18 februari 2010
.
.
.
.
.
.Pagi yang cerah dengan kicauan induk pipit yang mulai bepergian mencari makan untuk anaknya.
Aku berdiri tegap membusungkan dada.
Dengan ransel hijau yang sudah ku tata rapi dan kaos press body yang ku pakai di depan gerbang yang bertuliskan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran semarang yang kini tepat berada di depan mataku.Iya, aku sudah berada di semarang sekarang. Keluargaku yang mengantar sudah pulang sekitar 30 menit yang lalu.
Aya? Tadi pagi aku menelpon aya, tapi entah mengapa Aya tidak menjawab telponku sehingga aku harus mengirim pesan padanya...
Ayaku..
Aku akan berangkat sekarang
Maaf tidak bisa datang untuk pamit langsung denganmu.
Mungkin kau sedang mempersiapkan tes yang akan kau hadapi hari ini.
Oh ya, aku selalu penasaran dengan isi kotak yang kau berikan padaku tempo hari, jadi aku akan bersungguh sungguh disini sehingga bisa dengan cepat mendapat pelayaran pertamaku.Aku tak tau apakah setelah ini aku bisa sering sering mengirim pesan seperti ini kepadamu, intinya kau harus jaga diri.
Tunggu aku
Love you❤Kira kira begitu isi pesanku pada Aya pagi tadi yang sampai sekarang belum juga dibalas oleh Aya.
Aku berjalan masuk ke dalam dan mulai mencari gedung utama untuk acara penyambutan.
Sepanjang aku berjalan, banyak wajah wajah baru yang aku temui disini, tidak buruknya mereka semua sama sama gundul sepertiku, haha
Aku selalu ingat kata kata ayahku "seorang perwira maupun pelaut, harus selalu menegapkan bahunya dimanapun dan kapanpun dia berada", sebisa mungkin aku mempertahankan posisi gagahku selama ini.
Ayahku seorang perwira TNI, ayah sempat menyuruhku masuk militer AD, tapi panggilan jiwa ini memaksaku untuk menjadi taruna pelayaran.
.
.
.
.
.
.
Gedung utamaAku berjalan mencari kursi kosong untuk duduk, di dalam gedung sudah cukup banyak calon taruna yang hadir, aku menuju sebelah barat gedung dan mendapati kursi kosong di deretan belakang.
Sebelahku ada seorang calon taruna duduk, dari gayanya aku sudah tak suka, terlalu dandy menurutku, tidak berwibawa.
" asal mana?" tanyaku mencoba mencairkan suasana
.
Wahh rupanya dia memang sombong, lihat saja.. Dia mengabaikanku dengan santainya.
Sontak aku memalingkan wajahku darinya.
"dipaksa orangtua atau emang pingin masuk pelayaran?"
pertanyaan yang cukup kritis menurutku, aku melirik kearah pemuda sebayaku yang tak kukenal ini.
Belum sempat aku menjawab.
"sebenarnya aku tak sudi jadi taruna pelayaran, buat apa? Profesi yang sama sekali tak relevan menurutku. Kalau bukan karena wasiat bapaku, mungkin aku sudah menjadi pembalap sekarang, impian terbesarku, paling minggu depan aku kabur dari sini, buat formalitas saja daftar pendidikan maritim, supaya mama tidak menangis terus setiap hari" ceritanya panjang lebar dengan memasang muka kecewa berat,
aku sedikit tercengang dengan cerita pemuda disampingku ini
"semua bisa karena terbiasa, lama lama juga betah disini"
tanpa terasa kalimat itu terpental dengan tiba tiba dari bibirku.
Pemuda disebelahku tersenyum dan melihat ke arahku, akupun membalas senyumannya

KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN SORE ITU [Bersamamu Aku Terluka, Tanpamu Aku Tak Kuasa]
General Fiction~Dia bukan cintaku, tapi cinta orang lain. Aku hanya mengantarkannya pada tujuan....~