Semalam Jaemin sampai di rumah pukul 08.45 pm , Jeno melaksanakan perintah dengan baik agar pulang tidak terlalu malam. Pagi ini pemuda bertubuh kecil itu masih bergelung dalam selimutnya dan enggan untuk turun dari ranjang. Lagipula sekarang hari libur, jadi tidak perlu repot-repot bangun pagi.
Jaemin ingin melanjutkan tidur namun tiba-tiba ada sesuatu yang melingkari pinggangnya dari belakang, tangan seseorang. Bisa Jaemin rasakan tubuh itu semakin mendekat dan menghapus jarak diantara mereka berdua, punggung sempit Jaemin bersandar pada dada orang tersebut. Hembusan nafas nya juga Jaemin rasakan di sekitar leher dan bahu Jaemin. Nyaman, itulah yang dipikirkan Jaemin sekarang. Rindu saat-saat seperti ini,tapi dia lebih rindu dengan seseorang yang berada di belakangnya.
Jaemin membalikkan badan..
"Jisuung!" Pekik Jaemin senang, tanpa sadar ia menaiki tubuh Jisung. Jaemin memeluk sosok yang lama dirindukannya itu, mengecup pipi Jisung beberapa kali dan melesakkan kepalanya di dada Jisung.
"Kak, lu tetep aja kaya anak kecil," Ungkap adik yang lebih dewasa daripada kakak-nya sendiri.
Jisung berusaha menyenderkan tubuh nya di kepala ranjang dengan Jaemin yang ada di pangkuannya, pemuda tinggi itu mengusak surai saudaranya. Tangan kirinya yang bebas, memegang pinggang Jaemin. Jisung mendekatkan bibirnya pada bibir Jaemin, menyentuh bibir merah itu dengan sangat lembut. Tanpa kata-kata keduanya saling melepas rindu yang sudah lama mereka tahan, mereka pendam sampai akhirnya hari ini bendungan itu roboh. Kedua pemuda itu asik melumat bibir satu sama lain. Jaemin yang kehabisan nafas, mendorong dada Jisung agar melepas pagutan mereka. Jisung yang mengerti segera melepaskan ciuman. Benang saliva tampak terlihat saat Jisung baru saja melepas pagutannya.
"Lu gak bilang kalo mau balik," pipi Jaemin menggembung dan memukul pelan dada adiknya itu "kan gue bisa jemput lu ke bandara!" sambungnya.
Jisung hanya terkekeh dan mengusap pipi yang menggembung itu, "Kalo gue bilang kan gak surprise, kak." jawabnya santai.
"Btw, lu makin berat ya terus badan lu juga gak tepos-tepos amat kaya tiga taun lalu, lu nge-gym dimana?"
Shit, fuck. Salahkan Lee Jeno yang terus-terusan memegang dadanya dalam dua bulan terakhir. Sialan, pemuda itu memang membawa perubahan pada Jaemin. Maksudnya, perubahan fisik. Dan juga.. hati.
"Uhm, anu gue olahraga sendiri, hehe iya," jawab Jaemin gugup.
"Olahraga.. gini?" Jisung membuat isyarat membentuk huruf O dengan jempol dan telunjuk kirinya, lalu telunjuk kanannya dia keluar masukkan.
"Ish, enggak.." Jaemin yang mengerti artinya bersemu malu, dia langsung memeluk leher Jisung dan menenggelamkam wajahnya disana. Menghirup aroma Jisung yang selalu dirindukannya ini. Mereka berdua tak bosan-bosannya melontarkan kata rindu, karena memang itulah faktanya.
Sejenak dalam posisi ini, Jisung mengusap rambut kakaknya pelan. "Kak, jogging yuk?"
Huh, padahal Jaemin sedang malas untuk beraktifitas. Tapi kalau kesayangannya yang meminta Jaemin hanya bisa menurut saja. Lagipula dirinya juga tidak ada kegiatan hari ini.
"Mau, tapi kakak ganti baju dulu ya," Jaemin turun dari pangkuan Jisung, berjalan ke arah lemari. Keluar dari gulungan selimut yang daritadi dia pakai, menampakkan tubuhnya yang hanya di balut kaos kedodoran. Bagian lehernya terlalu lebar hingga menampakkan sebelah bahu Jaemin yang putih dan halus. Panjangnya menutupi bagian atas paha Jaemin, terkadang terangkat saat Jaemin sibuk mencari baju di bagian lemari atas. Serta memakai bawahan celana pendek yang bahkan tidak terlihat karena kaos nya yang panjang.
Jisung yang berada di atas kasur tidak tahan melihat pemandangan seperti di hadapannya. Pemuda itu berjalan ke arah Jaemin dan memeluk kakak-nya dari belakang. Menghentikan aktifitas Jaemin mencari baju.
Pemuda tinggi itu mengangkat Jaemin dan membantingnya di kasur pelan, mengungkung pemuda dibawahnya dengan kedua lengan. Mencium leher Jaemin, terkadang menjilat nya. Jisung mengendus aroma manis Jaemin, tangannya digunakan untuk menahan kedua tangan Jaemin di atas kepala. Jaemin tidak bisa berontak, lagipula memang tidak ada niatan untuk melepaskan diri dari sentuhan-sentuhan sang adik.
Jisung beralih ke tulang rahang Jaemin, lalu memandang bibir berwarna merah menggoda milik kakaknya. Mengusap pelan lalu mulai menciumnya, Jaemin menekan kepala Jisung agar ciumannya lebih dalam. Laki-laki dominan itu mulai melumat bibir bawah Jaemin, memainkan lidah nya disana.
Jaemin hanya menikmati apa yang dilakukan oleh Jisung "Mmh, jisungh.. lepasin mhh," Jaemin mulai kehabisan nafas, namun yang lebih muda itu tidak mau melepas pagutan mereka. Jisung tetap bermain dengan bibir Jaemin seolah tidak akan berhenti melumatnya.
Tok tok tok
"Dek! Bilangin kakak, dibawah ada temennya nungguin. Sekalian kamu bangunin kakak, ya!"
Jisung langsung menghentikan ciuman dan Jaemin mengambil nafas sebanyak mungkin. Keduanya turun dari ranjang dan merapikan pakaian mereka.
"Lu sih, untung aja pintunya dikunci!" Ucap Jaemin dengan muka cemberut, bagaimana kalau Mama sampai membuka pintu kamar Jaemin tadi.
"Iya dong, kan gue pinter. Makanya gue kunci tadi!" Jawab Jisung bangga.
"Yaudah gue mau turun," Jaemin baru saja akan membuka pintu kamarnya saat Jisung mengingatkan.
"Lu mau pamer badan mulus gitu?" Ucap Jisung sambil menunjuk Jaemin yang memakai pakaian menggoda- menurut Jisung.
"Oiya, hehe."
'
'
'
'
'Ada ape nih kok pada ribut, ditunggu aja klarifikasinya mkay?

KAMU SEDANG MEMBACA
Rata (NoMin) ✔
Fanfiction'Jaem dada lu rata banget! Mau gue munculin kaga?' -Jeno, bangsat version 2018. 'Kan gue cowok Jen, anjirlah.' -Jaemin, menolak rated 2018. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ 17/06/2018 rank #1 on Nomin ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ (start) 080618 - (finish) 050818