.47.

299 20 0
                                    

"Good Morning" sapa seseorang sesaat aku bangun tidur. Ah, aku tertidur di depan televisi sebenarnya.

Semalam aku memaksa untuk menonton drama. Pemainnya aktor kesukaanku huhu.

Aku terkejut. Sangat.

Jaehyun sepagi ini sudah di apartemenku? Ada apa?

"Hehe, maaf. Hari ini kamu libur, kan? Kencan lagi, yuk!" Katanya.

Dia tampaknya sedang mempersiapkan sarapan.

"Kamu ngapain jae? Pagi banget kesininya." Kataku masih sembunyi dibalik selimut. Yang memang aku pakai sedari malam.

"Ya.. lagi mau ajaa. Gapapa kok. kamu rapih rapih dulu aja. Biar sarapan aku yang urusin, hehe." Katanya lagi.

Dia ini kenapa ya?








.







.






.




"Jadi sekarang aku yang nentuin jalurnya, ya?" Tanyaku. Bukan pertanyaan sih lebih tepatnya.

"Em.. kalau ada yang mau kamu kunjungin juga gapapa." Katanya seraya mengangguk mantap.

2 hari yang lalu memang sudah memasuki musim semi. Jadinya udara di luar pun menyegarkan.

"Baiklah. Silakan ikuti arahanku, tuan." Kataku tampak bagai tour guide. Hehe

Tentu saja ia tak lupa untuk mengaitkan tangan kami. Ahh sudah jadi kebiasaannya untuk begini tuh.




.




.




.





Hmm.. sekarang pukul berapa ya?

Sedari pagi, aku sudah ajak dia ke perpustakaan kota, taman kota -atau lebih tepatnya kami menonton konser amal yang memang diadakan di taman terbuka itu-, hingga tadi kami baru saja menghabiskan waktu memakan es krim menikmati matahari tenggelam.

Eh?

Wah, aku tak sadar. Baik. Kali ini aku ajak dia menuju tempat makan. Ku yakini bahwa dia -atau mungkin kami- sudah merasa lapar.

Iya. Aku bawa dia ke tempat makan di pinggir jalan. Yang biasanya menyediakan soju.

Ah! Aku juga pernah kesini sepulangnya aku dari kantorku. Terkadang Hyejin juga ikut.

Tempatnya nyaman menurutku. Sepasang suami istri yang memang bekerja untuk warung ini juga sudah kenal aku. Jadi mereka menyambutku. Ah tidak. Siapapun itu akan mereka sambut.

"Ahh.. kau nona cantik. Sudah lama tak bertemu. Dan uhh siapa ini hmm?" Tanya sang ibu.

Aku tersenyum, "pacarku, ibu. Tampan, kan?" Kataku lagi.

Sang ibu tampak senang sekali ketika tau aku kesini dengannya. Jaehyun juga tampak bangga ketika aku perkenalkan.

"Baiklah.. kau mau pesan seperti biasa atau ada menu lainnya?" Tanyanya.

"Aku seperti biasa saja, 2 porsi ya ibu, terimakasih." Kataku.

Ah senangnya. Sudah lama aku tidak kesini. Aku juga melihat Jaehyun yang sepertinya sedang melihat sekitar.

"Apa kau sering kesini?" Tanyanya.

"Hmm.. bisa dibilang seperti itu. Saat kita belum pacaran aku sering kesini dengan teman teman ku." Kataku lagi.

"Kenapa? Apa karena aku, kau jadi jarang kesini lagi?" Tanyanya kembali.

"Emm.. bisa dibilang begitu. Teman temanku kan tidak hanya wanita." Jawabku. Dia agak sedikit berpikir. Lalu sedetik kemudian tampak bahwa ia cemburu.

"Bagus kalau begitu." Katanya tampak senang karena aku yang menjaga perasaannya. Perasaan kami.

"Kenapa? Kau cemburu ya?" Tanyaku menggodanya.

Ia hanya berikan tatapan "tidak tuh" padahal mungkin sebenarnya iya.

"Kau kuajak kesini tidak apa apa kan?" Tanyaku. Barangkali dia memang tidak nyaman dengan tempat seperti ini kan?

"Hm? Tentu saja. Aku hanya berpikir, kalau begitu kenapa aku tidak ajak kau kencan kesini saja ya? Karena kupikir kau tidak terlalu suka dengan jajanan dipinggir jalan ." Katanya.

Heii.. apa dia tidak tau kalau aku ini pernah mengalami masa sulit hingga bisa makan di tempat seperti ini saja sudah bersyukur?

"Jae. Sebenarnya aku itu pernah melalui masa sulit tau. Dan tempat ini jadi tempatku bersyukur karena aku masih bisa menikmati hidangan yang diberikan." Kataku lagi.

"Em.. sudah sekitar 15 tahun lalu aku rasa. Dan kau tau, karena hal itu aku punya sifat yang senang berhemat." Kataku lagi.

Jaehyun tanpak terpana. Ada apa sih? Aku salah bicara ya?

"Pantas saja. Mingyu suka bilang kalau kau ini cerewet kalau diajak belanja." Katanya. Sedikit disertai tawanya.

Aku memasang muka 'ngambek'.

"Hei.. sudahlah, sayang. Maaf." Katanya sambil mencubit pipiku pelan.

"Nah.. silakan dinikmati pasangan kesayanganku." Kata bapak pemilik warung makan.

"Ah, iya. Nona, terimakasih sudah memperkenalkan pacarmu ini pada kami, ya. Salam untuk keluargamu. Juga,.. semoga kisah kasihmu langgeng seperti diriku dan ibu ya." Katanya disertai harapan dan doa untuk hubunganku.

"Terimakasih, pak. Aku titip dia. Barangkali dia minum minum hingga mabuk. Terimakasih banyak untuk doa dan harapannya. Semoga kalian diberikan kesehatan selalu." Kata Jaehyun

"Ya ampun.. kau menemukan lelaki yang baik, nak." Katanya menatapku tetapi tangannya menepuk pelan Jaehyun. Seakan percaya penuh padanya.

Lalu ia kembali ke dapurnya.

"Jaehyun-ah." Kataku.

"Eung?"

"Je'taime." Kataku lalu segera menyantap hidangan di depanku.





.





.



.



.





Sudah larut sekali. Kami juga tampaknya sudah masuk keadaan mabuk. Karena beberapa kali omongan kami jadi tidak nyambung.

Tetapi kami masih dalam keadaan sadar kok. Tadi hanya minum 3 botol soju untuk kami berdua.

Ah.. sudah sampai di halaman depan apartemenku.

"Udah sampai aja, ya. Gih, masuk." Kata Jaehyun. Kalimat perpisahan macam apa itu?

"Jaehyun-ah." Panggilku lalu segera menghadapnya.

"Terimakasih hari ini." Kataku.

Ya. Aku menghampirinya dan mencium bibirnya cepat. Lalu langsung berlari ke dalam apartemenku. Akhhh..!



.




.




.




.




.


Di pagi harinya...

Jaehyun tersadar dari tidurnya dan langsung mengecek tanggal. Lalu berkata, "satu hari setelah Chaerin menciumku. Ahh.."

Dia tersenyum sendiri.

Lalu secepat kilat ia membuka browser dan mencari sesuatu.

Ah, artinya itu.

"Iya, aku juga mencintaimu, Chaerin-ah."

~~~~~
Hehe
Ini yang bikin cerita beginian tuh jomblo gais. Jadi isinya cuma halu aja 😂

Regards,

Seconite♡

Workman LovestoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang