"Huang Renjun."
Jeno mencoba mengingat apakah dirinya mempunyai teman kecil bernama Huang Renjun. Ah, dia ingat Renjun kan si cengeng yang selalu di godanya dulu. Iya mereka adalah teman masa kecil, tapi dulu saat mereka masih berumur 6 tahun, tidak banyak yang Jeno ingat tentang pertemanan mereka. Bahkan sekarang saja Jeno pangling bahwa itu adalah Renjun teman kecil nya. Hm, menurut Jeno pemuda di hadapannya ini sudah banyak berubah dari segi fisik maupun tingkah laku. Lihat saja wajahnya yang manis itu, sangat berbeda dengan Renjun kecil yang tembem dan cengeng, bahkan daritadi dia tidak menampakkan sifat nya yang cerewet seperti saat bermain dengan Jeno dulu.
Tersadar dari lamunannya Jeno langsung melepas genggaman tangan mereka, Renjun hanya tertawa melihat Jeno yang gelagapan. "Eh, sorry-sorry" ucap Jeno.
"Yaudah sana kalian main ke atas! Mama mau ngomong sama Tante sama Om!" Titah mama, yang di iya kan oleh Jeno.
Jeno langsung mengajak Renjun ke lantai atas dan menuju kamar nya, sesampainya di kamar Jeno mereka berdua hanya duduk di kasur tanpa berbicara sedikitpun. Masih canggung, itulah yang dirasakan keduanya. Mereka sudah bertahun-tahun tidak bertemu jadi pasti ada rasa malu untuk berbincang seperti teman lama.
Renjun yang merasa tidak enak dengan keadaan ini mencoba memecah suasana dengan mengomentari kamar Jeno. "Wah Jen, kamu suka basket ya?" Ucapnya sambil mendekati ring kecil di samping lemari pakaian. Dan mengambil bola basket mini di dekat kakinya, lalu mulai memainkan bola itu, memasukkannya ke ring. Jeno mengamati Renjun yang bermain dengan perangkat basket mininya, "Hehe iya, Njun." Jawab Jeno.
"Pantes sampe ada kaya gini di kamar, kamu tim basket sekolah?" Tanya Renjun sambil menoleh ke Jeno yang berada di kasur.
Jeno berjalan ke arah lemari dan mulai mengganti seragam sekolahnya dengan baju rumah, "Itu buat gue kalo lagi bosen Njun, jadi ya maennya di kamar soalnya mager keluar," Jeno terkekeh, "Kok lu tau gue tim basket sekolah?" Lalu melanjutkan pembicaraannya tadi.
"Yaa nebak aja sih, soalnya kamu tinggi gitu. Terus suka basket, kan bisa jadi tim basket sekolah, hehe." Suasana sudah mulai mencair dan dua orang pemuda itu tidak lagi malu untuk saling manimpali saat lainnya berbicara.
"Oh iya, lu inget kaga dulu lu itu cengeng banget anjir haha!" Goda Jeno pada Renjun, saat ini mereka tengah duduk di balkon kamar Jeno.
Renjun melihat Jeno dengan tatapan sinis yang dibuat-buat dan tertawa setelahnya, "Ngejek terus daritadi kamu Jen, masa yang jelek-jelek doang yang diinget dari aku." Renjun mempoutkan bibirnya.
"Wkwk emang apalagi yang gue inget, kaga ada tuh yang bagus gue inget dari lu," Jeno terdiam sejenak, "eh ada, gue inget waktu lu nolongin gue ngambil mainan di kolam rumah lu!" Ucap Jeno.
Renjun membusungkan dadanya dan menepuk pelan dengan kepalan tangannya "Nah, iyadong itu bagus. Renjun yang baik hati dan suka menolong. Eh tapi ntar deh! Itukan yang pas.." , "Iya yang pas lu kecebur, soalnya kaga nyampe haha. Ujung-ujungnya gue yang nolongin lu, bhahahaha" Balas Jeno memotong omongan Renjun, lalu pemuda tinggi itu terpingkal sambil gulung-gulung di lantai kalau mengingat kejadian hari itu.
Jeno dan Renjun kecil sedang bermain di tepi kolam saat itu dibawah pengawasan Mama Renjun. Bocah gembil yang manis itu sedang bermain bebek karet untuk berenang, sedangkan Jeno kecil sedang menarungkan robot-robotan yang dibawanya dari rumah. Namun karena terlalu kencang diadu salah satu robot Jeno terlempar ke kolam dan dengan pedenya Renjun hendak menolong mengambilkan padahal Renjun tidak bisa berenang saat itu.
Akibatnya Renjun hampir tenggelam kalau saja tidak ada tangan kecil yang memegang pinggangnya, ternyata itu adalah Jeno. Mulai saat itulah Renjun bertekad untuk bisa berenang, dengan alasan agar tidak kalah dengan Jeno yang sangat pandai berenang di usia 6 tahun. Namun saat Renjun sudah bisa berenang dan akan menunjukkannya pada Jeno, ternyata saat itu juga Renjun harus kembali ke negara asalnya, Cina. Mulai hari itu kedua orang ini lost contact dan baru bertemu setelah sekian lama.
Renjun yang sebal karena melihat Jeno terus menertawakan nya, akhirnya menaiki perut Jeno dan mulai menggelitiki badan pemuda itu. "Berhenti gak kamu Jen, berhenti!"
"Ampun hahaha ampun Njun, ampun dah kaga ketawa lagi gue suer, haha." Pinta Jeno sambil terus menahan geli.
Jeno yang lelah itu berhenti tertawa dan baru menyadari bahwa Renjun di atas perutnya sedari tadi.
Karena paham wajah Jeno yang kebingungan, Renjun langsung mencari topik yang entah kenapa seperti membawa keduanya flashback. Renjun mengajak Jeno untuk melihatnya berenang, seperti yang dijanjikannya sebelas tahun silam.
"Jen, btw aku udah jago renang loh, kamu mau liat kan waktu itu. Gimana kalo sekarang aku tunjukin?" Tanya Renjun pada Jeno.
"Wah iya Njun dulu kan gue kaga sempet liat lu renang, boleh dah kuy sekarang ke halaman belakang!" Jeno langsung berdiri saat Renjun turun dari perut nya. Dan mereka berdua menuju kolam renang pribadi milik keluarga Jeno.
'
'
'
'
'Jangan pada suudzon deh lu readers, ntar Injun nangis gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
RATA ; nomin ✔
Fanfiction'Jaem dada lu rata banget! Mau gue munculin kaga?' -Jeno, bangsat version 2018. 'Kan gue cowok Jen, anjirlah.' -Jaemin, menolak rated 2018. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ 17/06/2018 rank #1 on Nomin 06/08/2018 rank #2 on Nomin ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ (start)...