevano! Kamu itu lebih muda dari dia, sepantasnya kah kamu ngomong dengan nada membentak di hadapan dia?" Anara naik darah.

"Tanpa bapak ini beritahu, saya juga sudah tau jika ada siswi yang jatuh dari rooftop ini"

Jevano terlihat panik. "Lo tau dari mana?"

"Saya juga siswa di sekolah ini, bagaimana saya tidak tau soal siswi yang jatuh dari rooftop" Jelas Anara.

"Tutup mulut lo!" Mata Jevano menancap tajam di wajah Anara.

Apakah Jevano marah?.

"Supriadi lo dapat peringatan satu!"

Jevano membuang muka begitu saja dan menghilang diantara pepohonan.

Anara menghela nafas beratnya, sepertinya dia akan mati jika dia terus - terusan membuat Double J marah.

Anara melirik ke arah laki - laki paruh baya itu yang sedang tertunduk.

"Maafin saya ya pak" Kata Anara dengan tulus.

"Kamu tidak salah, jangan minta maaf"

"Apa yang kamu cari di tempat ini?" Kata laki - laki paruh baya yang bernama Supriadi itu.

Ada keraguan yang muncul di benak Anara jikalau dia ingin mencari tau soal Kanaya kepada laki - laki itu. Namun dari raut wajah Supriadi terlihat jika dia adalah orang baik, bahkan tadi dia rela menolong Anara dari Jevano.

The Perfect Cupu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang