jujur

137K 15.4K 2.3K
                                        

Setelah sampai di rumah Jaemin, Haechan langsung masuk terlebih dahulu sementara Jaemin memarkirkan mobil nya di garasi. Di ruang keluarga dia melihat ada Mama Jaemin yang sedang menonton berita di TV. "Tanteee.. Echan sama Nana pulang" teriak Haechan lalu menghambur ke pelukan wanita yang sudah dianggapnya ibu itu.

"Wah Echan! Tante kangen loh, kamu lama ga main kesini". Ucap wanita paruh baya itu dengan muka sedikit sedih.

Haechan melepas pelukan mereka dan duduk di samping Mama Jaemin. Dua orang yang baru saja bertemu itu mengobrol dengan hangat, memang klop mereka berdua, sampai-sampai Jaemin saja diabaikan. Jaemin yang melihat kedua orang terdekat nya itu berbincang dengan asik akhirnya dia memilih untuk menuju kamarnya dan segera mengganti pakaian.

Jaemin menghela nafas panjang, sebentar lagi dirinya harus tau apa yang sudah terjadi antara Mark dan Haechan. Semenjak Mama Haechan meninggal, Jaemin bertekad untuk selalu menjaga pemuda yang dianggapnya sebagai kakak itu. Dia tidak mau kalau Haechan yang awalnya polos bisa melakukan hal seperti itu dengan bajingan sekolah yang terkenal Playboy.

Ah, kalau Jaemin terus berkutat dengan dugaannya sendiri dia tidak akan tau bagaimana cerita sesungguhnya. Lebih baik sekarang dia menagih Haechan untuk cerita. Tanpa lama lagi Jaemin langsung keluar kamar dan berjalan ke arah ruang keluarga, dia menghampiri mamanya dan Haechan yang masih asik berbincang.

"Ma, udah? Nana mau ngajak Echan ke kamar, oke?" Ucap Jaemin pada mamanya.

"Yah, padahal mama masih kangen sama Echan. Tapi yaudah deh".

"Nanti deh tante Echan ngobrol lagi kalo ada waktu, sekarang Echan mau maen dulu sama Nana, hehe". Haechan berdiri dan mengikuti Jaemin ke kamar.

Sesampainya di dalam, Echan langsung naik ke kasur dan memasukkan tubuhnya ke selimut. Diikuti juga oleh Jaemin. Ini memang kebiasaan mereka berdua kalau sudah bertemu dan bercerita tentang segala hal, menurut mereka 'Story Time' ini membantu mereka menceritakan semua nya dengan nyaman.

Jaemin menatap Haechan yang masih juga diam, dan belum mengucapkan sepatah kata pun. Jaemin paham bahwa sahabatnya itu bingung harus memulai darimana, jadi dia memutuskan untuk bertanya lebih dulu.

"Chan, tadi lu ngapain sama baj- kak Mark, hm?" Tanya Jaemin santai, namun terdengar mengintimidasi bagi yang ditanya.

"Euhm, tadi..a-aku ciuman sama dia," Jawab Haechan ragu dan sekelebat rasa takut kalau Jaemin akan marah dan tidak mau berteman dengannya.

Namun reaksi Jaemin di luar dugaan, "Wuih, Echan udah gede ya bisa cium-ciuman gitu~ ". Goda Jaemin sambil menoel pipi Haechan

Wajah Haechan blushing, bagaimana bisa pemuda di hadapannya ini tidak marah dan malah menggodanya.

"Kamu gak marah, Na?" Tanya Haechan hati-hati.

"Ngapain lah, kan itu hak lu Chan. Tapi ya kalo gue boleh ngingetin lu jangan macem-macem dulu selama masih sekolah! Kasian Bokap lu yang kerja banting tulang demi anak kesayangannya ini. Jadi jangan buat beliau kecewa, apalagi mendiang nyokap lu Chan". Jaemin mengatakan ini semua dengan tulus sebagai seorang sahabat dan juga adik yang sayang pada Haechan.

"Iya Na, makasih kamu udah ingetin. Tapi sebenernya ada yang mau aku kasih tau ke kamu.." ucap Haechan menggantung.

"Apa?"

"Aku sama kak Mark, pacaran".

"APAAA?!"

'
'

Jeno terlihat sedang memainkan benda kotak tipis yang selalu di kantonginya itu, apalagi kalau bukan Smartphone. Setelah keluarga Huang pamit pulang Jeno mulai gabut, dan hanya scrolling WhatsApp nya siapa tau ada yang mengiriminya pesan. Namum nihil, hanya pesan dari grup kelas dan grup basket saja yang ramai. Padahal dia berharap Jaemin atau setidaknya Renjun mengiriminya pesan. Oh iya, tadi Jeno dan Renjun sempat bertukar nomor WhatsApp agar tidak lost contact seperti dulu.

Karena bosan Jeno bangun dari kasur dan mendekati tas sekolahnya, untuk mengambil iPod. Namun saat merogoh Jeno malah mengambil botol yang dia temukan di sekolah tadi. Dia baru ingat kalau botol ini di taruhnya di tas.

"Jam berapa ini?" Gumam Jeno.

Jam menunjukkan pukul 17.45 , nanti sajalah dia ke rumah Jaemin untuk mengembalikan botol, ya sekalian mengapel maksudnya.

Jeno memasukkan kembali botol itu ke dalam tas, dan langsung menuju kamar mandi, untuk menghilangkan rasa lengket setelah tadi berenang dengan Renjun. Tidak lama kemudian Jeno sudah rapi dengan tampilan casualnya. Kaos putih polos dengan denim yang sangat pas ditubuhnya. Jeno keluar dan tak lupa juga membawa botol Jaemin bersamanya menuju lantai bawah, disana sudah ada Papa dan Mamanya yang bersiap untuk makan malam.

Jeno menghampiri Papanya dan langsung memeluk beliau, "Yoit! Papa Bear, darimana saja sampai lupa rumah? Hehe," Jeno dan papanya memang sangat akrab jadi tidak heran kalau ayah dan anak itu terlihat seperti teman.

"Papa ada kerjaan di luar Jen, tapi papa masih inget kok sama mama kamu yang cantik ini". Goda papa pada mama, kalau urusan goda-menggoda memang bapak anak ini jagonya. Kkk~ buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Jeno teringat kalau tujuannya untuk berpamitan, "Pa, Ma Jeno makan malam diluar aja. Jadi Papa sama Mama bisa makan malam romantis, tanpa ingat punya anak setampan ini. Oke?"

"Loh emang kamu mau kemana?" Tanya mamanya.

"Mau ke rumah temen, oke bye. Jeno bawa mobil". Ucapnya sambil berlalu dari ruang makan dan menyambar kontak mobil miliknya di dekat garasi.

"MAU KENCAN YAA? Hahaha," Teriak Papanya sambil terkekeh.

"Hush Papa jangan teriak-teriak, ah!" Ingat mamanya.

"IYA PA, SAMA JAEMIN!" wkwk, dalam hati Jeno hanya tertawa bahagia mensyukuri keluarga nya yang sangat harmonis ini.

•••

Kasian yang baca pasti ga pernah dikencani Jeno ya?

Rata (NoMin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang