Saat ini, Jaemin sedang memangku Jeno yang dalam keadaan mabuk berat. Tidak tau seberapa banyak minuman yang sudah kekasihnya itu tenggak. Sedangkan disampingnya, Chenle tengah serius mengendarai mobilnya. Iya, Jaemin meminta tolong pada Chenle untuk mengantarnya pulang. Bukan karena Jaemin tidak bisa menyetir, ingat kan Jaemin membawa mobil ke sekolah? Hanya saja tadi saat akan membuka mobil, Jaemin tidak menemukan kunci mobil Jeno. Entah dimana pemuda tampan itu menyimpannya.
Jeno terus meracau karena badannya gerah, Jaemin kewalahan mengatasi tubuh besar Jeno yang terus bergerak. Dia takut kalau tingkah kekasihnya ini mengganggu konsentrasi Chenle yang sedang menyetir.
"Le, maaf banget ya jadi ngerepotin elu" Jaemin merasa tidak enak karena telah merepotkan tuan rumah yang seharusnya berada di pesta saat ini.
"Santai ae lah Na, lu kaya baru kenal gue aja" Chenle terkekeh, memang sih Jaemin terlalu formal menurut Chenle. Padahal mereka kan pernah sekelas saat kelas X dulu. Tapi untuk kelas XI ini mereka memang tidak sekelas lagi.
"Oh iya Na, ini kita nganter ke rumah Jeno kan? Alamatnya?" Jaemin terbelalak, bagaimana bisa dia sebodoh ini. Padahal kan dia tidak tau rumah Jeno di mana.
"Anjir, gue gak tau rumah dia dimana. Yaudah Le, puter balik kerumah gue aja!" Pemuda kecil itu memutuskan untuk langsung membawa Jeno ke rumahnya. Tidak apa untuk semalam Jeno menginap di rumah, pasti Mama dan Papa akan mengerti kalau diberi penjelasan.
Chenle memutar balik mobil ke arah rumah Jaemin. "Lu pacarnya ko bisa kaga tau rumahnya Na? Hahaha" Jaemin tidak masalah Chenle bertanya seperti itu, karena dia tau bahwa hampir semua teman seangkatannya mengetahui bahwa Jaemin dan Jeno berpacaran.
Namun yang dia permasalahkan adalah dirinya, kenapa sampai tidak tau dimana rumah kekasihnya sendiri. Ah, tidak apa. Bukan sepenuhnya salah Jaemin, salahkan saja kejadian macet kemarin. Karena kejadian itu Jaemin jadi gagal untuk pergi ke rumah Jeno.
"Hehe, ya kan gue baru jadian beberapa hari Le. Lagian gue belum pernah maen ke rumahnya ni anak" Jaemin menatap Jeno yang sedang tertidur, mengusap lembut rambut hitam legam milik sang kekasih. Chenle sesekali melirik, sungguh indah hubungan kedua anak adam di sampingnya ini. Terkadang dia ingin seperti mereka, mendapat seseorang yang benar-benar bisa mencintai dirinya. Tanpa memandang bahwa Chenle adalah anak dari siapa, tapi Chenle butuh seseorang yang mencintai dirinya karena Chenle adalah Chenle. Seseorang yang memang dicintai murni bukan karena harta. Ck~ dia sudah terlalu muak dengan tipu muslihat mantan-mantannya selama ini.
Rumah Jaemin terlihat dari kejauhan, Chenle sudah tau tanpa arahan dari Jaemin. Karena dulu dirinya pernah kemari untuk mengerjakan tugas bersama. Sesampainya di depan gerbang Chenle mengklakson agar ada yang membuka gerbang, benar saja tidak lama kemudian seorang pemuda jangkung terlihat sedang membuka gerbang untuk jalan masuk mobil Chenle.
"Berat Le, gabisa sendirian" Jaemin berusaha membuka pintu mobil dengan tangan yang masih menahan punggung Jeno. Chenle berinisiatif keluar mobil dan berjalan ke arah pintu seberang. Mengabaikan pemuda tinggi yang menatapnya heran.
"Sini lu lepas Jenonya, lu keluar dulu" Jaemin melepas tangannya dari tubuh Jeno dan membiarkan Chenle mengambil alih. Lalu setelah itu barulah dirinya keluar, dan melihat ke arah adiknya yang hanya mematung di sana.
"Sungie! Bantuin napa, malah bengong gitu!" Jaemin mengerucutkan bibirnya lalu berusaha untuk memapah Jeno dengan Chenle.
Jisung yang baru sadar bahwa itu adalah kakaknya langsung berlari ke arah Jaemin dan menggantikan posisinya itu untuk membopong Jeno. Sedangkan Jeno yang dalan keadaan tidak sadar dan mulai kelelahan, malah sengaja menggantungkan kedua tangannya di pundak Chenle dan Jisung. Yang otomatis menambah beban yang mereka tumpu.
"Aaa berat begoo!" Chenle berteriak spontan dan hampir saja jatuh saat Jeno menggelantung seperti ini. Sedangkan Jisung kaget dan hampir jatuh juga, untungnya dia bisa menahan jadi mereka bertiga tidak jatuh konyol karena ulah Jeno.
"Hahahaha" Jaemin di belakang tertawa melihat kejadian barusan, nyaris saja dirinya melihat domino manusia kalau bukan karena Jisung yang menahannya.
Kedua pemuda yang sedang membopong Jeno itu menoleh ke arah Jaemin.
"Sialan!" Ucap mereka bersamaan.
Jaemin semakin terpingkal setelahnya, melihat wajah Chenle dan adiknya yang kesal setengah hidup.
•••
Kita lupakan sejenak ya Mark yang biadab itu. Mari merefresh pikiran dengan tertawa lumba-lumba ala Chenle

KAMU SEDANG MEMBACA
Rata (NoMin) ✔
Fanfiction'Jaem dada lu rata banget! Mau gue munculin kaga?' -Jeno, bangsat version 2018. 'Kan gue cowok Jen, anjirlah.' -Jaemin, menolak rated 2018. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ 17/06/2018 rank #1 on Nomin ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ (start) 080618 - (finish) 050818