.8.

701 55 0
                                    

Kami sampai. Aku dan wanita ini.

Ada sedikit rasa menyesal di dalam diriku telah mengajaknya kesini. Bukan kenapa-napa. Nanti kalau aku dipenuhi pertanyaan, bagaimana? Ahh penuh pikiranku.

Okay. Tarik nafas, hembuskan.

"Yakin pada dirimu sendiri, Hyun-ah." Kataku meyakinkan diri sendiri.

Pintu besar ini akhirnya dibuka. Ibuku yang melakukannya. Serta ayah di belakangnya.

"Halo, ibu.." sapa wanita yang datang bersamaku ini. Disertai bungkukan hormatnya.

"Aaaaa.. yaampunnn.. nona Chaerin apa kabar??" Kata itu menjadi penyambut datangnya kami. Setelah itu, mereka berpelukan.

Ayah juga menyambut baik kedatangan kami. Kedatangan wanita ini khususnya.

Ibu sudah dengan hebohnya mengajak Chaerin untuk masuk. Sedangkan ayah, ia berjalan masuk beriringan denganku.

"Wanita mu, ya?" Tanya ayah. Maksudnya? Wanita milikku, atau hanya sebagai tanda bahwa ia kerabatku?

"Emm.. tadi aku ketemu di kantor. Yaa kebetulan dia mau aku ajak." Jawabku.

"Aku tak tau kalau reaksi ibu akan seperti itu." Kataku lagi pada ayah.

"Kalau ayah seorang perempuan, mungkin ayah juga akan seperti ibumu. Ayah senaanngg.... sekali akhirnya kau punya wanita yang pas." Kata ayah. Lalu kami duduk di sofa ruang keluarga.

Tak lama, dua wanita itu datang. Mereka duduk di antara aku dan ayah.

"Kamu mau? Kata ibu ini favorit kamu." Kata Chaerin menawarkan camilan yang memang merupakan kesukaanku. Ia menghadap ke arahku sebentar, lalu kembali mengobrol bersama ibu.

Lamaaa sekali mereka berbincang. Hingga tak sadar kalau waktu makan siang telah datang.

"Chaerin-ah. Tampaknya sudah masuk waktu makan siang! Kau mau bantu aku mempersiapkannya?" Kata ibuku penuh semangat menawarkan pada Chaerin.

"Ayo, ibu!" Jawab Chaerin juga dengan penuh semangat.

Mereka pergi menyiapkan makan siang untuk kami. Aku tersenyum. Hatiku berdebar. Tidak, bukan karena tegang. Tapi, malah merasa nyaman.















.












.












.













"Bagaimana hubunganmu dengan Hyun kami, Chaerin-ah?" Tanya ayah.

Sebenarnya, pertanyaan itu bukan yang pertama kali ditanyakan saat makan siang ini. Tapi, pertanyaan itulah yang membuat aku tersedak dan membuat Chaerin menuangkan air dan memintaku bersegera meminumnya.

"Ya ampun. Jangan tegang gitu dong, Hyun-ah." Kata ibu menggodaku.

Ah iya. Kenapa aku sampai tersedak? Tampak sekali aku terkejut bukan main. Hanya karena hubungan bisnis kami. Sepertinya.

"Aku dan Jaehyun hanya teman biasa, ayah." Kata Chaerin menjawab pertanyaan ayah.

Ayah dan ibu tampak sedikit murung.

"Tapi kami mulai jadi dekat satu sama lain." Katanya lagi.

Raut ayah dan ibu kembali cerah. Hanya karena sebuah jawaban?





.








.












"Mari, bu. Biar aku bantu mencuci piringnya." Tawar Chaerin pada ibu.

"Ah tidak usahh.." kata ibu.

"Kamu kan, disini jadi tamu. Kalau kamu sudah jadi bagian dari keluarga ini, baru aku memperbolehkan." Kata ibu lagi. Jadi bagian keluarga ini? Maksudnya?

"Ya sudah, bu. Biarkan Chaerin membantu ibu, tak apa." Kataku. Terlihat sekali wajah antusias dari Chaerin.

Dua wanita itu saling menatap dan tersenyum.










~~~~~










"Emm Chae.." panggilku padanya.

Dia menengok dan memasang raut bertanya.

"Kamu gapapa kan, aku ajak ke rumah di jam kerjamu?" Tanyaku. Harusnya pertanyaan ini aku ajukan di awal. Bukan disaat perjalanan pulang seperti ini.

"Hm? Ya gapapaa.. lagipula, pekerjaanku memang fleksible. Jadi tak masalah kalau kau undang aku." Jawabnya. Ya ampun. Senyumnya maniiss sekali.

Memang sih, biasanya orang penting disuatu perusahaan, bersifat fleksible. Datang ketika kami memang diperlukan. Mungkin dia juga termasuk.

"Kalau begitu, apa sekarang kamu mau main ke apartemenku?" Tanyanya.

Sebentar.

Apa? Apartemennya?

Ngapain hayooo~ -author calon lambe turah

"Emm.. aku hanya melakukan give and take. Kau mengajakku ke rumahmu, aku ajak kau ke tempat tinggalku. Hehe." Katanya menambahkan.

"Ahh.. baa.. baiklahh.." jawabku akhirnya.

Disertai senyumanku tentu.

Kami mengobrol terus. Tak perlu aku umbar, kan apa yang kami obrolkan? Hehe.

Yang mulai aku tau dari wanita ini adalah..

Dia jodohmu. -Author ganggu aja

Dia pas untuk diajak berbincang denganku. Topik yang kami bicarakan selalu cocok, aku tak terusik dengan obrolannya dan aku juga merasa nyaman.

Yang ajaib dari obrolan kami -dia dan aku- adalah bahwa waktu terasa cepat. Aku tak menyangka kalau kami sudah sampai di tempat tinggalnya.

~~~~~

Cr background : google

~~~~~

Hello!

Ehehhehe. Authornya demen basa basi mulu nih. Ampe kedaluwarsa.

Hope you enjoy it!

Regards

Seconite♡

Workman LovestoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang