satu

2.3K 80 6
                                    

17 Februari 2010

//Aula sekolah//

Kelulusan.

“hehh Dion! Yuk balik.. ngapain lu matung disitu,”

kata teman teman brandal ku yang sudah bersiap konvoy merayakan kelulusan kami.

“duluan aja, ada urusan gue..” jawabku

“yaelah, mentang mentang calon kapten udah sok sibuk aja, haha.. yaudah kita duluan ya”

“ah lu mah, yayaa...” jawabku sambil tos ala ala genk cowok cowok keren.

Hari ini aku sudah menyiapkan 2 helm, aku membawa 1 helm perempuan dan memandanginya, dan tak terasa senyum senyum nakal ini muncul dengan sendirinya dipipiku, aku malu dengan diriku sendiri yang tak bisa berhenti tersenyum saat memikirkan apapun tentang Aya.

“sudah lama?”

Suara lembut itu membuat kepalaku terdengak, kulihat gadis cantik dengan balutan kebaya warna merah muda sudah berdiri tepat dihadapanku, apakah aku mati? Kenapa aku sudah bisa melihat bidadari? Pikiran konyol mulai menyerbu otakku yang sedikit lemot dengan matematika.

“dion, sudah lama menunggu? Maaf, tadi aku berbincang sebentar dengan bu Nana, aku menanyakan tentang fakultas kedokteran yang dia inginkan dulu”

Mataku terbelalak, aku baru sadar kalau sedari tadi Aya mengajakku bicara, entah setan apa yang merasuki pikiran ku selalu ketika aku memandang Aya.

“ahh tidak apaapa, belum lama kok aku nunggunya”  jawabku dengan senyum simpul 45 derajat yang dengan susah payah aku buat semanis mungkin didepan Aya :)

“Perasaan udah ada setengah jam disini, nunggu setengah jam nggak lama nak Dion??”

kata pak satpam sekolah setengah teriak dan senyum senyum jail, rupanya pak satpam memperhatikan aku dan Aya dari tadi.

Teriak pak satpam berhasil membuat Aya memicingkan matanya padaku.

“nggak lamaa???” tanya aya dengan nada sinis kepadaku karena ketauan aku sudah berbohong.

“ahh setengah jam saja, lamaan kamu nanti nunggu aku khitbah kerumah” jawabku mencoba ngeles agar Aya tidak marah.

Ralat, Aya tidak pernah marah. Bukan hanya padaku, kepada semua orang. Ayaku adalah gadis yang lembut, semua orang pasti akan luluh saat menatap mata indah Aya, tatapannya yang tulus, dan kedua lesung pipit dipipinya selalu menyapa ketika ia senyum. Membuatku betah lama lama memandang Aya, wajah yang pasti akan selalu aku rindukan di pendidikan maritimku nanti.

“nunggu dikhitbah tu ngga berat, yang penting yang ditunggu harus selalu sadar kalo dia itu ditungguin, jadi ngga amnesia trus tanpa kepastian, dann... ilang” kata Aya sambil melangkah kecil kearah motorku.

“siap! Ngga bakalan amnesia, orang setiap hari aja kangen, gimana mau lupa” ucapku sambil mencubit pipi kanan Aya yang tembam.

“aww (mengibaskan tanganku), yayaa kita liat aja nanti, apakah si kapten kita ini bisa jaga hatinya buat Aya Wulandari apa nggak...”

Aku memandang Aya, Tuhann..... rasanya aku ingin berteriak di atas monas dan mengatakan AKU CINTA AYA....

“siap! Calon Nyonya Pratama”

Aya tersenyum kecil padaku.

Hari ini aku dan Aya ingin menghabiskan waktu kelulusan bersama di sebuah taman bunga yang tak jauh dari sekolah kami.

Bukan hanya menghabiskan waktu bersama sebenarnya, hari ini aku ingin bersama dengan Aya lebih lama, karena besok aku sudah harus berangkat ke semarang untuk menempuh pendidikan maritim disana. Dan Aya juga akan mempersiapkan kuliah bidannya di jogja. Kami akan jarang bertemu, sibuk berjuang menjadi manusia dewasa seutuhnya sekarang.

Jauh dari Aya tak masalah bagiku, karena Aya bukan ada mataku, tapi Aya ada dihatiku.

TAMAN
.
.
.
.
.
.
Aku dan Aya duduk di bangku sebelah barat taman,

“dion...” ucap aya sembari mengeluarkan kotak biru berpita hitam dari tas kecilnya dan memberikannya padaku.

“apa ini?” tanyaku penasaran, lagi lagi senyum senyum nakal ini mulai berdatangan menarik pipiku tanda aku sangat bahagia Aya memberiku hadiah. Agh... kenapa aku tidak pernah bisa terlihat cool didepan Aya.....

“hmm apayaa, benda kecil yang akan selalu menemani kapten kita ini menemukan mercusuarnya, ettss tapi jangan dibuka dulu, kotak ini aku siapin buat pelayaran pertama kamu”

“pelayaran pertama? Yahh 4 tahun lagi dong, lama sayaaan-......”

“ngga lama kok, lamaan nunggu kamu khitbah aku, hahaha”

Melihat Aya tertawa lepas seperti saat ini, membuatku semakin berat untuk berangkat ke Semarang.

Begitu lah Aya, ia tau kata yang tidak aku ucapkan dan mengerti arti tanpa aku jelaskan.

“kok murung gitu mukannya?” tanya Aya membangunkanku dari lamunan

“nggak kok, lagi bingung aja sama Tuhan”

“heh? Kok gitu?” tanya Aya mengerutkan dahinya

“katanya Tuhan adil, tapi kok cantik, baik, tulus, lembut, pinter semua dikasih kamu sih, kasian yang lain dong ntar ngga kebagian” goda aku pada Aya

“haha... kamu ni yaa, ngalusss mulu” tawa Aya sambil memukul bahuku.

“Do you love me?” kali ini aku serius bertanya pada Aya.

Aya menghentikan tawanya

“sure” jawab Aya dengan lesung pipi di senyum yang selalu membuat aku rindu setiap waktu

“are you trust  to me?” tanyaku(lagi)

“sure” kali ini Aya menjawab dengan mata berkaca kaca dan menatapku dalam

“kamu bakalan nunggu aku kan?”

“ajari aku cara bertahan, supaya aku kuat saat kamu pergi nanti”

jawaban Aya berhasil meremas hatiku yang sedari tadi sudah tak kuat menatap wajah sendu Aya.

“yakin? Ngga takut jadi janda muda?” kali ini aku bertanya meledek

“hmmm.... aku ngga takut jadi janda, tapi aku takut suami aku nanti jatuh cinta sama awak kapalnya,” kata Aya sambil mengacak acak rambut bross ku,


“love you” sepatah kata yang sedari tadi memaksa keluar dari mulutku.

“jaga diri yaa..” jawab aya sambil menggenggam tanganku. Entah mengapa Aya tidak menjawab perkataanku tadi, yahh memang itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan dari hatiku yang sebenarnya masih lebih dan lebih dari sekedar kata yang aku ucapkan tadi.


tawa kami menutup kisah di taman hari ini. Setelah dari taman aku dan Aya pergi ke bioskop untuk menonton film terbaru dari disney kesukaan Aya. Sekarang aku yakin untuk berangkat besok, karena aku yakin Aya pasti akan menjaga hatinya untukku.
Aku akan membuat Aya bangga padaku,

kapten, aku berjanji, bahwa Aya adalah orang pertama yang akan memakaikan lencana kapten didadaku nanti.

HUJAN SORE ITU [Bersamamu Aku Terluka, Tanpamu Aku Tak Kuasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang