Jaemin terkejut saat matanya ditutup oleh seseorang, pemuda bersurai coklat itu mendengar bunyi 'klik' tanda pintu terkunci. Seketika Jaemin mundur, saat orang tersebut melepas tangannya dari mata Jaemin.
"Kak Mark?" Lirih Jaemin.
Disana Mark hanya menyunggingkan smirknya, berjalan ke arah wastafel lalu mencuci tangan. Jaemin bingung, juga was-was kenapa Mark menguncinya didalam kamar mandi berdua seperti ini.
"Kakak mau ngapain?" Jaemin menempelkan punggungnya di dinding, merembet untuk mendekati pintu saat Mark berjalan ke arahnya. Suara dentuman musik terdengar sampai disini, jadi tidak mungkin bagi Jaemin untuk berteriak minta tolong.
Mark semakin mendekat, mengunci posisi Jaemin dengan kedua lengan yang berada di samping kepala Jaemin. Mark yang lebih tinggi harus menunduk untuk bertatapan dengan mata bersoftlens milik Jaemin.
"Na Jaemin... Lu indah" Smirk di bibir Mark tidak pernah lepas selama berhadapan dengan Jaemin.
Pemuda yang lebih pendek bergetar, takut kalau Mark si bangsat ini sampai melukai dirinya. Jaemin tidak sebodoh itu tidak mengetahui bahwa Mark menginginkan dirinya. Jaemin meraba saku di celananya, berusaha mencari handphone yang sialnya tidak ada.
Mark mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, itu handphone Jaemin. Padahal niatnya Jaemin akan menelpon Jeno atau siapapun yang bisa menolongnya saat ini. "Princess lagi cari ini ya?" Jaemin hanya memandang benda persegi di tangan Mark, berusaha meraihnya namun kalah cepat dari Mark. Pemuda tinggi itu menaikkan posisi tangannya, tidak mungkin digapai Jaemin.
"Eits, Princess mau apa? Mau telpon pangeran buat nolongin? Ck~ gak bakal bisa" Lagi-lagi Mark tersenyum miring.
"Sialan, mau lu apa?" Jaemin melupakan sopan santunnya. Dia sudah terlanjur kesal, marah dan juga takut. Bagaimana bisa pacar sahabatnya menjadi seperti Phsycopath.
"Oh princess marah! Tenang baby, kakak gak bakal nyakitin Princess cantik ini" Tangan Mark mengelus pipi Jaemin, yang langsung ditepis kasar oleh si empunya.
Mark semakin menjadi, mencoba memcium bibir Jaemin. Namun gagal karena Jaemin melengoskan wajahnya, ciuman Mark mendarat di pipi Jaemin. Mark terus merapatkan tubuhnya, menghimpit Jaemin di antara tubuhnya dan dinding.
"LEPASIN GUE! BAJINGAN LEPASIN!" Jaemin mencoba menghalau semua sentuhan Mark, dirinya bahkan mulai berteriak.
Namun Mark terus berusaha mencium bibir Jaemin, gerakan pemuda kecil itu semakin brutal berusaha melepaskan diri dari kungkungan Mark. Jackpot bagi Mark berhasil melumat bibir atas Jaemin, Jaemin yang merasakan bibir bawah Mark berada di sela bibirnya segera menggigit bibir itu sekeras mungkin.
Cekrek
"Ups, kefoto baby" Mark memperlihatkan hasil jepretannya pada Jaemin. Di foto itu Mark terlihat kesakitan menerima gigitan Jaemin, sedangkan Jaemin tampak menikmati dan terlihat sangat bernafsu melumat bibir Mark. Sialan, foto itu tidak menjelaskan kejadian sebenarnya.
"Hapus sinting! Mau lu apain foto itu, anjing!" Jaemin berdetak, takut Mark akan melakukan hal buruk padanya.
Mark tidak menjawab, kembali memasukkan handphone nya ke saku dan mendekat lagi ke arah Jaemin. Kali ini Mark mengunci kedua tangan Jaemin di atas kepala, mencium Jaemin di bibir. Membagi rasa darah yang daritadi menempel di bibirnya, Jaemin tidak bisa berontak. Dia akui ciuman Mark sangat panas, pantas saja sahabat polosnya mendesah seperti itu saat bercumbu dengan pemuda Kanada ini.
Namun ini bukan saat yang tepat untuk menikmati ciuman Mark, Jaemin menendang selangkangan Mark dengan lututnya yang bebas. Mark mengaduh kesakitan, mundur beberapa langkah sambil memegang aset berharganya.
"Oh ada yang berontak rupanya. Oke kita liat, apa pendapat pacar lu tentang foto binal seorang Na Jaemin yang lagi nyium gue" Mark mengeluarkan handphonenya lagi, mencari kontak bernama Jeno dan akan mengirim foto ciumannya dengan Jaemin.
"Bangsat, jangan coba-coba lu kirim itu!" Jaemin hendak merebut handphone Mark. Namun lagi-lagi gagal, mengingat perbedaan tinggi mereka.
"Kenapa? Biarin aja cowok sialan itu tau, kalo pacarnya suka ciuman gue bahkan sampai memuji ciuman gue" Sialan apakah tadi Jaemin tidak hanya membatin?
"Anjing, mau lu apa?!" Jaemin memilih jalan aman agar foto itu tidak sampai ke tangan Jeno atau siapapun diluar sana.
"Cuma satu ciuman panas, dan lu boleh keluar" Tawar Mark kepada Jaemin.
"Gue gak mau!" Jaemin mendekapkan tangannya di dada dan membuang muka.
"Oke, kalo gitu gue send" Mark mengancam akan mengirimkan foto itu pada Jeno.
"E-eh jangan, jangan. Bangsat! Oke gue turutin kemauan bejat lu, abis itu lepasin gue!" Tidak ada jalan lain bagi Jaemin,selain menerima permintaan bodoh kakak kelasnya ini.
"Nah gitu dong Princess!" Mark mengusak surai coklat Jaemin lalu mendudukkan dirinya di closet duduk. Memandang ke arah Jaemin yang masih mematung di tempatnya.
"Duduk!" Perintah Mark bossy. Pemuda keturunan Kanada itu mengedikkan dagunya menyuruh Jaemin untuk duduk di pangkuannya.
Dengan terpaksa Jaemin memposisikan dirinya di atas paha Mark, lalu mulai mencium bibir kakak kelas sekaligus pacar dari sahabatnya itu.
•••
Susah tau guys kalo ada di posisi Nana, apalagi diancem. Kita do'ain Nana ga kenapa-napa yaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Rata (NoMin) ✔
Fiksi Penggemar'Jaem dada lu rata banget! Mau gue munculin kaga?' -Jeno, bangsat version 2018. 'Kan gue cowok Jen, anjirlah.' -Jaemin, menolak rated 2018. ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ 17/06/2018 rank #1 on Nomin ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ (start) 080618 - (finish) 050818