dion POV
Aku masih disini, mematung didepan jendela dengan secangkir kopi. Pasangan siswa SMA yang ku lihat diseberang jalan tadi sudah bergegas pergi, karena hujan sudah reda.Tak terasa.. aku terlalu banyak bicara sampai kini kopiku menjadi dingin. Sedingin suasana saat itu, ketika aku di rumah aya dan ada abi disana.
Jika ditanya apakah aku bahagia saat itu? Ya. Aku bahagia, satu tahun rasa rindu ku berontak, dan pada akhirnya aku menemui gadisku pada hari itu.
Hmmm gadisku, tak pantas rasanya sekarang aku memanggilnya ‘gadisku’, bahkan lelaki terhebat diduania pun tak layak mendapatkan gadis seperti aya. Apalagi pecundang seperi ku. HmmSore ini aku benar benar terlempar pada memori, hujan sore ini,, mengingatkanku pada hujan sore itu... ketika celanaku masih abu abu dan dengan percaya dirinya menyatakan cinta pada aya. Haha, kalian tau? Aku hanya membawa sepucuk surat usang yang ku tulis di sisa kertas contekan ulangan.
Aku tak menuliskan kata kata romantis layaknya penyair, ataupun puisi indah untuk aya, namun saat itu.... aya membaca suratku dan mengatakan kata yang bagiku itu adalah kata paling indah di dunia ini setelah seruan Tuhan."bisakah kamu menjadi alasan, untuk aku kembali saat nanti aku berlayar? "
Begitu kira kira tulisanku,
sudah kuat mental sebenarnya jika ditolak. Atau ditampar layaknya gadis gadis lain saat mengacuhkan pria.
Namun apa jawaban aya??? Ia tersenyum, manis sekali. Membuatku merasa seperti seorang bayi yang di nina bobo kan oleh ibunya.
Hmmmm, sudahlah aku akan melanjutkan kisahku nati, tenang saja. Aku tak akan pernah lupa, satu detikpun bersama aya tak akan pernah terbabat dalam ingatanku, mungkin... ingatan ingatan itu sudah menyatu dengan saraf saraf otakku, atau? Tersebar diseluruh pembuluh darahku? Entahlah. Yang pasti, aku belajar banyak hal dari aya.
Aku belajar bahwa terlalu menggenggam orang yang kita sayang justru akan melemahkannya.
Bagaimana bisa? Tidak adil bukan, jika kita telah menambatkan hati pada seseorang, namun tak boleh kita genggam dengan erat??, apakah orang itu akan lari?? Tidak.
Kau mencintainya, dan kau menggenggamnya erat sepenuh hatimu, apa kau lupa? Disini hanya kau yang menggenggamnya, orang yang kau cintai tak akan menggenggammu, karena kau sudah terlalu erat menggenggamnya. Dan jika suatu saat tanganmu lelah, dia tidak akan berusaha menggenggam tanganmu, karena dia tidak biasa melakukan itu.
Tapi? Jika kau menggenggamnya perlahan, maka orang yang kau cintai juga akan membalas genggamanmu. Kalian akan saling menguatkan, bukan melemahkan. Jika suatu saat kau lelah, dia akan mempererat genggamannya. Begitu sebaliknya.
Kalian jangan berfikir aku orang bijak yang bisa mengatakan itu semua, karena itu semua adalah jawaban aya saat membaca surat usangku.
Aku teruskan kisahku........
Dion POV off
“assalamualaikum....”
Terdengar suara salam dari pintu utama, jelas sekali itu suara ayah aya.
Seperti lelaki normal lainnya, aku pun sedikit gugup saat tau ayah aya datang.
“waalaikumsalam...”
Jwab kami yang ada di ruang makan..
Aku bergegas berdiri dan hendak menyalami ayah aya..“assal-----"

KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN SORE ITU [Bersamamu Aku Terluka, Tanpamu Aku Tak Kuasa]
Ficción General~Dia bukan cintaku, tapi cinta orang lain. Aku hanya mengantarkannya pada tujuan....~