17

6.3K 236 3
                                    

Anara membuka matanya melihat langit - langit berwarna putih itu menyapa dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anara membuka matanya melihat langit - langit berwarna putih itu menyapa dirinya. Dia tidak bisa mengingat kenapa tubunya bisa secara tiba - tiba berada di camp Double J. Terakhir dirinya hanya mengingat kejadian dimana Jenaka mengangkat tubuhnya dengan penuh rasa ke khawatiran.

"Kaki lo berdarah?"

Kalimat itu sekarang melintas dengan sempurna di ingatan Anara, kembali membuatnya langsung membuka selimut cokelat yang menutupi tubuhnya. Anara kembali tercengang setelah ia mengetahui lututnya yang tadi berdarah telah dibalut oleh perban putih dengan apik. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di otaknya tentang siapakah orang yang mengobatinya lantaran setelah Anara mengecek seisi ruangan sepertinya tidak ada tanda - tanda orang di dalam kecuali dirinya.

Anara bangun dari tempat tidurnya dan beranjak untuk mencari bukti - bukti lagi soal Kanaya kesempatan emas bagi dirinya karena camp Double J ini sepi. Anara merasa ada yang janggal di penglihatannya, sepertinya tidak ada kacamata yang mengika di matanya itu. Anara kemudian meraba dan memastikan kembali jika kacamata itu masih melekat dengannya, namun sayang kacamata itu tidak dia temukan. Anara kemudian melihat ke arah cermin besar yang ada di hadapannya, dan benar saja kacamata itu terlepas dan hilang entah kemana.

Anara mulai menyusuri ruangan sepetak itu dengan tangan yang menyeret ke atas meja. Sekarang yang dicari oleh Anara bukan lagi soal bukti - bukti tentang Kanaya melainkan kacamata bulatnya. Anara tidak bisa keluar tanpa kacamata karena orang - orang meyakini jika dirinya adalah Kanaya. Sejauh ini yang membedakan anatar Kanaya dengan Anara hanya berada pada sifatnya dan tahi lalat yang ada di tangan Anara.

Plak.. Plakk.. Plakk..

Suara tepukan tangan itu mengisi ruangan dengan sangat nyaring. Anara panik bukan main dia takut jika penyamarannya akan terbongkar, siapa yang sedang melakukan tepuk tangan itu tidak mungkin Jenaka maupun Jevano yang melakukannya karena dari nada suara tepukan tangan mereka dengan tepukan tangan ini sangat berbeda.

"Kanaya dan Anara dua perempuan yang memiliki nyali tinggi"

Itu Supriadi, yap benar dia Supriadi laki - laki paruh baya yang kemarin Anara pernah temui. Ada apa dia datang kesini bukankah camp ini adalah camp privasi dari Jenaka dan Jevano.

"Anda bingung? Atau takut melihat saya yang tiba - tiba hadir disinu?" Jelas laki - laki itu yang mengalunkan langkah kakinya ke arah Anara.

"Kenapa anda kemari?" Balas Anara dengan perasaan yang panik. Anara mencoba mundur beberapa langkah untuk memperjauh dirinya dengan Supriadi.

"Saya disini mau bersih - bersih kenapa anda takut?" Kata laki - laki itu dengan penuh percaya diri.

Sosok Supriadi yang sekaranag sungguh mencekam, dia seperti orang yang kerasukan makhluk yang menakutkan. Mata Supriadi melotot membuat bola matanya itu seakan ingin keluar dari kelopaknya, dari kejauhan Anara bisa mencium aroma bibir Supriadi seperti orang yang sedang mabuk. Benar Anara tidak salah menduga karena aroma ini adalah aroma yang familiar Anara cium saat dia membukakan pintu rumah untuk ayahnya, ayahnya yang sering meminum - minuman seperti itu mampu membuar Anara tau jika Supriadi ini sedang mabuk.

The Perfect Cupu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang