Jenaka berjalan dengan angkuh menuju ke arah Anara. Gadis itu seperti gadis bodoh yang mau memungut uang tak berguna itu.Tinggal satu lembar uang lagi yang belum Anara ambil, namun saat Anara akan mengambil uang tersebut Jenaka menyangkal seketika tangan Anara.
"Lo bukan pengemis" Ucap Jenaka.
Kata - kata itu mampu menyisir ruang dimana Anara benar - benar merasa menjadi orang lemah. Anara bukan terlahir dari orang kaya maupun rendah tapi melihat situasi ini Anara benar - benar seperti seorang pengemis.
Jenaka mencabut seluruh uang yang belum tertafa rapi dari genggaman tangan Anara. "Telinga anda tuli?!" Kata Jenaka sinis.
"Saya tidak peduli seberapa dewasa anda dan seberapa berpendidikan anda, tapi sikap yang anda perlihatkan saat ini seperti anak kecil yang belum mengerti apa - apa dan dengan beginipun anda bukan seperti orang yang berpendidikan. Anda dewasa tapi perilaku anda masih balita" Jenaka lantas melemparkan kembali uang itu ke dalam mobil milik ibu itu.
Ibu itu naik pintam, emonisnya meninggi membuat seluruh wajahnya berubah berwarna merah. Anara takut, dia benar - benar takut nyalinya menciut setelah menatap wajah ibu itu.
Jenaka memandang ke arah Anara kembali, memastikan jika gadis itu baik - baik saja. Namun dugaan Jenaka salah gadis itu sedang menunduk menangis dalam diamnya.
Memilukan Jenaka melihat darah keluar dari lutut gadis yang sedang menundukkan pandangannya itu membuat dirinya merasa bersalah. "Kaki lo beradarah"
"Hiks.. Hikss.. Hikss" Tidak ada jawaban dari Anara, dia hanya menunduk dengan isakan tangisnya menahan rasa sakitnya dan berharap agar hari ini segera selesai.
"Saya laporin kalian ke kepala sekolah!" Kata ibu itu dengan emosi yang menggebu - gebu.
Jenaka mengambil nafas panjangnya. "Kalau begitu saya laporkan anda ke atasan anda Bapak Wahyu Adi Wicaksana yang kebetulan adalah paman saya" Balas Jenaka dengan wajah yang masih serius.
Di dalam pos satpam ternyata sudah ada satpam yang sedari tadi hanya melihat pertunjukkan ini tanpa melerai sedikitpun.
Rintik hujan mulai mengguyur kepala Jenaka dan juga Anara, tidak peduli seberapa sarkasnya Jenaka di hadapan ibu itu, yang Jenaka khawatirkan saat ini adalah Anara, iya Anara gadis baru yang mengaku jika namanya adalah Siti.
Jenaka memandang kembali tubuh Anara dengan penuh rasa khawatir. Tangan Jenaka mulai mengangkat tepat di atas kepala Anara, telapak tangannya mekar melebar agar mampu menjadi payung untuk melindungi kepala Anara dari hujan yang sudah mulai membasahi tubuhnya.
"Woi satpam! Lo mau gue pecat!" Teriak Jenaka geram, membuat dua orang satpam yang ada di dalam pos satpam itu terkejut setengah mati.
Raut wajah Jenaka benar - benar terlihat marah. Kedua satpam itupun dengan sigap langsung membuka pintu gerbang itu dan mempersilahkan Jenaka untuk masuk saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Cupu
Teen Fiction---------------------------CUPU----------------------------- "Kisahku dimluai pada saat aku memakai topeng samaran dari Siti" Siti adalah nama yang dia pakai selama menjalankan misinya. Dia sengaja memilih nama itu untuk menutupi kepribadiannya yang...