sembilan {kerinduan yang terbalaskan}

906 49 6
                                    

.
.
.
.
.
.
.
  Tak usah bertanya bagaimana perasaanku saat ini. Bahagia.. namun sesak dihati. Ya, itulah rasanya saat membaca pesan dari nomor asing dan ternyata itu Aya. Tanpa basa basi segera kutanggalkan kembali handuk yang sudah kugapai dilenganku dan segera ku telpon nomor yang Aya gunakan ini.
...
....
.....
......
.......

Tak ada jawaban. Tak gentar aku menelpon dan menelpon terus nomor ini, sampai pada ketiga kalinya...
 

  "Halo.. assalamualaikum??"

Ucap seorang perempuan dari dalam telpon, wajahku yang semula sumringah karena tau telponku diangkat, seketika terkerut dahiku karena tau ini bukan suara Aya.

  "Waalaikumsalam.. ini siapa ya??" Ujarku balik bertanya

  "Ini Fatya dari asrama C, pondok tahfidz Solo. Ada yang bisa saya bantu??"

  "Oh.. maaf mbak, bisa bicara dengan Aya?"

  "Aya?"

  "Iya.. Aya Wulandari"

  "Ohh dek Aya, iya iya sebentar.."

Jantungku terpacu layaknya kuda jantan yang bersiap di medan perang, tak bisa lagi kugambarkan bagaimana mimik wajahku saat ini. Penuh harapan hanya agar aku bisa mendengar suara yang selama ini tak bisa lepas dari kerinduanku..

  "Assalamualaikum, ini Aya, ada yang bisa saya bantu?"

Deg. Rasanya jantungku berhenti berdetak, seketika kupejamkan mataku dan menyadarkan diri hanya untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi.

  ".........."

  "halo?? Dengan siapa ya?"

  ".........."

Bibirku kelu. Rasanya untuk berucap satu kalimat saja sangatlah berat untuk kulakukan saat ini. Tanpa terasa air mataku kembali berderai, kerinduan yang selama ini menyakiti, kini terbayar oleh suara dan bayangan wajah gadisku yang selalu terpatri.

  "Halo..?? Jika anda tidak berkepentingan saya matikan telponnya"



  "A..ya" jawabku lirih


  "MasyaAllah..."


  "Aku merindukanmu" ucapku lagi berusaha menahan isak haru ini


  "Dionku..."

Suara diselingi isak tangis kudengar dari jawaban Aya


  "bagaimana kabarmu?" Tanya Aya


  "Aku merindukanmu."


  "Kau sudah baca pesanku??"


  "Aku merindukanmu."


  "Bagaimana pendidikanmu? Pelatihmu?? Teman teman barumu??"


  "Aku merindukanmu."

Hanya itu kalimat yang mampu aku ucapkan saat ini, kuabaikan semua pertanyaan dari Aya, rasanya bibir ini tak bisa berhenti untuk mengutarakan kerinduan yang sudah mual untuk ku muntahkan. Dan hari ini, Tuhan memberiku kesempatan untuk mengutarakan rindu yang sangat menyiksa ini.

  "Percayalah.. aku pun merasakan hal yang sama" jawab Aya padaku

  "Setiap saat aku selalu memikirkanmu, berharap dering darimu berbunyi dari ponsel ini"

  "Maafkan aku, dari awal tak memberimu kabar, membiarkanmu menunggu dengan sebuah harapan. Maafkan aku..."

  "Bukan harapan Aya.. tapi kepastian, kepastian bahwa aku mencintaimu, dan selamanya akan tetap mencintaimu"

HUJAN SORE ITU [Bersamamu Aku Terluka, Tanpamu Aku Tak Kuasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang